MOQ (Minimum Order Quantity): Manfaat, Cara Menghitung, dan Tips Menerapkannya Dalam melakukan transaksi pemesanan antaran penjual dengan pembeli, khususnya pada sektor retail, biasanya Anda sering menemukan pemesanan dengan mininum pembelian atau MOQ. Apa itu MOQ? MOQ pada dasarnya adalah sebuah strategi dalam menetapkan jumlah produk yang dipesan dalam sebuah transaksi pembelian suatu produk. Umumnya, strategi transaksi ini memberikan banyak manfaat terhadap penjual. Namun, dengan harga yang lebih terjangkau tentunya juga memberikan manfaat terhadap pembeli. Selain itu, adanya MOQ juga membantu mengoptimalkan supply chain management suatu bisnis atau perusahaan. Bagaimana caranya? Lalu, bagaimana menerapkan MOQ yang tepat? Simak penjelasannya secara lengkap dalam artikel Mekari Jurnal berikut ini. Apa Itu Minimum Order Quantity? MOQ (Minimum Order Quantity) adalah jumlah minimum unit produk yang harus dibeli oleh pembeli dalam satu kali transaksi dari penjual atau produsen. MOQ ditetapkan untuk memastikan efisiensi produksi, pengiriman, dan keuntungan bagi penjual. Dalam bahasa Indonesia, MOQ disebut juga sebagai Jumlah Pemesanan Minimum. MOQ umum digunakan dalam transaksi B2B (Business to Business) seperti grosir, manufaktur, atau ekspor-impor, namun juga bisa diterapkan dalam skema B2C (Business to Customer) tertentu, terutama saat pre-order atau produksi terbatas. Minimum Order Quantity atau MOQ merupakan acuan standar dalam menetapkan batas pembelian produk atau barang dalam pemesanan oleh penjual. Biasanya, penetapan jumlah ini diikuti dengan penyesuaian harga agar menarik pelanggan untuk membelinya. Namun, ada juga yang harganya tetap sesuai harga per unit. Mengutip dari Shopify, penetapan MOQ bertujuan untuk menghindari pemborosan sumber daya yang berkaitan dengan pesanan produk yang menghasilkan keuntungan sedikit. Selain itu, pada dasarnya bertujaun agar dapat meningkatkan volume penjualan produk dalam satu waktu, hingga dapat menghabiskan stok yang terdapat di ruang penyimpanan. Oleh karena itu, strategi MOQ juga berkaitan erat dengan supply chain management karena berhubungan dengan pengelolaan biaya penyimpanan yang cukup besar dan menstabilkan nilai dari barang tetap tinggi. Contoh Penerapan MOQ Produsen Pakaian MOQ: 100 pcs per model Artinya, pemesan harus memesan minimal 100 kaos per model agar produksi bisa dilakukan. Supplier Plastik Kemasan MOQ: 5000 lembar per desain Dicetak sablon sesuai branding pemesan, jadi produksi dalam jumlah kecil tidak efisien. Toko Grosir Online MOQ: Total belanja minimal Rp2 juta per pesanan Jika tidak memenuhi, sistem otomatis menolak checkout. Keuntungan MOQ Bagi Penjual Mengamankan margin keuntungan Menghindari pemborosan biaya produksi Menyederhanakan logistik dan distribusi Menyeleksi pelanggan yang serius atau siap beli dalam skala besar Dampak MOQ Bagi Pembeli Kelebihan: Harga per unit biasanya lebih murah Kekurangan: Membutuhkan modal besar di awal, dan risiko overstock Beberapa pembeli bisa menyiasati MOQ dengan: Patungan dengan pembeli lain Menegosiasikan MOQ lebih kecil saat trial order Minta sampel produk terlebih dahulu MOQ dalam Strategi Bisnis MOQ juga digunakan dalam strategi pemasaran dan pengendalian biaya, khususnya dalam: Dropshipper dan reseller: untuk mengetahui minimum pembelian yang bisa dijual kembali Startup produk custom: sebagai tolok ukur break-even point Importir dan ekspor: karena biaya pengiriman internasional tinggi, MOQ menjadi penting Jenis-Jenis MOQ Dalam dunia bisnis, terutama dalam ranah manufaktur, distribusi, dan perdagangan grosir, istilah Minimum Order Quantity (MOQ) menjadi salah satu parameter penting dalam hubungan transaksi antara penjual dan pembeli. MOQ merujuk pada jumlah minimum produk yang harus dibeli oleh pembeli agar transaksi dapat diproses oleh pihak penjual. Kebijakan ini tidak bersifat seragam, melainkan bergantung pada strategi bisnis masing-masing perusahaan serta kondisi pasar dan jenis produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, memahami jenis-jenis MOQ dan aplikasinya secara tepat sangat penting untuk memastikan kelancaran serta efisiensi dalam rantai pasok dan operasional perusahaan. 1. Soft MOQ: MOQ yang Bersifat Fleksibel Soft MOQ merupakan bentuk kebijakan minimum order yang bersifat tidak kaku atau fleksibel. Dalam pendekatan ini, pihak penjual dan pembeli memiliki ruang untuk melakukan negosiasi baik dari sisi kuantitas produk maupun harga satuan. Soft MOQ sangat umum diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat jangka panjang atau memiliki potensi kolaborasi yang lebih luas. Model ini mencerminkan prinsip kolaboratif dalam bisnis, di mana kedua belah pihak dapat saling menyesuaikan agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Misalnya, dalam suatu transaksi pembelian bahan baku oleh sebuah perusahaan manufaktur baru, penjual dapat menetapkan bahwa pembelian minimum adalah 500 unit. Namun jika pembeli menyatakan bahwa mereka hanya mampu membeli 300 unit untuk transaksi awal karena masih dalam tahap uji coba, maka penjual dapat menyetujui volume tersebut dengan penyesuaian harga atau komitmen pembelian lanjutan. Di sinilah letak fleksibilitas soft MOQ. Kelebihan dari soft MOQ adalah kemampuannya dalam mendorong hubungan jangka panjang antara penjual dan pembeli. Karena adanya keluwesan dalam kesepakatan, proses negosiasi lebih terbuka dan berorientasi pada pertumbuhan bersama. Bagi perusahaan pemula, model ini sangat bermanfaat karena dapat meminimalkan risiko inventaris awal yang berlebihan. Di sisi lain, penjual tetap memiliki peluang untuk mengembangkan hubungan bisnis baru yang dapat tumbuh dalam jangka waktu yang panjang. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah ketidakpastian dalam pendapatan dan volume produksi bagi pihak penjual, terutama jika negosiasi tidak menghasilkan volume yang mencukupi untuk menutupi biaya operasional produksi. 2. Hard MOQ: Ketentuan yang Tidak Dapat Ditawar Berbeda dengan soft MOQ, hard MOQ merupakan pendekatan yang bersifat tegas dan tidak dapat dinegosiasikan. Dalam hal ini, penjual menetapkan secara mutlak jumlah minimum yang harus dibeli oleh pembeli agar transaksi dapat dilanjutkan. Kebijakan ini sering kali diberlakukan oleh perusahaan yang memiliki struktur biaya tetap tinggi atau produk dengan proses produksi massal. Dengan menetapkan hard MOQ, perusahaan berupaya menjaga efisiensi produksi dan memastikan bahwa setiap pesanan dapat menutupi biaya tetap yang dikeluarkan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memproduksi kemasan makanan mungkin menetapkan hard MOQ sebesar 1000 unit untuk setiap desain karena biaya pencetakan dan setup mesin terlalu tinggi untuk memproses volume kecil. Dalam kasus ini, pembeli yang hanya membutuhkan 500 unit tidak dapat memaksa penjual untuk memproduksi di bawah batas tersebut, kecuali bersedia membayar biaya tambahan yang signifikan. Hard MOQ sangat cocok digunakan dalam industri yang skalanya besar dan memiliki proses produksi berbasis lini (assembly line). Dengan adanya batasan minimum ini, produsen dapat merencanakan jadwal produksi dengan lebih efisien dan menghindari idle time pada mesin. Selain itu, perusahaan juga dapat menghindari pemborosan bahan baku dan biaya tenaga kerja tambahan yang timbul karena produksi dalam volume kecil. Kekurangannya, kebijakan ini bisa membatasi potensi pasar karena tidak semua pembeli mampu atau bersedia melakukan pembelian dalam jumlah besar. Akibatnya, perusahaan bisa kehilangan peluang pasar dari segmen usaha kecil atau pemula. 3. Variasi Strategi MOQ dalam Praktik Bisnis Selain pengelompokan berdasarkan sifatnya (soft dan hard), penerapan MOQ juga dapat dibedakan berdasarkan strategi teknis yang digunakan oleh pelaku usaha. Berikut adalah beberapa varian MOQ yang umum ditemui di pasar: a. Fixed MOQ Fixed MOQ adalah bentuk MOQ yang ditetapkan secara pasti dan tidak dapat dinegosiasikan, serupa dengan hard MOQ, tetapi lebih fokus pada jumlah kuantitatif tertentu. Misalnya, sebuah produsen baju kaus menetapkan bahwa pembelian minimal adalah 100 pcs per desain. Strategi ini sangat efektif untuk menjaga efisiensi produksi dan kestabilan rantai pasok bahan baku. Keuntungan dari fixed MOQ adalah kemudahan dalam proses operasional dan prediktabilitas arus produksi. Namun, tantangannya terletak pada keterbatasan akses bagi pembeli kecil. b. Flexible MOQ Berbeda dari fixed MOQ, flexible MOQ memberikan opsi kepada pembeli untuk menyesuaikan kuantitas pemesanan berdasarkan kondisi tertentu. Salah satu contohnya adalah kebijakan diskon atau relaksasi jumlah pembelian bagi first-time buyer atau pelanggan loyal. Dengan strategi ini, perusahaan bisa menjaga hubungan baik dengan pelanggan sambil tetap menjaga efisiensi produksi. Flexible MOQ sangat relevan bagi bisnis yang bergerak di bidang custom-made atau produksi berbasis permintaan (made-to-order), di mana fleksibilitas menjadi nilai jual tersendiri. c. Value-Based MOQ Dalam pendekatan ini, penetapan minimum order tidak dilihat dari jumlah unit produk, melainkan dari nilai transaksi minimal. Contohnya, toko perlengkapan kantor online mungkin menetapkan bahwa setiap transaksi minimal senilai Rp1.000.000. Dengan demikian, pembeli dapat membeli kombinasi produk apa saja selama total nilainya mencapai ambang batas tersebut. Model ini memberikan keleluasaan kepada pembeli dalam memilih produk sesuai kebutuhan, namun tetap menjaga margin keuntungan dan efisiensi pemrosesan bagi penjual. d. Tiered MOQ Tiered MOQ atau MOQ bertingkat adalah strategi di mana MOQ ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, atau spesifikasi produk. Misalnya, MOQ untuk produk ukuran kecil bisa ditetapkan pada 500 unit, sedangkan untuk ukuran besar hanya 200 unit. Strategi ini cocok untuk perusahaan yang memiliki variasi produk dengan kebutuhan produksi yang berbeda-beda. Keunggulan dari tiered MOQ adalah kemampuannya dalam mengakomodasi karakteristik produk yang beragam, serta mempermudah perhitungan margin dan strategi harga diferensiasi. Baca Juga: Purchase Order (PO): Pengertian, Fungsi, dan Contohnya Cara Menghitung MOQ Jika melihat dari jenis strategi MOQ tersebut, Anda harus cermat dalam menghitung penetapan minimal order dalam bertransaksi agar dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Agar dapat mencapai kondisi tersebut, Anda dapat melakukan perhitungan MOQ menggunakan rumus yang akan dijabarkan berikut ini: MOQ = 2 x R x SP x I Penjelasan: R = Jumlah barang yang dalam suatu transaksi pemesanan. Jika jumlah belum pasti, dapat berasumsi membutuhkan jumlah yang sama pada periode sebelumnya. S = Biaya yang dikeluarkan dalam sekali transaksi pemesanan (biaya distribusi, biaya angkut, dsb.). P = Harga beli satuan unit. I = Biaya yang diperlukan untuk proses penyimpanan inventaris barang setelah pemesanan. Umumnya dapat bentuk persentase (%). Contoh Perhitungan MOQ PT. Jurnal Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang membutuhkan peralatan kantor dalam hal ini alat printer sebanyak 50 buah. Setiap unit alat printer bernilai Rp 800.000. Untuk melakukan pemesanan, membutuhkan biaya sebesar Rp 5.000.000 dan biaya penyimpanan sebesar 10% per barang. Lalu, bagaimana perhitungan MOQ untuk mendapatkan keuntungan maksimal? Jawab: MOQ = 2 x R x SP x I = 2 x 50 x 5.000.000 . 800.000 x 10% MOQ = 62,5. Berdasarkan dari perhitungan tersebut, maka penetapan pembelian minimal yang menguntungkan adalah sebesar 62,5 atau bisa Anda bulatkan menjadi 63 buah alat printer setiap kali pembelian. Baca Juga: Cara Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) Fungsi dan Tujuan Penetapan MOQ (Minimum Order Quantity) Dalam dunia bisnis modern, konsep Minimum Order Quantity atau MOQ menjadi salah satu strategi penting yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam sektor manufaktur, grosir, dan distribusi. MOQ adalah batas minimum jumlah pesanan yang harus dipenuhi oleh pembeli agar transaksi dengan penjual dapat dilakukan. Strategi ini bukan hanya ditetapkan secara sepihak oleh penjual, melainkan merupakan hasil kalkulasi matang atas berbagai komponen biaya dan efisiensi operasional yang mempengaruhi keberlanjutan usaha. Pada bagian ini akan membahas secara menyeluruh tentang fungsi dan tujuan utama dari penetapan MOQ dalam kegiatan bisnis. 1. Efisiensi Produksi Salah satu alasan paling mendasar dari penetapan MOQ adalah untuk menjaga efisiensi dalam proses produksi. Dalam dunia manufaktur, menjalankan produksi dalam skala kecil sering kali tidak ekonomis. Setiap proses produksi umumnya memiliki setup awal, yaitu tahap persiapan alat, bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan lain yang dibutuhkan sebelum lini produksi benar-benar berjalan. Tahapan ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, dan tidak bergantung pada jumlah unit yang akan diproduksi. Sebagai ilustrasi, sebuah pabrik pencetakan kemasan makanan harus menyiapkan mesin, mencocokkan warna, dan melakukan kalibrasi cetak sebelum memproduksi satu pun kemasan. Jika hanya memproduksi 100 unit, maka biaya setup tersebut akan dibebankan kepada setiap unit dalam jumlah besar, sehingga harga per unit menjadi sangat mahal dan tidak kompetitif. Sebaliknya, jika produksi dilakukan dalam jumlah besar—sesuai dengan MOQ—maka biaya setup bisa tersebar merata ke seluruh unit, menjadikan biaya per unit lebih rendah dan efisien. MOQ juga membantu perusahaan menghindari idle capacity atau kapasitas menganggur, yaitu situasi di mana mesin atau tenaga kerja tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan memastikan bahwa setiap produksi memiliki volume yang layak, perusahaan bisa menjalankan operasionalnya secara terus menerus tanpa gangguan produktivitas. Ini sangat penting terutama bagi bisnis yang berbasis pada skala ekonomi, di mana semakin banyak produk yang diproduksi, semakin rendah pula biaya produksinya. 2. Penghematan Biaya Operasional Selain efisiensi produksi, penerapan MOQ juga berfungsi untuk menekan berbagai biaya operasional lainnya seperti pengemasan, distribusi, logistik, dan tenaga kerja. Dalam transaksi bisnis, sering kali biaya tetap (fixed cost) menjadi komponen yang tidak bisa dihindari, bahkan ketika volume produksi kecil. Dengan adanya MOQ, perusahaan dapat memastikan bahwa semua biaya tetap tersebut dapat tertutup dengan hasil penjualan dari pesanan minimum. Sebagai contoh, biaya pengemasan tidak hanya mencakup bahan seperti kardus dan plastik pembungkus, tetapi juga mencakup biaya desain, percetakan label, dan biaya tenaga kerja yang membungkus produk tersebut. Dalam volume kecil, biaya per unit pengemasan akan sangat tinggi, namun jika dilakukan dalam volume besar, biaya tersebut akan lebih efisien dan bisa ditekan. Dalam konteks logistik dan distribusi, biaya pengiriman juga merupakan salah satu faktor yang paling besar dalam operasional. Misalnya, satu pengiriman ekspedisi untuk 10 kotak atau 100 kotak bisa jadi memakan biaya yang tidak terlalu jauh berbeda. Maka, semakin besar jumlah yang dikirim, semakin kecil pula biaya pengiriman per unitnya. Hal ini tentu menjadi pertimbangan penting dalam penetapan MOQ, karena semakin besar volume pemesanan, semakin rendah biaya pengiriman per produk yang harus ditanggung perusahaan. Selain itu, dari sisi tenaga kerja, proses administratif seperti pembuatan faktur, pengecekan stok, dan pengiriman juga tetap membutuhkan waktu dan biaya. Maka, dengan jumlah pesanan yang besar (sesuai MOQ), perusahaan tidak perlu berulang kali melakukan proses administratif untuk pesanan yang kecil-kecil, sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga. 3. Menjaga Profit Margin Setiap entitas bisnis pada dasarnya berorientasi pada pencapaian keuntungan (profit). Dalam praktiknya, salah satu cara menjaga profit margin adalah dengan memastikan bahwa biaya produksi dan operasional dapat dikompensasi oleh jumlah pesanan yang memadai. Di sinilah MOQ memainkan peran penting. MOQ dirancang agar setiap transaksi memberikan margin yang wajar. Tanpa MOQ, penjual bisa saja menerima pesanan dalam jumlah sangat kecil, namun dengan beban biaya tetap yang sama seperti pesanan besar. Hal ini akan menyebabkan margin keuntungan menjadi sangat tipis, atau bahkan menyebabkan kerugian karena biaya operasional tidak tertutupi. Sebagai contoh konkret, sebuah produsen makanan ringan menetapkan MOQ 500 bungkus per pesanan. Jika pesanan hanya 50 bungkus, maka biaya operasional seperti pengemasan, pencetakan label, pengiriman, dan pembukuan bisa membuat keuntungan dari transaksi tersebut menjadi nihil atau negatif. Oleh karena itu, penetapan MOQ menjadi alat pengendalian margin keuntungan agar tetap berada dalam kisaran yang sehat dan berkelanjutan. Di samping itu, penetapan MOQ juga mencegah pembeli melakukan order kecil secara terus menerus, yang akan membebani pihak produsen dalam proses operasionalnya. Dengan menetapkan jumlah minimum pembelian, produsen dapat fokus pada transaksi besar yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan, dibandingkan dengan menangani order kecil yang kompleks dan tidak efisien secara biaya. 4. Menghindari Kerugian dari Overhead Dalam akuntansi biaya, istilah overhead mengacu pada biaya tetap yang tidak secara langsung terkait dengan proses produksi namun tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan. Contohnya adalah biaya listrik, sewa gudang, gaji staf administrasi, dan perawatan mesin. Biaya ini bersifat konstan dan harus dibayar terlepas dari apakah perusahaan memproduksi satu unit barang atau seribu unit barang. Penetapan MOQ membantu memastikan bahwa jumlah pesanan yang diterima cukup untuk menutupi bagian proporsional dari biaya overhead tersebut. Jika perusahaan menerima banyak pesanan dalam volume kecil, maka biaya overhead akan terbagi secara tidak efisien dan bisa menggerus keuntungan perusahaan. Sebaliknya, jika pesanan memenuhi atau melampaui MOQ, maka biaya overhead akan lebih tersebar merata dan tidak membebani harga pokok penjualan secara signifikan. Hal ini penting terutama bagi perusahaan yang beroperasi dengan margin rendah, di mana ketidakmampuan menutup overhead bisa menjadi penyebab utama kerugian usaha. MOQ juga berperan dalam merencanakan penggunaan sumber daya dan kapasitas produksi. Dengan memastikan bahwa setiap proses produksi dilakukan dalam volume yang optimal, perusahaan dapat meminimalkan pemborosan dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. 5. Mengatur Manajemen Stok Aspek penting lain dari penetapan MOQ adalah fungsinya dalam pengelolaan stok barang atau inventory management. Dalam rantai pasok, kelebihan atau kekurangan stok dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan operasional perusahaan. Kekurangan stok dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan kehilangan penjualan, sementara kelebihan stok dapat menyebabkan biaya penyimpanan tinggi dan risiko produk rusak atau kadaluarsa. Dengan adanya MOQ, perusahaan dapat mengatur siklus persediaan secara lebih efisien. Penjual akan cenderung hanya memproduksi barang dalam volume yang dapat diserap oleh pasar sesuai dengan MOQ yang telah ditetapkan. Ini membantu dalam menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang, sehingga mengurangi risiko dead stock atau produk yang tidak terjual. MOQ juga dapat membantu pembeli merencanakan pembelian mereka secara lebih strategis. Misalnya, jika sebuah produsen makanan membatasi pemesanan minimum 1000 bungkus, maka pembeli akan lebih hati-hati dalam menghitung kebutuhan pasar sebelum melakukan pemesanan. Hal ini mendorong kedua belah pihak untuk beroperasi secara lebih efisien dan terencana. Dalam sistem inventory berbasis digital, penerapan MOQ juga bisa diintegrasikan dengan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) untuk mengatur kapan harus restock barang berdasarkan permintaan pasar. Dengan begitu, sistem akan secara otomatis memberikan peringatan ketika stok mendekati batas MOQ sehingga pembelian atau produksi ulang bisa dilakukan tepat waktu. Baca Juga: 8 Tips Jitu Melakukan Kontrol Stok Barang pada Bisnis Anda! Tips/Strategi dalam Menerapkan Sistem MOQ Mengutip dari Shipbob, berikut adalah beberapa tips perencanaan strategi yang bisa Anda terapkan sebagai pengusaha agar dapat menerapkan sistem MOQ yang efisien. Terapkan Strategi Pemasaran Potongan Harga Salah satu tips yang cukup efektif dalam meningkatkan penjualan dengan metode MOQ adalah dengan memberikan kampanye berupa potongan harga atau diskon untuk pembelian paket MOQ. Ini akan mempercepat arus perputaran barang karena pelanggan banyak yang beralih dari pembelian satuan ke pembelian dengan minimum pemesanan karena penawaran harga yang lebih bagus. Contohnya, seperti membeli 3 buah baju dengan harga Rp 100.000, 8 buah baju seharga Rp 240.000, dan 12 buah baju seharga Rp 330.000. Baca Juga: 7 Strategi Pemasaran Produk yang Harus Anda Coba Identifikasi Produk dengan Pergerakan Barang yang Lambat SKU dengan siklus pergerakan barangnya cenderung lambat tentunya dapat memberikan dampak yang negatif terhadap barang itu sendiri dan perusahaan. Arus kas akan terhambat, biaya penyimpanan akan semakin membengkak, sedangkan kualitas barang terus menyusut. Oleh karena itu, Anda harus melakukan pemantauan dan evaluasi rutin terhadap barang yang Anda jual dalam toko. Ketahui barang apa saja yang laris manis dan barang mana yang jarang dilirik pelanggan. Menyingkirkan produk dengan pergerakan lambat dapat mengoptimalkan pendapatan perusahaan dalam jangka panjang. Jalankan promosi yang dapat mendorong penjualan pada produk ini dan perlahan produk akan menghilang dari gudang, kemudian berhenti menyuplai atau memproduksi produk tersebut. Memberikan Penawaran Pengiriman Gratis Strategi merupakan alternatif yang penerapannya cukup mudah. Anda dapat memberikan penawaran jasa pengiriman dan pengangkutan gratis bagi pelanggan yang memesan paket MOQ pada jumlah tertentu. Melalui strategi pengiriman gratis ini, diharapkan dapat meningkatkan penjualan pada paket minimum pembelian dalam jumlah besar. Beberapa contoh kampanye yang bisa Anda terapkan seperti “Belanja seharga 500 ribu Rupiah dan dapatkan gratis pengiriman” atau berikan voucher pengiriman gratis pada pesanan berikutnya jika memesan produk dalam jumlah tertentu. Baca Juga: 6 Tips dan Strategi Menentukan Biaya Pengiriman Kesimpulan Strategi MOQ adalah praktik yang umum digunakan dalam bisnis untuk mengatur jumlah minimum barang atau produk yang harus dibeli oleh pelanggan atau pihak yang memesan. Penerapan MOQ bertujuan untuk meningkatkan margin keuntungan perusahaan, di sisi lain juga mengefisiensikan operasional seperti mengurangi biaya penyimpanan dan biaya produksi. Namun, perlu diingat bahwa penerapan strategi MOQ juga memiliki beberapa potensi dampak negatif, seperti membatasi akses pelanggan yang memiliki anggaran terbatas atau menyebabkan ketidakpuasan pelanggan jika mereka merasa dipaksa untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar daripada yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk merencanakan dan mengelola strategi MOQ dengan bijak, dengan mempertimbangkan kebutuhan pelanggan dan karakteristik produk mereka. Permudah Pengelolaan Bisnis dengan Mekari Jurnal Karena berkaitan dengan banyak aspek seperti transaksi, arus kas, dan pengelolaan persediaan, tentunya Anda membutuhkan bantuan tambahan untuk menunjang manajemen bisnis. Mekari Jurnal merupakan software akuntansi yang dapat menjadi solusi dalam mempertahankan produktivitas dan performa perusahaan karena telah dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan. Beberapa fitur ungggulannya seperti mengelola budget & anggaran, manajemen inventaris, pembuatan invoice otomatis, dan membuat laporan keuangan. Selain itu, Mekari Jurnal juga sudah terintegrasi dengan Mekari Pay yang dapat membantu Anda dalam mengelola transaksi pembayaran dengan pelanggan tanpa berpindah perlu ribet berpindah platform, serta data transaksi yang langsung masuk secara otomatis ke sistem Mekari Jurnal. Jika tertarik, Anda dapat berkonsultasi dengan tim ahli kami atau mendaftarkan bisnis Anda secara langsung dengan klik tombol di bawah ini sekarang! Baik, Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! atau Konsultasi dengan Sales Mekari Jurnal Sekarang! Dapatkan free trial selama 14 hari bagi pendaftar pertama untuk mencoba berbagai fitur unggulan pada Mekari Jurnal dan rasakan manfaatnya! Kategori : ManufakturTrading dan Distribusi Artikel Sebelumnya Artikel Selanjutnya Dapatkan kurasi newsletter terkait pembukuan dan Akuntansi Subscribe Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal Facebook Instagram LinkedIn YouTube Dapatkan kurasi newsletter terkait pembukuan dan Akuntansi Subscribe Bagikan artikelWhatsAppLinkedinFacebook
MOQ (Minimum Order Quantity): Manfaat, Cara Menghitung, dan Tips Menerapkannya Dalam melakukan transaksi pemesanan antaran penjual dengan pembeli, khususnya pada sektor retail, biasanya Anda sering menemukan pemesanan dengan mininum pembelian atau MOQ. Apa itu MOQ? MOQ pada dasarnya adalah sebuah strategi dalam menetapkan jumlah produk yang dipesan dalam sebuah transaksi pembelian suatu produk. Umumnya, strategi transaksi ini memberikan banyak manfaat terhadap penjual. Namun, dengan harga yang lebih terjangkau tentunya juga memberikan manfaat terhadap pembeli. Selain itu, adanya MOQ juga membantu mengoptimalkan supply chain management suatu bisnis atau perusahaan. Bagaimana caranya? Lalu, bagaimana menerapkan MOQ yang tepat? Simak penjelasannya secara lengkap dalam artikel Mekari Jurnal berikut ini. Apa Itu Minimum Order Quantity? MOQ (Minimum Order Quantity) adalah jumlah minimum unit produk yang harus dibeli oleh pembeli dalam satu kali transaksi dari penjual atau produsen. MOQ ditetapkan untuk memastikan efisiensi produksi, pengiriman, dan keuntungan bagi penjual. Dalam bahasa Indonesia, MOQ disebut juga sebagai Jumlah Pemesanan Minimum. MOQ umum digunakan dalam transaksi B2B (Business to Business) seperti grosir, manufaktur, atau ekspor-impor, namun juga bisa diterapkan dalam skema B2C (Business to Customer) tertentu, terutama saat pre-order atau produksi terbatas. Minimum Order Quantity atau MOQ merupakan acuan standar dalam menetapkan batas pembelian produk atau barang dalam pemesanan oleh penjual. Biasanya, penetapan jumlah ini diikuti dengan penyesuaian harga agar menarik pelanggan untuk membelinya. Namun, ada juga yang harganya tetap sesuai harga per unit. Mengutip dari Shopify, penetapan MOQ bertujuan untuk menghindari pemborosan sumber daya yang berkaitan dengan pesanan produk yang menghasilkan keuntungan sedikit. Selain itu, pada dasarnya bertujaun agar dapat meningkatkan volume penjualan produk dalam satu waktu, hingga dapat menghabiskan stok yang terdapat di ruang penyimpanan. Oleh karena itu, strategi MOQ juga berkaitan erat dengan supply chain management karena berhubungan dengan pengelolaan biaya penyimpanan yang cukup besar dan menstabilkan nilai dari barang tetap tinggi. Contoh Penerapan MOQ Produsen Pakaian MOQ: 100 pcs per model Artinya, pemesan harus memesan minimal 100 kaos per model agar produksi bisa dilakukan. Supplier Plastik Kemasan MOQ: 5000 lembar per desain Dicetak sablon sesuai branding pemesan, jadi produksi dalam jumlah kecil tidak efisien. Toko Grosir Online MOQ: Total belanja minimal Rp2 juta per pesanan Jika tidak memenuhi, sistem otomatis menolak checkout. Keuntungan MOQ Bagi Penjual Mengamankan margin keuntungan Menghindari pemborosan biaya produksi Menyederhanakan logistik dan distribusi Menyeleksi pelanggan yang serius atau siap beli dalam skala besar Dampak MOQ Bagi Pembeli Kelebihan: Harga per unit biasanya lebih murah Kekurangan: Membutuhkan modal besar di awal, dan risiko overstock Beberapa pembeli bisa menyiasati MOQ dengan: Patungan dengan pembeli lain Menegosiasikan MOQ lebih kecil saat trial order Minta sampel produk terlebih dahulu MOQ dalam Strategi Bisnis MOQ juga digunakan dalam strategi pemasaran dan pengendalian biaya, khususnya dalam: Dropshipper dan reseller: untuk mengetahui minimum pembelian yang bisa dijual kembali Startup produk custom: sebagai tolok ukur break-even point Importir dan ekspor: karena biaya pengiriman internasional tinggi, MOQ menjadi penting Jenis-Jenis MOQ Dalam dunia bisnis, terutama dalam ranah manufaktur, distribusi, dan perdagangan grosir, istilah Minimum Order Quantity (MOQ) menjadi salah satu parameter penting dalam hubungan transaksi antara penjual dan pembeli. MOQ merujuk pada jumlah minimum produk yang harus dibeli oleh pembeli agar transaksi dapat diproses oleh pihak penjual. Kebijakan ini tidak bersifat seragam, melainkan bergantung pada strategi bisnis masing-masing perusahaan serta kondisi pasar dan jenis produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, memahami jenis-jenis MOQ dan aplikasinya secara tepat sangat penting untuk memastikan kelancaran serta efisiensi dalam rantai pasok dan operasional perusahaan. 1. Soft MOQ: MOQ yang Bersifat Fleksibel Soft MOQ merupakan bentuk kebijakan minimum order yang bersifat tidak kaku atau fleksibel. Dalam pendekatan ini, pihak penjual dan pembeli memiliki ruang untuk melakukan negosiasi baik dari sisi kuantitas produk maupun harga satuan. Soft MOQ sangat umum diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat jangka panjang atau memiliki potensi kolaborasi yang lebih luas. Model ini mencerminkan prinsip kolaboratif dalam bisnis, di mana kedua belah pihak dapat saling menyesuaikan agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Misalnya, dalam suatu transaksi pembelian bahan baku oleh sebuah perusahaan manufaktur baru, penjual dapat menetapkan bahwa pembelian minimum adalah 500 unit. Namun jika pembeli menyatakan bahwa mereka hanya mampu membeli 300 unit untuk transaksi awal karena masih dalam tahap uji coba, maka penjual dapat menyetujui volume tersebut dengan penyesuaian harga atau komitmen pembelian lanjutan. Di sinilah letak fleksibilitas soft MOQ. Kelebihan dari soft MOQ adalah kemampuannya dalam mendorong hubungan jangka panjang antara penjual dan pembeli. Karena adanya keluwesan dalam kesepakatan, proses negosiasi lebih terbuka dan berorientasi pada pertumbuhan bersama. Bagi perusahaan pemula, model ini sangat bermanfaat karena dapat meminimalkan risiko inventaris awal yang berlebihan. Di sisi lain, penjual tetap memiliki peluang untuk mengembangkan hubungan bisnis baru yang dapat tumbuh dalam jangka waktu yang panjang. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah ketidakpastian dalam pendapatan dan volume produksi bagi pihak penjual, terutama jika negosiasi tidak menghasilkan volume yang mencukupi untuk menutupi biaya operasional produksi. 2. Hard MOQ: Ketentuan yang Tidak Dapat Ditawar Berbeda dengan soft MOQ, hard MOQ merupakan pendekatan yang bersifat tegas dan tidak dapat dinegosiasikan. Dalam hal ini, penjual menetapkan secara mutlak jumlah minimum yang harus dibeli oleh pembeli agar transaksi dapat dilanjutkan. Kebijakan ini sering kali diberlakukan oleh perusahaan yang memiliki struktur biaya tetap tinggi atau produk dengan proses produksi massal. Dengan menetapkan hard MOQ, perusahaan berupaya menjaga efisiensi produksi dan memastikan bahwa setiap pesanan dapat menutupi biaya tetap yang dikeluarkan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memproduksi kemasan makanan mungkin menetapkan hard MOQ sebesar 1000 unit untuk setiap desain karena biaya pencetakan dan setup mesin terlalu tinggi untuk memproses volume kecil. Dalam kasus ini, pembeli yang hanya membutuhkan 500 unit tidak dapat memaksa penjual untuk memproduksi di bawah batas tersebut, kecuali bersedia membayar biaya tambahan yang signifikan. Hard MOQ sangat cocok digunakan dalam industri yang skalanya besar dan memiliki proses produksi berbasis lini (assembly line). Dengan adanya batasan minimum ini, produsen dapat merencanakan jadwal produksi dengan lebih efisien dan menghindari idle time pada mesin. Selain itu, perusahaan juga dapat menghindari pemborosan bahan baku dan biaya tenaga kerja tambahan yang timbul karena produksi dalam volume kecil. Kekurangannya, kebijakan ini bisa membatasi potensi pasar karena tidak semua pembeli mampu atau bersedia melakukan pembelian dalam jumlah besar. Akibatnya, perusahaan bisa kehilangan peluang pasar dari segmen usaha kecil atau pemula. 3. Variasi Strategi MOQ dalam Praktik Bisnis Selain pengelompokan berdasarkan sifatnya (soft dan hard), penerapan MOQ juga dapat dibedakan berdasarkan strategi teknis yang digunakan oleh pelaku usaha. Berikut adalah beberapa varian MOQ yang umum ditemui di pasar: a. Fixed MOQ Fixed MOQ adalah bentuk MOQ yang ditetapkan secara pasti dan tidak dapat dinegosiasikan, serupa dengan hard MOQ, tetapi lebih fokus pada jumlah kuantitatif tertentu. Misalnya, sebuah produsen baju kaus menetapkan bahwa pembelian minimal adalah 100 pcs per desain. Strategi ini sangat efektif untuk menjaga efisiensi produksi dan kestabilan rantai pasok bahan baku. Keuntungan dari fixed MOQ adalah kemudahan dalam proses operasional dan prediktabilitas arus produksi. Namun, tantangannya terletak pada keterbatasan akses bagi pembeli kecil. b. Flexible MOQ Berbeda dari fixed MOQ, flexible MOQ memberikan opsi kepada pembeli untuk menyesuaikan kuantitas pemesanan berdasarkan kondisi tertentu. Salah satu contohnya adalah kebijakan diskon atau relaksasi jumlah pembelian bagi first-time buyer atau pelanggan loyal. Dengan strategi ini, perusahaan bisa menjaga hubungan baik dengan pelanggan sambil tetap menjaga efisiensi produksi. Flexible MOQ sangat relevan bagi bisnis yang bergerak di bidang custom-made atau produksi berbasis permintaan (made-to-order), di mana fleksibilitas menjadi nilai jual tersendiri. c. Value-Based MOQ Dalam pendekatan ini, penetapan minimum order tidak dilihat dari jumlah unit produk, melainkan dari nilai transaksi minimal. Contohnya, toko perlengkapan kantor online mungkin menetapkan bahwa setiap transaksi minimal senilai Rp1.000.000. Dengan demikian, pembeli dapat membeli kombinasi produk apa saja selama total nilainya mencapai ambang batas tersebut. Model ini memberikan keleluasaan kepada pembeli dalam memilih produk sesuai kebutuhan, namun tetap menjaga margin keuntungan dan efisiensi pemrosesan bagi penjual. d. Tiered MOQ Tiered MOQ atau MOQ bertingkat adalah strategi di mana MOQ ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, atau spesifikasi produk. Misalnya, MOQ untuk produk ukuran kecil bisa ditetapkan pada 500 unit, sedangkan untuk ukuran besar hanya 200 unit. Strategi ini cocok untuk perusahaan yang memiliki variasi produk dengan kebutuhan produksi yang berbeda-beda. Keunggulan dari tiered MOQ adalah kemampuannya dalam mengakomodasi karakteristik produk yang beragam, serta mempermudah perhitungan margin dan strategi harga diferensiasi. Baca Juga: Purchase Order (PO): Pengertian, Fungsi, dan Contohnya Cara Menghitung MOQ Jika melihat dari jenis strategi MOQ tersebut, Anda harus cermat dalam menghitung penetapan minimal order dalam bertransaksi agar dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Agar dapat mencapai kondisi tersebut, Anda dapat melakukan perhitungan MOQ menggunakan rumus yang akan dijabarkan berikut ini: MOQ = 2 x R x SP x I Penjelasan: R = Jumlah barang yang dalam suatu transaksi pemesanan. Jika jumlah belum pasti, dapat berasumsi membutuhkan jumlah yang sama pada periode sebelumnya. S = Biaya yang dikeluarkan dalam sekali transaksi pemesanan (biaya distribusi, biaya angkut, dsb.). P = Harga beli satuan unit. I = Biaya yang diperlukan untuk proses penyimpanan inventaris barang setelah pemesanan. Umumnya dapat bentuk persentase (%). Contoh Perhitungan MOQ PT. Jurnal Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang membutuhkan peralatan kantor dalam hal ini alat printer sebanyak 50 buah. Setiap unit alat printer bernilai Rp 800.000. Untuk melakukan pemesanan, membutuhkan biaya sebesar Rp 5.000.000 dan biaya penyimpanan sebesar 10% per barang. Lalu, bagaimana perhitungan MOQ untuk mendapatkan keuntungan maksimal? Jawab: MOQ = 2 x R x SP x I = 2 x 50 x 5.000.000 . 800.000 x 10% MOQ = 62,5. Berdasarkan dari perhitungan tersebut, maka penetapan pembelian minimal yang menguntungkan adalah sebesar 62,5 atau bisa Anda bulatkan menjadi 63 buah alat printer setiap kali pembelian. Baca Juga: Cara Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) Fungsi dan Tujuan Penetapan MOQ (Minimum Order Quantity) Dalam dunia bisnis modern, konsep Minimum Order Quantity atau MOQ menjadi salah satu strategi penting yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam sektor manufaktur, grosir, dan distribusi. MOQ adalah batas minimum jumlah pesanan yang harus dipenuhi oleh pembeli agar transaksi dengan penjual dapat dilakukan. Strategi ini bukan hanya ditetapkan secara sepihak oleh penjual, melainkan merupakan hasil kalkulasi matang atas berbagai komponen biaya dan efisiensi operasional yang mempengaruhi keberlanjutan usaha. Pada bagian ini akan membahas secara menyeluruh tentang fungsi dan tujuan utama dari penetapan MOQ dalam kegiatan bisnis. 1. Efisiensi Produksi Salah satu alasan paling mendasar dari penetapan MOQ adalah untuk menjaga efisiensi dalam proses produksi. Dalam dunia manufaktur, menjalankan produksi dalam skala kecil sering kali tidak ekonomis. Setiap proses produksi umumnya memiliki setup awal, yaitu tahap persiapan alat, bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan lain yang dibutuhkan sebelum lini produksi benar-benar berjalan. Tahapan ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, dan tidak bergantung pada jumlah unit yang akan diproduksi. Sebagai ilustrasi, sebuah pabrik pencetakan kemasan makanan harus menyiapkan mesin, mencocokkan warna, dan melakukan kalibrasi cetak sebelum memproduksi satu pun kemasan. Jika hanya memproduksi 100 unit, maka biaya setup tersebut akan dibebankan kepada setiap unit dalam jumlah besar, sehingga harga per unit menjadi sangat mahal dan tidak kompetitif. Sebaliknya, jika produksi dilakukan dalam jumlah besar—sesuai dengan MOQ—maka biaya setup bisa tersebar merata ke seluruh unit, menjadikan biaya per unit lebih rendah dan efisien. MOQ juga membantu perusahaan menghindari idle capacity atau kapasitas menganggur, yaitu situasi di mana mesin atau tenaga kerja tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan memastikan bahwa setiap produksi memiliki volume yang layak, perusahaan bisa menjalankan operasionalnya secara terus menerus tanpa gangguan produktivitas. Ini sangat penting terutama bagi bisnis yang berbasis pada skala ekonomi, di mana semakin banyak produk yang diproduksi, semakin rendah pula biaya produksinya. 2. Penghematan Biaya Operasional Selain efisiensi produksi, penerapan MOQ juga berfungsi untuk menekan berbagai biaya operasional lainnya seperti pengemasan, distribusi, logistik, dan tenaga kerja. Dalam transaksi bisnis, sering kali biaya tetap (fixed cost) menjadi komponen yang tidak bisa dihindari, bahkan ketika volume produksi kecil. Dengan adanya MOQ, perusahaan dapat memastikan bahwa semua biaya tetap tersebut dapat tertutup dengan hasil penjualan dari pesanan minimum. Sebagai contoh, biaya pengemasan tidak hanya mencakup bahan seperti kardus dan plastik pembungkus, tetapi juga mencakup biaya desain, percetakan label, dan biaya tenaga kerja yang membungkus produk tersebut. Dalam volume kecil, biaya per unit pengemasan akan sangat tinggi, namun jika dilakukan dalam volume besar, biaya tersebut akan lebih efisien dan bisa ditekan. Dalam konteks logistik dan distribusi, biaya pengiriman juga merupakan salah satu faktor yang paling besar dalam operasional. Misalnya, satu pengiriman ekspedisi untuk 10 kotak atau 100 kotak bisa jadi memakan biaya yang tidak terlalu jauh berbeda. Maka, semakin besar jumlah yang dikirim, semakin kecil pula biaya pengiriman per unitnya. Hal ini tentu menjadi pertimbangan penting dalam penetapan MOQ, karena semakin besar volume pemesanan, semakin rendah biaya pengiriman per produk yang harus ditanggung perusahaan. Selain itu, dari sisi tenaga kerja, proses administratif seperti pembuatan faktur, pengecekan stok, dan pengiriman juga tetap membutuhkan waktu dan biaya. Maka, dengan jumlah pesanan yang besar (sesuai MOQ), perusahaan tidak perlu berulang kali melakukan proses administratif untuk pesanan yang kecil-kecil, sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga. 3. Menjaga Profit Margin Setiap entitas bisnis pada dasarnya berorientasi pada pencapaian keuntungan (profit). Dalam praktiknya, salah satu cara menjaga profit margin adalah dengan memastikan bahwa biaya produksi dan operasional dapat dikompensasi oleh jumlah pesanan yang memadai. Di sinilah MOQ memainkan peran penting. MOQ dirancang agar setiap transaksi memberikan margin yang wajar. Tanpa MOQ, penjual bisa saja menerima pesanan dalam jumlah sangat kecil, namun dengan beban biaya tetap yang sama seperti pesanan besar. Hal ini akan menyebabkan margin keuntungan menjadi sangat tipis, atau bahkan menyebabkan kerugian karena biaya operasional tidak tertutupi. Sebagai contoh konkret, sebuah produsen makanan ringan menetapkan MOQ 500 bungkus per pesanan. Jika pesanan hanya 50 bungkus, maka biaya operasional seperti pengemasan, pencetakan label, pengiriman, dan pembukuan bisa membuat keuntungan dari transaksi tersebut menjadi nihil atau negatif. Oleh karena itu, penetapan MOQ menjadi alat pengendalian margin keuntungan agar tetap berada dalam kisaran yang sehat dan berkelanjutan. Di samping itu, penetapan MOQ juga mencegah pembeli melakukan order kecil secara terus menerus, yang akan membebani pihak produsen dalam proses operasionalnya. Dengan menetapkan jumlah minimum pembelian, produsen dapat fokus pada transaksi besar yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan, dibandingkan dengan menangani order kecil yang kompleks dan tidak efisien secara biaya. 4. Menghindari Kerugian dari Overhead Dalam akuntansi biaya, istilah overhead mengacu pada biaya tetap yang tidak secara langsung terkait dengan proses produksi namun tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan. Contohnya adalah biaya listrik, sewa gudang, gaji staf administrasi, dan perawatan mesin. Biaya ini bersifat konstan dan harus dibayar terlepas dari apakah perusahaan memproduksi satu unit barang atau seribu unit barang. Penetapan MOQ membantu memastikan bahwa jumlah pesanan yang diterima cukup untuk menutupi bagian proporsional dari biaya overhead tersebut. Jika perusahaan menerima banyak pesanan dalam volume kecil, maka biaya overhead akan terbagi secara tidak efisien dan bisa menggerus keuntungan perusahaan. Sebaliknya, jika pesanan memenuhi atau melampaui MOQ, maka biaya overhead akan lebih tersebar merata dan tidak membebani harga pokok penjualan secara signifikan. Hal ini penting terutama bagi perusahaan yang beroperasi dengan margin rendah, di mana ketidakmampuan menutup overhead bisa menjadi penyebab utama kerugian usaha. MOQ juga berperan dalam merencanakan penggunaan sumber daya dan kapasitas produksi. Dengan memastikan bahwa setiap proses produksi dilakukan dalam volume yang optimal, perusahaan dapat meminimalkan pemborosan dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. 5. Mengatur Manajemen Stok Aspek penting lain dari penetapan MOQ adalah fungsinya dalam pengelolaan stok barang atau inventory management. Dalam rantai pasok, kelebihan atau kekurangan stok dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan operasional perusahaan. Kekurangan stok dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan kehilangan penjualan, sementara kelebihan stok dapat menyebabkan biaya penyimpanan tinggi dan risiko produk rusak atau kadaluarsa. Dengan adanya MOQ, perusahaan dapat mengatur siklus persediaan secara lebih efisien. Penjual akan cenderung hanya memproduksi barang dalam volume yang dapat diserap oleh pasar sesuai dengan MOQ yang telah ditetapkan. Ini membantu dalam menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang, sehingga mengurangi risiko dead stock atau produk yang tidak terjual. MOQ juga dapat membantu pembeli merencanakan pembelian mereka secara lebih strategis. Misalnya, jika sebuah produsen makanan membatasi pemesanan minimum 1000 bungkus, maka pembeli akan lebih hati-hati dalam menghitung kebutuhan pasar sebelum melakukan pemesanan. Hal ini mendorong kedua belah pihak untuk beroperasi secara lebih efisien dan terencana. Dalam sistem inventory berbasis digital, penerapan MOQ juga bisa diintegrasikan dengan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) untuk mengatur kapan harus restock barang berdasarkan permintaan pasar. Dengan begitu, sistem akan secara otomatis memberikan peringatan ketika stok mendekati batas MOQ sehingga pembelian atau produksi ulang bisa dilakukan tepat waktu. Baca Juga: 8 Tips Jitu Melakukan Kontrol Stok Barang pada Bisnis Anda! Tips/Strategi dalam Menerapkan Sistem MOQ Mengutip dari Shipbob, berikut adalah beberapa tips perencanaan strategi yang bisa Anda terapkan sebagai pengusaha agar dapat menerapkan sistem MOQ yang efisien. Terapkan Strategi Pemasaran Potongan Harga Salah satu tips yang cukup efektif dalam meningkatkan penjualan dengan metode MOQ adalah dengan memberikan kampanye berupa potongan harga atau diskon untuk pembelian paket MOQ. Ini akan mempercepat arus perputaran barang karena pelanggan banyak yang beralih dari pembelian satuan ke pembelian dengan minimum pemesanan karena penawaran harga yang lebih bagus. Contohnya, seperti membeli 3 buah baju dengan harga Rp 100.000, 8 buah baju seharga Rp 240.000, dan 12 buah baju seharga Rp 330.000. Baca Juga: 7 Strategi Pemasaran Produk yang Harus Anda Coba Identifikasi Produk dengan Pergerakan Barang yang Lambat SKU dengan siklus pergerakan barangnya cenderung lambat tentunya dapat memberikan dampak yang negatif terhadap barang itu sendiri dan perusahaan. Arus kas akan terhambat, biaya penyimpanan akan semakin membengkak, sedangkan kualitas barang terus menyusut. Oleh karena itu, Anda harus melakukan pemantauan dan evaluasi rutin terhadap barang yang Anda jual dalam toko. Ketahui barang apa saja yang laris manis dan barang mana yang jarang dilirik pelanggan. Menyingkirkan produk dengan pergerakan lambat dapat mengoptimalkan pendapatan perusahaan dalam jangka panjang. Jalankan promosi yang dapat mendorong penjualan pada produk ini dan perlahan produk akan menghilang dari gudang, kemudian berhenti menyuplai atau memproduksi produk tersebut. Memberikan Penawaran Pengiriman Gratis Strategi merupakan alternatif yang penerapannya cukup mudah. Anda dapat memberikan penawaran jasa pengiriman dan pengangkutan gratis bagi pelanggan yang memesan paket MOQ pada jumlah tertentu. Melalui strategi pengiriman gratis ini, diharapkan dapat meningkatkan penjualan pada paket minimum pembelian dalam jumlah besar. Beberapa contoh kampanye yang bisa Anda terapkan seperti “Belanja seharga 500 ribu Rupiah dan dapatkan gratis pengiriman” atau berikan voucher pengiriman gratis pada pesanan berikutnya jika memesan produk dalam jumlah tertentu. Baca Juga: 6 Tips dan Strategi Menentukan Biaya Pengiriman Kesimpulan Strategi MOQ adalah praktik yang umum digunakan dalam bisnis untuk mengatur jumlah minimum barang atau produk yang harus dibeli oleh pelanggan atau pihak yang memesan. Penerapan MOQ bertujuan untuk meningkatkan margin keuntungan perusahaan, di sisi lain juga mengefisiensikan operasional seperti mengurangi biaya penyimpanan dan biaya produksi. Namun, perlu diingat bahwa penerapan strategi MOQ juga memiliki beberapa potensi dampak negatif, seperti membatasi akses pelanggan yang memiliki anggaran terbatas atau menyebabkan ketidakpuasan pelanggan jika mereka merasa dipaksa untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar daripada yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk merencanakan dan mengelola strategi MOQ dengan bijak, dengan mempertimbangkan kebutuhan pelanggan dan karakteristik produk mereka. Permudah Pengelolaan Bisnis dengan Mekari Jurnal Karena berkaitan dengan banyak aspek seperti transaksi, arus kas, dan pengelolaan persediaan, tentunya Anda membutuhkan bantuan tambahan untuk menunjang manajemen bisnis. Mekari Jurnal merupakan software akuntansi yang dapat menjadi solusi dalam mempertahankan produktivitas dan performa perusahaan karena telah dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan. Beberapa fitur ungggulannya seperti mengelola budget & anggaran, manajemen inventaris, pembuatan invoice otomatis, dan membuat laporan keuangan. Selain itu, Mekari Jurnal juga sudah terintegrasi dengan Mekari Pay yang dapat membantu Anda dalam mengelola transaksi pembayaran dengan pelanggan tanpa berpindah perlu ribet berpindah platform, serta data transaksi yang langsung masuk secara otomatis ke sistem Mekari Jurnal. Jika tertarik, Anda dapat berkonsultasi dengan tim ahli kami atau mendaftarkan bisnis Anda secara langsung dengan klik tombol di bawah ini sekarang! Baik, Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! atau Konsultasi dengan Sales Mekari Jurnal Sekarang! Dapatkan free trial selama 14 hari bagi pendaftar pertama untuk mencoba berbagai fitur unggulan pada Mekari Jurnal dan rasakan manfaatnya!