Pahami Jenis-jenis Pasiva dalam Akuntansi untuk Pengambilan Keputusan yang Cerdas! Pemahaman yang baik mengenai jenis-jenis pada konsep pasiva dalam akuntansi adalah kunci penting bagi perusahaan karena berpengaruh besar terhadap laporan keuangan. Pasiva mengacu kepada pemenuhan kewajiban yang perusahaan harus selesaikan, dalam hal ini menyangkut berbagai pinjaman, obligasi, serta membayar gaji karyawan. Salah satu pentingnya memahami jenis-jenis pasiva yaitu dapat membantu manajemen perusahaan untuk memantau dan mengelola aktivitas keuangan mereka secara lebih efisien, seperti arus kas dan pemenuhan kewajiban. Dalam laporan keuangan, seperti neraca, laba-rugi, dan arus kas, pasiva tercermin dalam pos seperti utang, pinjaman jangka panjang, gaji yang masih harus dibayar, dan berbagai kewajiban lainnya. Pengelolaan pasiva juga menjadi tolak ukur pihak eksternal (investor, kreditor) dalam menilai stabilitas dan risiko keuangan perusahaan untuk kebutuhan mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang pasiva dalam akuntansi sangat penting dalam mengambil keputusan keuangan yang cerdas dan mengelola keberlanjutan bisnis perusahaan. Jenis-jenis Pasiva dalam Akuntansi Pasiva dalam akuntansi mencakup berbagai jenis kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Jenis pasiva terbagi menjadi dua berdasarkan dari periode batas waktu pembayaran kewajiban tersebut, yaitu utang jangka panjang atau pasiva tetap dan utang jangka pendek atau pasiva lancar. Berikut penjelasan mendalam tentang beberapa jenis pasiva yang umum ditemui: Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities) Utang jangka panjang atau jenis pasiva tetap mengacu pada akun dalam kewajiban perusahaan yang waktu pembayarannya berjangka waktu lebih dari satu tahun. Beberapa contoh dari utang jangka panjang di antaranya: 1. Utang Bank (Bank Loan) Utang bank adalah kewajiban perusahaan kepada lembaga keuangan (perbankan) untuk keperluan modal aktivitas bisnis. Aktivitas bisnis ini mencakup pengeluaran biaya untuk menginisiasi perencanaan strategis seperti peningkatan kualitas, kuantitas, dan/atau ekspansi bisnis. Contoh yang termasuk kredit yang diberikan oleh bank seperti overdraft, atau utang lainnya kepada bank. 2. Utang Hipotik (Mortgages Payable) Utang hipotik yaitu utang yang menggunakan aset berharga sebagai objek jaminan, biasanya berkaitan dengan properti (tanah dan bangunan). Jika perusahaan berakhir gagal dalam melakukan pembayaran utangnya, maka pihak kreditur memiliki hak untuk menjual aset tersebut guna melunasi utang. 3. Utang Obligasi (Bond Payable) Utang obligasi mengacu pada bentuk utang yang diterbitkan oleh perusahaan dalam bentuk obligasi. Perusahaan nantinya akan menerima dana dari pemegang obligasi yang meminjamkan dana dan berjanji membayar kembali jumlah pokok dan bunga yang ditetapkan pada jangka waktu tertentu. 4. Utang Sewa Dana (Payable Lease) Utang sewa dana merujuk pada kewajiban yang muncul dari perjanjian sewa, seperti sewa kendaraan, properti, atau aset tetap lainnya. Perusahaan harus terus menjalankan pembayaran sewa sepanjang masa sewa aset terus berjalan. 5. Utang Pemegang Saham (Holding Company Loan) Utang pemegang saham adalah kewajiban perusahaan yang harus dibayar kepada pemegang saham yang telah membeli saham preferen atau saham biasa yang belum diterbitkan. Utang Jangka Pendek (Current Liabilities) Selanjutnya, jenis pasiva lancar atau utang jangka pendek merupakan kewajiban yang harus dibayar dalam waktu selama-lamanya kurang dari satu tahun periode fiskal. Beberapa jenis utang jangka pendek atau current liabilities termasuk: 1. Utang Dagang (Account Payable) Utang ini juga sering dikenal dengan account payable. Utang dagang adalah kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa dari pemasok dan harus dibayar dalam waktu yang singkat, biasanya dalam beberapa bulan. Biasanya perusahaan akan membeli barang untuk keperluan proses produksi atau pemasaran sehingga membutuhkan supplier sebagai pihak piutang untuk berutang jika membutuhkan modal awal yang cukup besar. 2. Utang Wesel (Notes Payable) Utang wesel adalah kewajiban berdasarkan wesel yang diterbitkan oleh perusahaan kepada pihak ketiga. Wesel ini merupakan janji pembayaran tertulis dalam jumlah tertentu pada tanggal tertentu. 3. Beban yang Perlu Dibayarkan (Interest Payable) Interest payable mencakup kewajiban yang timbul dari transaksi tertentu yang belum sepenuhnya terunasi. Beban yang perlu dibayarkan ini meliputi gaji yang masih harus dibayarkan, tagihan utilitas yang belum lunas, atau biaya-biaya lain yang harus ditanggung. Nantinya, beban ini akan dibayarkan pada akhir bulan atau menyesuaikan dengan tenggat waktu pembayaran yang telah diatur oleh pihak keputusan bersama. 4. Penghasilan yang Ditangguhkan (Deferred/ Unearned Revenue) Penghasilan ini mengacu pada uang sepenuhnya belum diterima oleh perusahaan untuk produk atau layanan yang disampaikan sepenuhnya oleh pihak ketiga yang memberikan jasa. Oleh karena itu, perusahaan berkewajiban untuk membagi dengan pihak ketiga atau jasa tersebut di masa depan sehingga sebagian penghasilan termasuk utang. 5. Utang Pajak Utang pajak mencakup pajak yang belum dibayar oleh perusahaan kepada pihak berwenang (DJP), seperti pajak penghasilan atau pajak penjualan. 6. Utang Gaji Utang gaji adalah kewajiban yang tidak berkaitan dengan pihak eksternal, namun pada pihak internal yang dalam hal ini yaitu karyawan. Hal ini termasuk utang karena perusahaan belum memberikannya kepada karyawan, dan akan berubah menjadi komponen beban di akhir bulan jika perusahaan telah berhasil memberikannya ke karyawan 7. Utang Dividen (Dividend Payable) Utang dividen adalah kewajiban yang timbul ketika perusahaan berjanji membayar dividen kepada pemegang saham preferen, yang menanamkan dana sebagai modal perusahaan. Dividen biasanya dibayar secara periodik dan nilai yang akan diberikan disesuaikan berdasarkan keuntungan yang dicapai perusahaan dalam satu tahun periode fiskal dan besarnya penanaman modal yang diberikan. Tujuan dan Rumus Menghitung Pasiva Menghitung berbagai jenis pasiva atau kewajiban dalam sebuah perusahaan memiliki tujuan atau alasan tertentu. Pertama, untuk mengidentifikasi apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada sebelum jatuh tempo. Kedua, dalam akuntansi berbasis akrual, sebuah perusahaan harus menyajikan laporan keuangan yang seimbang. Dengan mencatat pasiva dengan benar, laporan keuangan akan mencerminkan keseimbangan yang diperlukan ini. Ketiga, sebagai dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan oleh pihak eksternal yang membutuhkan informasi keuangan. Informasi ini menjadi dasar pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman kredit sebagai modal. Dengan demikian, menghitung pasiva merupakan langkah kunci dalam akuntansi dan keuangan bisnis untuk menggambarkan situasi keuangan dan kewajiban perusahaan dengan jelas dan transparan. Mengutip dari Investopedia, rumus yang bisa Anda gunakan untuk menghitung pasiva dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: Harta/Aset = Liabilities/Utang + Equity/Modal Langkah dalam Memasukkan Pasiva dalam Laporan Keuangan Memasukkan komponen pasiva dalam laporan keuangan melibatkan serangkaian langkah yang komprehensif agar dapat mencapai informasi yang akurat. Biasanya, akuntan atau staf keuangan akan menjalankan langkah-langkah berikut ini: 1. Identifikasi dan kelompokkan komponen pasiva sesuai dengan jenisnya, apakah termasuk utang jangka pendek atau utang jangka panjang. 2. Mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk setiap jenis pasiva, termasuk informasi seperti jumlah pokok utang, bunga yang harus dibayar, tanggal jatuh tempo, dan ketentuan lain yang relevan. 3. Jika ada utang yang menghasilkan bunga, pastikan bahwa bunga yang harus dibayar selama periode laporan telah dihitung dengan benar. Hal ini mencakup perhitungan bunga berdasarkan suku bunga yang berlaku dan jangka waktu utang. 4. Klasifikasikan jenis pasiva sesuai dengan kriteria jangka waktu. Misalnya, pasiva yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang dianggap sebagai utang jangka pendek, sementara yang jatuh tempo lebih dari satu tahun dianggap sebagai utang jangka panjang. 5. Mulai masuk ke proses penyajian di Laporan Keuangan. Biasanya jenis-jenis pasiva akan dijelaskan dalam bagian neraca atau laporan posisi keuangan, di mana pasiva ditempatkan di bawah judul “Kewajiban” atau “Liabilitas”. 6. Jika diperlukan, tambahkan pengungkapan tambahan tentang risiko, ketentuan, atau hal-hal penting lainnya yang berkaitan dengan berbagai jenis pasiva dalam laporan keuangan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca laporan keuangan. 7. Terakhir, agar informasi yang tercantum dalam laporan keuangan bersifat akurat dan valid, maka akan dilakukan proses audit laporan keuangan. Setelah semua langkah ini selesai, laporan keuangan perusahaan akan mencerminkan secara akurat berbagai jenis pasiva, membantu para stakeholder untuk memahami kewajiban perusahaan, kondisi keuangan, dan kinerja finansial secara keseluruhan. Contoh Pencatatan Pasiva dalam Laporan Keuangan Agar Anda mendapatkan mengenai gambaran jelas mengenai bagaimana pencatatan pasiva yang benar dalam sebuah laporan keuangan perusahaan, berikut beberapa contohnya. Contoh pertama, Anda bisa melihat susunan pencatatan berbagai jenis pasiva dalam laporan posisi keuangan konsolidasi milik PT. Semen Indonesia Tbk. dan Entitas Anak berikut ini: Lalu, contoh kedua dapat Anda lihat melalui laporan posisi keuangan yang diterbitkan oleh PT. Petrokimia Gresik tahun 2019 sebagai berikut: Terakhir, Anda dapat melihat pencatatan komponen pasiva dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh PT. Cisadane Sawit Raya Tbk dan Entitas Anak berikut: Kesimpulan Itulah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis pasiva dan pencatatannya dalam sebuah laporan keuangan. Seperti yang dapat dilihat bahwa pasiva terbagi menjadi dua sesuai dengan jangka waktu pembayaran kewajiban tersebut, yaitu pasiva tetap dan pasiva lancar. Pasiva tetap mengacu kepada utang yang berjalan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti utang bank, utang sewa dana, dan utang obligasi. Sedangkan pasiva lancar mengacu pada utang yang berjangka waktu pendek (satu tahun atau kurang) di mana berkaitan dengan utang dagang, utang gaji, utang wesel, dan utang pajak. Proses pencatatannya dalam laporan keuangan biasanya tercantum dalam laporan posisi keuangan sebuah perusahaan, di mana pasiva akan masuk pada komponen dalam “Kewajiban” atau “Liabilitas”. Agar proses pencatatan dapat berjalan dengan cepat dan akurat, Anda dapat menggunakan aplikasi akuntansi Mekari Jurnal. Melalui Mekari Jurnal, Anda tidak perlu ragu dalam melakukan proses pencatatan sebab sistem yang berjalan secara otomatis dan terhindar dari risiko human error. Proses penyusunan laporan keuangan juga akan semakin cepat dan mudah karena tidak perlu lagi melakukan rekonsiliasi pembukuan secara manual. Tunggu apalagi? Ayo, gunakan Mekari Jurnal sekarang juga dan dapatkan berbagai manfaat yang dapat Anda dan perusahaan rasakan setelah pemakaiannya! Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! atau Konsultasi Gratis dengan Sales Mekari Jurnal Sekarang!