Daftar Isi
20 min read

Liability: Pengertian, Jenis, dan Cara Menganalisa dalam Bisnis

Tayang 30 Oct 2024
Diperbarui 15 Nov 2024

Liability (liabilitas) adalah sebuah istilah yang cukup akrab di dunia bisnis. Apa itu pengertian, jenis, dan cara menganalisis liability perusahaan? Simak penjelasan lengkapnya di Blog Mekari Jurnal!

Liability atau liabilitas, adalah menjadi salah satu bentuk dukungan finansial yang bisa menggerakkan kegiatan produksi suatu perusahaan. Istilah  berkaitan erat dengan kelangsungan operasional perusahaan.

Oleh sebab itu keberadaannya tidak akan terpisah dari aset yang dimiliki oleh para pengusaha. Jadi, apa yang dimaksud dengan liability? Untuk lebih jelasnya, Anda harus beralih ke ulasan di bawah ini.

Apa Itu Liability?

Liability atau yang sering disebut dengan liabilitas adalah kewajiban yang dihitung setara nilai uang dan harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain.

Pihak lain yang dimaksud di sini bisa perorangan, perusahaan lainnya, bank, koperasi maupun lembaga keuangan lainnya. Sederhananya, menurut catatan akuntansi liabilitas adalah utang.

Pengertian Liabilitas Dalam Akuntansi

Liabilitas dalam akuntansi adalah kewajiban atau utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau individu kepada pihak lain, yang harus dilunasi atau dipenuhi pada masa mendatang.

Liabilitas biasanya muncul sebagai akibat dari transaksi masa lalu, seperti pembelian barang atau jasa secara kredit, penerimaan pinjaman, atau kewajiban kontrak lainnya.

Liabilitas dianggap sebagai elemen penting dalam neraca atau laporan posisi keuangan, yang menunjukkan kewajiban perusahaan untuk membayar atau menyerahkan sumber daya kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu.

Liabilitas merupakan salah satu bagian dari tiga komponen utama dalam akuntansi, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.

Di dalam neraca, liabilitas digabungkan dengan ekuitas untuk menunjukkan total sumber daya perusahaan yang digunakan untuk mendanai aset.

Di mana dalam persamaan akuntansi, para akuntan membuat singkatan ALE. Singkatan tersebut berasal dari Aset, Liabilitas dan juga Ekuitas yang saling berhubungan satu sama lain.

Dari situlah muncul rumus persamaan akuntansi yang menunjukkan jika aset berasal dari penjumlahan liabilitas dan ekuitas.

Mengapa perusahaan sampai mengambil liability? Ini berkaitan dengan jumlah aset yang dimiliki.

Apabila sebuah perusahaan memiliki aset yang tidak terlalu banyak, sebaiknya memang mengambil liabilitas. Tujuannya agar usahanya dapat berkembang dengan lebih maksimal.

Sebab, ketika bertahan dengan aset seadanya otomatis usaha Anda akan sulit untuk bisa berkembang lebih besar. Liabilitas tidak selalu dalam bentuk uang, tetapi bisa juga jasa, barang ataupun manfaat ekonomi dalam bentuk lainnya.

Liability adalah dapat berasal dari banyak jenis transaksi. Mulai dari pertukaran aset, kejadian dalam hubungan bisnis, serta berbagai jenis transaksi yang bisa memberi manfaat ekonomi kedepannya nanti.

Baca juga: Pembiayaan Ekuitas atau Utang? Ini Kelebihan dan Kekurangannya!

Jenis Liability 

Secara umum liability akan muncul pada laporan neraca keuangan di akhir periode. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kondisi keuangan perusahaan pada periode tersebut.

Letak dari liabilitas pada laporan keuangan, biasanya ada di lajur sebelah kanan bersama dengan ekuitas. Di mana pencatatan dari liabilitas ini berada pada urutan yang sudah ditentukan.

Berikut ini adalah dua jenis liability yang perlu Anda pahami dalam laporan keuangan sebuah perusahaan.

Liabilitas Jangka Panjang (Non-Current Liabilities)

Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban yang memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun. Kewajiban ini biasanya berkaitan dengan pembiayaan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai investasi besar, seperti pembelian properti, pabrik, peralatan, atau ekspansi bisnis lainnya.

Karena jangka waktu yang panjang, liabilitas ini biasanya memiliki tingkat bunga dan persyaratan yang telah ditentukan. Manajemen liabilitas jangka panjang yang efektif sangat penting untuk menjaga stabilitas keuangan jangka panjang perusahaan.

Berikut adalah beberapa contoh utama liabilitas jangka panjang:

a. Utang Obligasi (Bonds Payable)

Utang obligasi atau bonds payable adalah kewajiban perusahaan kepada pemegang obligasi yang jatuh tempo dalam jangka panjang.

Obligasi merupakan salah satu bentuk pembiayaan eksternal yang sering digunakan oleh perusahaan besar untuk mengumpulkan dana dalam jumlah besar.

Pada umumnya, obligasi memiliki tingkat bunga tetap yang harus dibayar secara berkala hingga jatuh tempo. Utang obligasi memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk mendapatkan pembiayaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada pinjaman jangka pendek.

b. Utang Bank Jangka Panjang

Utang bank jangka panjang adalah pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya dengan jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun.

Biasanya, pinjaman ini digunakan untuk membiayai proyek investasi atau ekspansi bisnis yang membutuhkan modal besar.

Syarat dan ketentuan pinjaman bank jangka panjang, seperti tingkat bunga dan jadwal pembayaran, biasanya ditentukan berdasarkan evaluasi kredit perusahaan.

Pengelolaan yang baik terhadap utang ini sangat penting untuk menjaga stabilitas arus kas dan mencegah masalah keuangan di masa depan.

c. Kewajiban Sewa (Lease Obligations)

Kewajiban sewa atau lease obligations adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sewa berdasarkan kontrak sewa jangka panjang.

Kewajiban sewa ini bisa berupa sewa gedung, kendaraan, atau peralatan yang diperlukan untuk operasional perusahaan.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan diwajibkan untuk membayar sejumlah uang sesuai dengan ketentuan kontrak sewa.

Kewajiban sewa sering kali digunakan oleh perusahaan sebagai alternatif untuk menghindari pembelian aset secara langsung, karena memberikan fleksibilitas lebih dalam mengelola arus kas.

d. Kewajiban Pensiun

Kewajiban pensiun atau pension obligations adalah kewajiban perusahaan untuk menyediakan dana pensiun bagi karyawan sesuai dengan rencana pensiun yang ditetapkan.

Kewajiban ini merupakan komitmen jangka panjang perusahaan terhadap karyawan yang telah pensiun, yang diwujudkan melalui pembayaran bulanan atau lump-sum pada saat pensiun.

Pengelolaan kewajiban pensiun memerlukan perencanaan yang matang untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban tersebut di masa depan.

e. Liabilitas Tangguhan Pajak (Deferred Tax Liabilities)

Liabilitas tangguhan pajak atau deferred tax liabilities adalah kewajiban pajak yang ditangguhkan untuk pelunasan di masa mendatang.

Liabilitas ini muncul karena perbedaan antara perhitungan pajak akuntansi dan pajak yang dilaporkan kepada otoritas pajak.

Misalnya, jika perusahaan menggunakan metode depresiasi yang berbeda dalam laporan keuangan dan pelaporan pajak, hal ini dapat menciptakan liabilitas pajak tangguhan.

Liabilitas ini akan dilunasi saat perbedaan tersebut menghilang di masa mendatang.

Baca Juga: Pahami Liabilitas atau Kewajiban dalam Operasional Bisnis

Liabilitas Jangka Pendek (Current Liabilities)

Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama.

Kewajiban ini biasanya melibatkan pembayaran tunai atau pengalihan aset dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Mengelola liabilitas jangka pendek dengan baik adalah kunci untuk menjaga likuiditas dan kesehatan keuangan perusahaan, karena liabilitas jenis ini mempengaruhi langsung arus kas operasional.

Berikut adalah beberapa contoh utama liabilitas jangka pendek:

a. Utang Usaha (Accounts Payable)

Utang usaha atau accounts payable adalah kewajiban perusahaan kepada pemasok atau vendor untuk barang atau jasa yang telah diterima tetapi belum dibayar.

Utang usaha biasanya terjadi dalam kegiatan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku atau perlengkapan kantor.

Mengingat bahwa utang usaha merupakan bagian dari modal kerja, perusahaan harus mampu mengelolanya secara efektif untuk memastikan kelancaran arus kas dan menjaga hubungan baik dengan pemasok.

b. Utang Pajak (Taxes Payable)

Utang pajak adalah kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah, berupa pajak yang terutang namun belum dibayarkan.

Contohnya meliputi pajak penghasilan, pajak penjualan, atau pajak lainnya yang telah dihitung tetapi pembayarannya belum jatuh tempo.

Pengelolaan utang pajak sangat penting, karena keterlambatan pembayaran pajak dapat menyebabkan denda atau sanksi dari otoritas pajak, yang berdampak buruk pada keuangan perusahaan.

c. Biaya yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)

Biaya yang masih harus dibayar atau accrued expenses adalah kewajiban yang telah terjadi tetapi belum dibayarkan oleh perusahaan pada periode tertentu.

Contoh dari biaya ini meliputi gaji karyawan yang belum dibayarkan, bunga pinjaman yang masih terutang, atau biaya utilitas yang masih belum dilunasi.

Biaya ini dicatat untuk memastikan bahwa semua biaya yang terjadi dalam satu periode akuntansi telah dicatat, meskipun pembayarannya dilakukan pada periode berikutnya.

d. Utang Jangka Pendek

Utang jangka pendek adalah pinjaman yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun. Jenis pinjaman ini dapat berasal dari bank, lembaga keuangan lainnya, atau pihak ketiga.

Karena memiliki jangka waktu yang pendek, utang ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja atau operasional sementara.

Pengelolaan yang baik diperlukan untuk memastikan bahwa pinjaman ini dapat dilunasi tepat waktu tanpa mengganggu likuiditas perusahaan.

e. Pendapatan yang Diterima di Muka (Unearned Revenue)

Pendapatan yang diterima di muka atau unearned revenue adalah uang yang telah diterima perusahaan untuk layanan atau barang yang belum disediakan.

Misalnya, jika perusahaan menerima pembayaran di muka untuk layanan berlangganan tahunan, maka jumlah tersebut akan dicatat sebagai kewajiban hingga layanan tersebut benar-benar disediakan.

Hal ini dilakukan untuk menjaga kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang mengharuskan pendapatan dicatat pada saat diakui.

Baca Juga: Pengertian Utang, Jenis, dan Ciri-Ciri dalam Perusahaan

Karakteristik Liability

Pemahaman yang baik mengenai karakteristik liability akan membantu dalam manajemen keuangan yang efektif dan memastikan kestabilan bisnis jangka panjang.

Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari liability yang perlu dipahami:

1. Kewajiban Pembayaran Pinjaman

Karakteristik pertama dari liability adalah adanya kewajiban untuk melunasi pinjaman atau utang yang telah diterima dari pihak lain, baik itu individu, lembaga keuangan, atau bank.

Pinjaman ini biasanya diambil dengan tujuan untuk meningkatkan modal perusahaan atau memperbaiki arus kas bisnis.

Liability mencakup semua jenis pinjaman yang digunakan untuk mendukung peningkatan pemasukan, baik itu bersifat jangka pendek yang harus dibayarkan segera, atau jangka panjang yang pelunasannya diatur dalam kurun waktu tertentu.

Setiap pinjaman yang tercatat sebagai liability membawa konsekuensi keuangan yang harus diperhitungkan oleh perusahaan dalam perencanaan anggarannya.

2. Kewajiban Terhadap Pihak Eksternal

Liability mencakup seluruh kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada pihak eksternal.

Kewajiban ini dapat berupa pertukaran aset, pemberian layanan, transfer uang tunai, atau bentuk transaksi lainnya yang memberikan manfaat ekonomi bagi pihak lain.

Kewajiban ini umumnya diatur dalam suatu perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dan memiliki jangka waktu tertentu untuk pelunasan atau pemenuhannya.

Misalnya, ketika perusahaan melakukan pembelian bahan baku secara kredit, maka perusahaan tersebut memiliki kewajiban kepada pemasok untuk melunasi pembayaran pada waktu yang telah disepakati.

3. Berdasarkan Transaksi atau Kejadian Bisnis Tertentu

Liability biasanya muncul sebagai hasil dari transaksi atau kejadian bisnis tertentu yang telah terlaksana. Setelah transaksi tersebut terjadi, perusahaan berkewajiban untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak lain.

Misalnya, jika perusahaan menerima uang muka untuk produk atau layanan yang belum diberikan, maka uang muka tersebut dicatat sebagai liability hingga perusahaan memenuhi kewajibannya dengan menyediakan produk atau layanan sesuai kesepakatan.

Karakteristik ini menunjukkan bahwa liability terkait erat dengan transaksi yang sudah terjadi, bukan dengan transaksi yang masih dalam perencanaan.

4. Tanggung Jawab Entitas yang Tidak Dapat Dihindari

Liability juga mencerminkan tanggung jawab yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan kepada pihak lain.

Artinya, perusahaan memiliki kewajiban yang sah secara hukum atau kontrak untuk memenuhi kewajiban tersebut, dan tidak ada kebijakan atau strategi yang bisa menghindarinya.

Kewajiban ini sering kali muncul sebagai hasil dari perjanjian atau kontrak bisnis, dan perusahaan diharuskan untuk mematuhi ketentuan yang telah disepakati.

Misalnya, ketika perusahaan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut wajib membayar bunga dan pokok obligasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perjanjian obligasi tersebut.

Contoh-Contoh Liability dalam Praktik Bisnis

Memahami karakteristik liability akan lebih mudah jika kita melihat contoh-contoh nyata dari jenis-jenis liability yang sering ditemui dalam dunia bisnis.

Berikut adalah beberapa contoh liability beserta penjelasan detailnya:

1. Utang Usaha (Accounts Payable)

Utang usaha, atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai “accounts payable,” adalah salah satu bentuk liability jangka pendek yang paling umum dalam bisnis.

Contoh sederhana dari utang usaha adalah ketika perusahaan membeli bahan baku dari pemasok dengan pembayaran yang ditangguhkan.

Misalnya, sebuah perusahaan membeli bahan baku senilai $10.000 dari pemasok dengan perjanjian bahwa pembayaran akan dilakukan dalam 30 hari.

Jumlah ini dicatat sebagai liability pada neraca perusahaan dan harus dilunasi dalam waktu yang telah ditentukan.

Utang usaha menunjukkan kewajiban perusahaan untuk membayar kepada pemasok atas barang atau jasa yang telah diterima.

Sebagai bentuk liability jangka pendek, utang usaha merupakan komponen penting dalam manajemen modal kerja perusahaan.

Mengelola utang usaha dengan baik sangat penting untuk menjaga hubungan yang baik dengan pemasok dan memastikan bahwa operasional bisnis tidak terganggu.

2. Pinjaman Bank Jangka Panjang

Pinjaman bank jangka panjang adalah bentuk lain dari liability yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk mendanai proyek-proyek besar atau kebutuhan modal jangka panjang.

Contohnya, jika sebuah perusahaan mengambil pinjaman sebesar $200.000 dari bank dengan jangka waktu pelunasan 5 tahun, maka jumlah ini akan dicatat sebagai liability jangka panjang atau non-current liability di laporan keuangan perusahaan.

Pinjaman jangka panjang ini memiliki jadwal pembayaran yang diatur dalam kurun waktu yang lebih lama, biasanya disertai dengan bunga yang harus dibayarkan secara berkala.

Penggunaan pinjaman jangka panjang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan untuk ekspansi bisnis atau proyek investasi tanpa harus mengorbankan likuiditas jangka pendek.

Namun, pengelolaan yang baik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan mampu melunasi pinjaman ini sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

3. Pendapatan Diterima di Muka (Unearned Revenue)

Pendapatan diterima di muka atau “unearned revenue” adalah jenis liability yang muncul ketika perusahaan menerima pembayaran dari pelanggan untuk layanan atau produk yang belum disediakan.

Misalnya, jika perusahaan menerima uang muka sebesar $5.000 dari pelanggan untuk layanan yang akan diberikan di masa depan, maka jumlah ini dicatat sebagai liability sampai layanan tersebut benar-benar diselesaikan.

Setelah layanan atau produk disediakan, unearned revenue akan diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi.

Unearned revenue mencerminkan kewajiban perusahaan untuk menyediakan layanan atau produk sesuai dengan perjanjian dengan pelanggan.

Jenis liability ini biasanya ditemukan dalam bisnis berbasis layanan, di mana pembayaran di muka sering kali diterima sebelum layanan diselesaikan.

Contoh lainnya adalah langganan majalah atau layanan berlangganan lainnya, di mana pelanggan membayar di muka untuk menerima layanan secara berkala.

4. Utang Obligasi

Utang obligasi atau “bonds payable” adalah kewajiban jangka panjang yang muncul ketika perusahaan menerbitkan obligasi untuk memperoleh dana dari investor.

Misalnya, jika perusahaan menerbitkan obligasi senilai $500.000 dengan jangka waktu 10 tahun, maka jumlah ini dicatat sebagai liability jangka panjang.

Utang obligasi merupakan salah satu cara perusahaan untuk memperoleh modal dalam jumlah besar tanpa harus menjual saham atau melibatkan ekuitas.

Utang obligasi memiliki jadwal pembayaran bunga dan pelunasan pokok yang telah ditetapkan dalam perjanjian obligasi. Investor yang membeli obligasi tersebut menerima bunga secara berkala hingga jatuh tempo, dan perusahaan memiliki kewajiban untuk melunasi pokok obligasi pada akhir periode.

Obligasi menjadi pilihan yang populer bagi perusahaan besar yang ingin memperoleh dana dengan suku bunga tetap dan tenor yang panjang.

Baca Juga: Pengertian, Jenis, Contoh Laporan Posisi Keuangan

Langkah Menganalisa Liability Usaha

Keberadaan liability juga dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan finansial sebuah perusahaan. Oleh sebab itu pencatatannya harus dilakukan secara terperinci, rapi dan terstruktur.

Berikut ini adalah dua langkah atau cara yang bisa Anda gunakan untuk melakukan analisa terhadap liabilitas sebuah perusahaan.

Melalui Rasio Utang atas Aset yang Dimiliki

Ketika Anda menggunakan langkah ini, hal yang harus dipastikan adalah jumlah aset yang Anda miliki mencukupi untuk menutupi kewajiban atau liability.

Hitunglah persentase keseluruhan utang dan pastikan totalnya kurang dari 50%.

Apabila total keseluruhan utang dapat ditutupi oleh total aset usaha yang Anda miliki, besar kemungkinan usaha bisa tetap beroperasi.

Menggunakan Rasio Utang dengan Ekuitas

Pada langkah atau cara yang kedua, Anda harus menghitung total keseluruhan utang dengan ekuitas yang dimiliki (debt to equity ratio).

Pastikan hasil rasio utas atas ekuitas tidak lebih dari 50%. Namun apabila kenyataannya lebih dari itu, maka saatnya Anda mengurangi jumlah kewajiban atau utang yang ada.

Jadi, liability adalah bukan sesuatu yang buruk bagi perusahaan. Ada kalanya justru menjadi salah satu kunci menuju kesuksesan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah, tetap mengontrol jumlah liabilitas agar tidak melebihi kemampuan bayar perusahaan.

Sebab tujuan awal penggunaan liabilitas adalah agar bisa mengembangkan usaha Anda bukan membuatnya bangkrut karena utang.

Buatlah catatan yang rapi, terstruktur juga terperinci untuk liability. Dari catatan tersebut, Anda bisa memantau posisi bisnis juga kondisi keuangan perusahaan.

Dengan adanya liabilitas, Anda berkesempatan mengembangkan usaha dengan maksimal.

Namun, pastikan untuk membayar kewajiban tepat waktu pada pihak lain, agar saat Anda membutuhkan liabilitas lagi maka akan lebih mudah memperolehnya.

Baca juga: Pengertian, Fungsi dan Jenis Analisis Rasio Keuangan

Rasio Keuangan Terkait Liability

Beberapa rasio keuangan digunakan untuk menganalisis dan menilai tingkat liability perusahaan.

Berikut adalah beberapa rasio yang umum digunakan dalam analisis liability:

1. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio mengukur perbandingan antara total liability dan ekuitas. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan bergantung pada utang untuk membiayai asetnya.

Semakin tinggi rasio ini, semakin besar ketergantungan perusahaan pada utang, yang dapat menunjukkan risiko keuangan yang lebih tinggi.

2. Current Ratio

Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki.

Rasio ini menunjukkan likuiditas perusahaan dalam jangka pendek, yang penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup kas atau aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

3. Quick Ratio

Quick Ratio mirip dengan Current Ratio, tetapi hanya mempertimbangkan aset lancar yang mudah dicairkan, seperti kas dan piutang.

Rasio ini memberikan gambaran yang lebih konservatif tentang likuiditas perusahaan.

4. Debt to Asset Ratio

Debt to Asset Ratio menunjukkan persentase aset yang dibiayai oleh liability.

Rasio ini membantu dalam menilai tingkat leverage perusahaan dan risiko keuangannya.

Fungsi dan Pentingnya Liability dalam Keuangan

Dalam dunia keuangan dan bisnis, konsep “liability” atau kewajiban adalah salah satu komponen utama yang harus dipahami oleh setiap pengelola bisnis.

Liability tidak hanya mewakili utang atau kewajiban keuangan, tetapi juga mencerminkan bagaimana perusahaan mengelola sumber dayanya dan mempertahankan operasionalnya.

Pemahaman yang baik tentang fungsi dan pentingnya liability dapat membantu bisnis mengambil keputusan yang lebih bijaksana terkait pengelolaan keuangan dan strategi pendanaan.

Berikut adalah beberapa fungsi utama dari liability dalam konteks keuangan dan pengelolaan bisnis:

1. Membiayai Aset dan Operasional

Liability memainkan peran penting dalam memungkinkan perusahaan untuk mengakses sumber daya tanpa harus mengorbankan seluruh modal sendiri.

Ketika sebuah perusahaan membutuhkan pendanaan tambahan untuk membeli aset atau mendanai kegiatan operasionalnya, liability menjadi pilihan utama.

Dengan mengandalkan liability, perusahaan dapat mempertahankan likuiditas dan modal kerja, sambil tetap memperoleh aset atau layanan yang diperlukan untuk pertumbuhan bisnis.

Sebagai contoh, perusahaan yang ingin memperluas kapasitas produksi mungkin memutuskan untuk mengambil pinjaman bank jangka panjang. Pinjaman ini akan dicatat sebagai liability dalam neraca perusahaan.

Dalam jangka pendek, perusahaan mungkin memiliki kebutuhan kas mendesak untuk pembelian bahan baku atau pembayaran gaji, sehingga utang usaha (accounts payable) dan utang jangka pendek lainnya menjadi pilihan yang dapat digunakan untuk menjaga arus kas operasional.

Kemampuan untuk mengelola liability dengan baik memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan aset yang dimiliki tanpa harus menanggung beban keuangan yang terlalu besar.

Namun, perusahaan juga perlu berhati-hati agar tidak terlalu tergantung pada liability, karena kelebihan utang dapat menyebabkan masalah keuangan di masa depan.

2. Menunjukkan Posisi Keuangan

Liability yang tercatat dalam neraca perusahaan memberikan gambaran yang jelas tentang posisi keuangan perusahaan. Dengan melihat total liability, investor dan pemangku kepentingan lainnya dapat menilai seberapa besar kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan ekuitas atau modal sendiri.

Informasi ini sangat berguna untuk memahami tingkat leverage perusahaan, yaitu sejauh mana perusahaan bergantung pada utang untuk mendanai operasional dan investasi.

Tingkat leverage yang terlalu tinggi mungkin menunjukkan risiko keuangan yang lebih besar, karena perusahaan harus menghadapi beban bunga dan pembayaran pokok yang tinggi. Sebaliknya, leverage yang rendah mungkin mencerminkan ketergantungan yang lebih besar pada ekuitas, yang bisa berarti perusahaan memiliki stabilitas keuangan yang lebih baik.

Namun, leverage yang rendah juga dapat menunjukkan bahwa perusahaan kurang agresif dalam memanfaatkan peluang pertumbuhan.

Liability yang tinggi juga dapat memengaruhi penilaian kredit perusahaan. Kreditur dan investor akan menggunakan data ini untuk menilai kelayakan perusahaan dalam menerima pinjaman atau investasi tambahan.

Dengan demikian, liability berfungsi sebagai indikator penting dalam menilai posisi keuangan perusahaan dan kemampuannya untuk mempertahankan keberlanjutan operasional.

3. Menyediakan Informasi untuk Pengambilan Keputusan

Liability memiliki dampak langsung pada pengambilan keputusan dalam sebuah perusahaan. Dengan mengetahui jenis dan jumlah liability yang dimiliki, manajemen dapat merencanakan strategi bisnis yang lebih efektif, mengelola risiko keuangan, dan menentukan langkah-langkah pendanaan atau investasi yang sesuai.

Contohnya, jika perusahaan memiliki liability jangka pendek yang cukup besar, manajemen mungkin akan memprioritaskan pengelolaan arus kas untuk memastikan kewajiban tersebut dapat dilunasi tepat waktu.

Selain itu, pemahaman mengenai struktur liability dapat membantu manajemen untuk mengevaluasi opsi pendanaan lain yang mungkin lebih efisien.

Misalnya, perusahaan dapat membandingkan biaya pinjaman jangka panjang dan jangka pendek atau mempertimbangkan opsi pendanaan lain seperti obligasi atau equity financing.

Dengan memahami komposisi liability, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam memilih strategi pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan kondisi pasar.

Pengelolaan liability yang baik juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin muncul di masa depan.

Risiko ini bisa berasal dari perubahan suku bunga, kondisi pasar, atau perubahan dalam persyaratan perjanjian pinjaman.

Oleh karena itu, manajemen perlu melakukan pemantauan yang ketat terhadap liability dan mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan keuangan perusahaan.

4. Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas

Liability memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Liability yang besar, terutama utang dengan suku bunga tinggi, dapat mengurangi profitabilitas perusahaan karena beban bunga dan cicilan yang harus dibayarkan.

Beban ini akan muncul sebagai biaya dalam laporan laba rugi, sehingga mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Di sisi lain, liability jangka pendek dapat memengaruhi likuiditas perusahaan. Kewajiban untuk melunasi utang jangka pendek dalam waktu dekat menuntut perusahaan untuk menjaga ketersediaan kas atau aset lancar yang memadai.

Jika perusahaan tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, maka risiko kebangkrutan atau masalah likuiditas lainnya akan meningkat.

Untuk menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan likuiditas, perusahaan perlu merencanakan dan mengelola liability dengan cermat.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan utang dan memastikan bahwa arus kas operasional cukup untuk memenuhi kewajiban yang ada.

Dengan demikian, perusahaan dapat mencapai profitabilitas yang stabil sambil menjaga likuiditas yang cukup untuk operasional sehari-hari.

Pengaruh Liability pada Laporan Keuangan

Liability tidak hanya berdampak pada operasi sehari-hari perusahaan, tetapi juga tercermin dalam berbagai laporan keuangan.

Berikut adalah bagaimana liability memengaruhi setiap komponen utama laporan keuangan:

1. Neraca (Balance Sheet)

Dalam neraca perusahaan, liability dicatat pada bagian kewajiban, yang merupakan salah satu komponen utama dalam neraca bersama dengan aset dan ekuitas.

Total liability ditambahkan dengan total ekuitas untuk memperoleh total aset perusahaan, yang memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana perusahaan mendanai operasinya dan aset yang dimilikinya.

Struktur liability dalam neraca juga memberikan wawasan tentang profil kewajiban perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Liability jangka pendek mencerminkan kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu dekat, sedangkan liability jangka panjang menunjukkan kewajiban dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun.

Dengan memantau posisi liability di neraca, investor dan analis dapat menilai sejauh mana ketergantungan perusahaan pada utang dan kemampuannya untuk melunasi kewajiban tersebut.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Liability juga memengaruhi laporan laba rugi, khususnya melalui beban bunga dan biaya terkait lainnya. Pembayaran bunga atas utang yang dimiliki perusahaan dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi, yang pada akhirnya mengurangi laba bersih perusahaan.

Semakin besar jumlah liability yang dimiliki, terutama utang dengan suku bunga tinggi, semakin besar pula beban bunga yang harus ditanggung perusahaan.

Dampak dari beban bunga ini mempengaruhi profitabilitas perusahaan secara langsung.

Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki struktur liability yang baik, dengan tingkat bunga yang dapat dikelola, akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjaga profitabilitas.

Pengelolaan liability yang bijaksana sangat penting untuk menghindari biaya keuangan yang tidak terkendali, yang dapat mengganggu kinerja laba bersih.

3. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

Laporan arus kas mencatat semua arus kas masuk dan keluar yang terkait dengan liability.

Pembayaran untuk melunasi utang pokok, bunga, atau kewajiban lainnya dicatat sebagai arus kas keluar, baik dalam kategori arus kas operasional atau pendanaan, tergantung pada jenis liability.

Misalnya, pembayaran bunga mungkin dimasukkan dalam arus kas operasional, sementara pelunasan utang jangka panjang dicatat dalam arus kas pendanaan.

Pengelolaan arus kas sangat penting bagi perusahaan yang memiliki banyak liability.

Dengan memastikan bahwa arus kas cukup untuk memenuhi kewajiban yang ada, perusahaan dapat menghindari masalah likuiditas yang dapat mengancam kelangsungan operasionalnya.

Baca Juga: Pahami Jenis-jenis Pasiva dalam Akuntansi

Manajemen Piutang Jadi Lebih Mudah dengan Bantuan Software Akuntansi Mekari Jurnal

Jika Anda kesulitan menghitung liabilitas bisnis, kini saatnya menggunakan software akuntansi dan keuangan seperti Mekari Jurnal.

Mekari Jurnal sebagai aplikasi keuangan perusahaan hadir untuk memudahkan para pebisnis dalam membuat laporan keuangan di mana dan kapan saja.

Selain laporan keuangan, Mekari Jurnal juga terintegrasi dengan ketersediaan stok produk yang berada dalam inventaris Anda.

Semuanya bisa didapatkan hanya dengan mengklik free trial Mekari Jurnal.

Mudahnya manajemen utang dan piutang bisnis, catatan keuangan pun ikut rapi. Tak lagi takut ada kewajiban bisnis yang terlewatkan.

Bagaimana, cukup jelas bukan penjelasan mengenai liability adalah, manfaatnya bagi usaha juga jenis, contoh, dan cara menganalisa?

Saat Anda telah memahaminya, maka dapat memperoleh manfaatnya dengan lebih maksimal. Semoga artikel ini bisa menjadi informasi sekaligus referensi yang bermanfaat bagi Anda.

Dengan begitu dapat membawa dampak positif bagi usaha Anda kedepannya.

Konsultasi Gratis dengan sales Mekari Jurnal Sekarang!

 

 

 

Referensi:

Investopedia, “Liability: Definition, Types, Example, and Assets vs. Liabilities”.

Bench, “What Are Liabilities in Accounting? (With Examples)”.

Wallstreetmojo, “Liabilities in Accounting”.

Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami