Pengertian dan Cara Menghitung EBITDA dengan Rumus Apa itu EBITDA dan bagaimana cara menghitung indikator laporan keuangan ini dengan menggunakan rumus? Simak contohnya di Blog Mekari Jurnal! EBITDA adalah singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau disebut juga pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi yang menjadi indikator finansial untuk melihat profit perusahaan. Biasanya, istilah ini sering digunakan oleh pemilik bisnis, akuntan, atau seseorang yang bekerja di bidang keuangan. Apa itu EBITDA, bagaimana cara menghitung dengan rumus serta apa saja elemen dan fungsi dari indikator ini? Untuk lebih jelasnya, di bawah ini Blog Mekari Jurnal akan memberikan beberapa hal penting terkait EBITDA yang harus Anda ketahui. Apa itu EBITDA? EBITDA adalah pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi di mana catatan pendapatan ini dapat digunakan untuk melihat profit perusahaan, meski belum benar-benar tuntas. Menurut Warren Buffet, seorang investor dan pengusaha di Amerika Serikat, EBITDA merupakan indikator finansial yang tidak ada artinya. Maksudnya, indikator tersebut mendistorsi dan tidak memberikan gambaran yang benar tentang pendapatan bisnis. Perlu diperhatikan juga bahwa EBITDA bukanlah laporan keuangan yang memperlihatkan arus kas dengan baik, dan kemudian dapat digunakan untuk menilai bisnis, kenapa seperti itu? Karena, beban-beban perusahaan tidak terhitung dalam rumus EBITDA. Kesimpulannya, EBITDA merupakan ukuran kinerja keuangan perusahaan yang bertindak sebagai alternatif dalam mengukur pendapatan atau laba bersih. EBITDA sendiri sering digunakan oleh investor, pemilik perusahaan, dan lembaga pemeringkat dalam menentukan nilai sebuah bisnis, dan berfokus pada hasil keuangan dari keputusan sejumlah kegiatan. Apa Saja Elemen yang Membentuk EBITDA? EBITDA fokus pada keputusan operasional bisnis dengan acuan keuntungan bisnis dari kegiatan atau aktivitas inti perusahaannya, berikut penjelasan lebih rinci tentang elemen terkait: 1. Earnings atau Penghasilan Penghasilan perusahaan yang dimaksud di sini bukan hanya hasil penjualan, namun apapun yang didapatkan sebagai hasil dari usaha bisa disebut dengan penghasilan, mulai dari hasil penjualan, aset perusahaan, deposito, surat berharga, modal, dan sebagainya. 2. Interest atau Bunga Bunga merupakan pengeluaran bisnis yang berasal dari pinjaman yang belum dilunasi. Meski begitu, EBITDA memberikan pengecualian, karena biasanya struktur pembiayaan dan struktur modal sebuah perusahaan memiliki perbedaan yang menghasilkan beban bunga yang berlainan juga. Namun, biasanya pembayaran bunga dapat dikurangkan dari pajak. Artinya, perusahaan dapat mengambil keuntungan dari manfaat ini sebagai pelindung pajak perusahaan. Sehingga, EBITDA sendiri akan membantu menambahkan kembali beban bunga dengan tujuan membandingkan kinerja relatif sebuah perusahaan. 3. Tax atau Pajak Apa maksud dari elemen tax atau pajak dalam rumus EBITDA? Pajak adalah pengeluaran bisnis yang disebabkan oleh tarif pajak yang dikenakan atau dipungut oleh negara dan pemerintah secara keseluruhan. Jenis pajak sendiri bervariasi dan tergantung pada wilayah bisnis tersebut beroperasi. Biasanya akan mengalami perbedaan pada pajak daerah. Dengan mengurangi beban pajak ke dalam laba tidak akan menunjukkan kinerja bisnis secara keseluruhan. Sehingga, perhitungan ini akan menambahkan kembali komponen pajak yang ada didalamnya. Baca juga: Mengenal Tentang Laporan Pajak Tahunan di Indonesia 4. Depreciation dan Amortization Penyusutan merupakan biaya non-tunai yang mengacu pada penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap. Dimana, nilai depresiasi muncul secara historis dari aset perusahaan, dan bukan berdasarkan kinerja perusahaan. Hampir sama dengan depresiasi, di mana amortisasi merupakan pengeluaran non-tunai yang mengacu pada biaya aset tidak berwujud dari waktu ke waktu. Kedua elemen ini akan sangat bergantung pada asumsi manfaat ekonomi dari aset, metode penyusutan aset yang digunakan, hingga nilai sisa di masa depan. Beban penyusutan dan amortisasi akan Anda temukan dalam laporan arus kas pada bagian kegiatan operasional. Kedua beban ini akan ditambahkan kembali untuk mendapatkan angka pengeluaran kas yang sesungguhnya. Fungsi dari EBITDA? Di paragraf awal tadi kita telah menyinggung bahwa Warren Buffet pernah mengatakan bahwa EBITDA bukanlah gambaran yang baik untuk melihat arus kas perusahaan. Lalu apa gunanya perhitungan pendapatan ini? Di bawah ini adalah beberapa fungsi yang bisa Anda peroleh melalui perhitungan EBITDA: 1. Membandingkan Tingkat Keuntungan Dengan perhitungan ini, Anda dapat menganalisis dan membandingkan tingkat keuntungan antar perusahaan dan industri. Kenapa? Karena menghitung tingkat keuntungan dengan rumus EBITDA dapat mengeliminasi dampak dari keputusan keuangan dan akuntansi. 2. Memberikan keleluasaan Dengan perhitungan ini, Anda dapat memberikan kekuasaan kepada perusahaan terhadap laporan keuangan. Di mana EBITDA adalah catatan non-GAAP atau non kombinasi dan standar otoritatif dewan perusahaan, terkait pembuatan dan perekaman laporan keuangan. Dengan kata lain, perhitungan ini merupakan perhitungan yang tidak terikat dengan aturan perusahaan. Sehingga, akuntan bisa mendapatkan keleluasaan dalam membuat laporan keuangan. 3. Melihat Keuntungan Perhitungan dengan rumus ini bisa Anda jadikan metri yang berguna untuk melihat dan mengevaluasi keuntungan perusahaan. Hanya saja, EBITDA tidak dapat digunakan untuk melihat arus kas. 4. Mempercantik Laba Perusahaan Karena laba atau profit yang tercatat dalam pendapatan ini belum dikurangi bunga, pajak, dan komponen lainnya. Ini bisa membuat keuangan perusahaan terlihat baik-baik saja, padahal perusahaan masih memiliki beban yang harus dituntaskan. Baca juga: Cara Mudah Menghitung dan Meningkatkan Omzet Perusahaan Apa saja Kelemahan EBITDA? Meski perhitungan dengan rumus ini memiliki banyak manfaat bagi perusahaan, namun EBITDA juga memiliki beberapa kelemahan yang harus diperhitungkan. Di bawah ini adalah beberapa kelemahan EBITDA yang bisa Anda perhatikan sebelum menggunakannya. 1. Pencatatan Tidak Sesuai Dalam perhitungannya, EBITDA mengabaikan perubahan modal kerja yang terjadi dalam perusahaan. Sehingga berpotensi memberikan bobot lebih terhadap arus kas, dalam suatu periode. 2. Tidak Sensitif terhadap Tagihan Aktual Perhitungan ini tidak sensitif pada tagihan aktual perusahaan, karena mengabaikan perubahan-perubahan fundamental dalam modal kas. Baca juga: Cara Cerdas Menghitung Break Even Point untuk Kegiatan Bisnis Sebuah Alat Ukur Likuiditas yang Menyesatkan Pada prakteknya, perhitungan likuiditas adalah dinamis. Namun dalam rumus yang biasa digunakan, EBITDA memberikan pembatasan terhadap perhitungannya. Di mana, perhitungan ini tidak memberikan informasi kualitatif terkait sumber penggunaan dana perusahaan, serta tidak memberikan informasi detail terkait likuiditas. Di bawah ini adalah beberapa elemen penting dalam likuiditas yang tidak dipertimbangkan oleh EBITDA: Potensi klaim jangka pendek terkait dana kas. Termasuk kewajiban langsung dan kontingensi. Sensitivitas perusahaan publik, yang bertugas sebagai penerbit surat utang. Stabilitas serta kekuatan arus kas. Komitmen atas belanja modal ataupun tingkat kebutuhan. Kebutuhan akan dana yang digunakan untuk mendukung modal kerja. Kerapuhan untuk mengurangi akses pada pasar modal. Kekuatan pos-pos likuiditas perusahaan. Atur dan Pantau Operasional Lewat Fitur Biaya dan Anggaran Jurnal, Pelajari Fitur Jurnal Selengkapnya di sini! Rumus Cara Menghitung EBITDA Simak penjelasan di bawah ini untuk menghitung EBITDA dengan mudah. Rumus EBITDA = Laba operasional + Biaya Amortisasi + Beban Depresiasi Misalnya, terdapat sebuah perusahaan di bawah PT Merah Medeka dengan laba operasional sebesar Rp500.000.000, kemudian biaya amortisasinya adalah Rp50.000.000 dan memiliki beban depresiasi sebesar Rp30.000.000, maka berapa EBITDA-nya? EBITDA = Rp500.000.000 + Rp50.000.000 + Rp30.000.000 = Rp. 580.000.000 Angka ini mungkin saja dimanipulasi perusahaan. Dengan begitu, profit dan keuntungan yang dimiliki perusahaan akan terlihat lebih besar dan berpengaruh pada saham perusahaan atau nilai investasi perusahaan. Selain rumus di atas, Anda juga bisa menghitung EBITDA dengan rumus berikut: Rumus EBITDA = Laba bersih + Bunga + Pajak + Amortisasi + Depresiasi Bagaimana Cara Melakukan Analisis EBITDA? Setelah Anda berhasil menghitung pendapatan dengan EBITDA, Anda juga bisa menganalisisnya dengan tujuan yang beragam dan dapat disesuaikan dengan manfaatnya. Misalnya, Anda bisa melakukan analisis untuk kemudian membandingkan profitabilitas antar perusahaan. Analisis ini dapat dilakukan berdasarkan hal yang mungkin sama-sama dimiliki perusahaan tersebut. EBITDA yang semakin besar dari tahun ke tahun akan menunjukkan bahwa perusahaan adalah mampu menghasilkan profitabilitas yang semakin baik. Itulah beberapa penjelasan mengenai apa itu arti hingga rumus EBITDA juga pentingnya hal ini dalam sebuah entitas bisnis. Apakah Anda tertarik untuk mempercantik kondisi perusahaan dengan metode EBITDA? Baca Juga : 17 Contoh Laporan Keuangan Lengkap untuk Berbagai Usaha! Hasilkan Laporan Keuangan Lebih Akurat dengan Software Akuntansi Mekari Jurnal Jika Anda tidak tertarik dengan membuat laporan keuangan sewajarnya, dan ingin memiliki laporan keuangan yang lebih akurat, Anda bisa memanfaatkan Jurnal. Jurnal merupakan software akuntansi online berbasis cloud yang dapat membantu bisnis dalam mengelola keuangannya kapan dan di mana saja dengan lebih mudah, cepat, aman, dan nyaman! Sistem akuntansi yang terintegrasi secara online sehingga mampu meminimalkan human error. Coba gratis Mekari Jurnal sekarang! Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! atau Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Jurnal Sekarang! Nah, di atas telah dijelaskan apa yang dimaksud dengan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) serta rumus cara menghitung indikator untuk menentukan laporan keuangan ini. Mudah-mudahan informasi di atas bermanfaat. Ikuti media sosial Mekari Jurnal untuk informasi lain tentang bisnis, keuangan, dan akuntansi.