6 Tahapan Pendanaan dalam Dunia Startup: Pre-Seed Ke IPO Selama satu dekade terakhir, perkembangan dunia bisnis di seluruh dunia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak sekali perusahaan startup yang bermunculan di berbagai tahapan dan berkembang secara signifikan, termasuk di Indonesia. Beberapa diantaranya diketahui telah mencapai status unicorn. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perusahaan unicorn terbanyak di Asia Tenggara. Istilah unicorn sudah tidak asing lagi di telinga sebagian masyarakat. Namun, masih banyak juga yang belum mengetahui bagaimana tahapan untuk mencapai tingkatan level startup yang cukup tinggi ini. Khususnya Anda yang ingin mulai merintis perusahaan di Indonesia, Anda harus dapat memahami berbagai tahapan level startup agar dapat bisa menyusun strategi perkembangan bisnis usaha Anda. Lalu, berbagai pertanyaan mungkin akann muncul dalam benak Anda, seperti: Apa itu unicorn sebelumnya? Bagaimana sebuah perusahaan startup dikatakan sebagai unicorn? Apa saja tingkatan level startup hingga ke level unicorn? Bagaimana suatu perusahaan dikategorikan pada level tertentu? Apakah ada level startup yang lebih tinggi setelah unicorn? Berikut, Mekari Jurnal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda mengenai startup dan tingkatan levelnya. Pastikan anda membaca hingga selesai, ya! 5 Tahapan Pendanaan Startup Mulai Dari Pre-Seed hingga IPO Tahapan pendanaan startup dari pre-seed hingga IPO melibatkan serangkaian langkah dan tahapan untuk mengumpulkan modal dari investor. Berikut adalah tahapan pendanaan yang umum dalam perjalanan startup: Pre-Seed Tahap pre-seed adalah awal dari perjalanan startup. Pada tahap ini, pendiri menggunakan sumber daya pribadi atau bantuan dari teman dan keluarga untuk memulai bisnis. Tujuannya adalah mengembangkan ide awal menjadi konsep yang lebih matang dan memvalidasi potensi pasar. Pendanaan pre-seed biasanya melibatkan pendanaan yang relatif kecil, seperti modal awal yang digunakan untuk membiayai pengembangan produk atau layanan awal. Seed Tahap seed adalah saat startup mencari pendanaan dari investor eksternal untuk mengembangkan bisnis mereka. Pada tahap ini, perusahaan mungkin telah memiliki produk atau prototipe yang lebih matang dan memulai pemasaran awal. Pendanaan seed sering kali dilakukan oleh angel investor, venture capital, atau lembaga pendanaan lainnya. Tujuan dari pendanaan seed adalah untuk membantu startup mencapai tahap selanjutnya dalam pengembangan produk dan pertumbuhan. Series A Tahap Series A adalah langkah berikutnya setelah seed, di mana startup mencari pendanaan yang lebih besar untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Pada tahap ini, perusahaan biasanya telah memiliki pelanggan, pendapatan yang konsisten, dan rencana ekspansi yang jelas. Pendanaan Series A biasanya melibatkan modal ventura yang lebih besar dan dapat membantu startup dalam pengembangan produk, pemasaran, dan ekspansi geografis. Series B, C, D, dst.. Setelah tahap Series A, startup dapat mencari pendanaan tambahan melalui putaran pendanaan berikutnya seperti Series B, C, D, dan seterusnya. Setiap putaran pendanaan ini bertujuan untuk membantu startup mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih besar, seperti memperluas ke pasar baru, meningkatkan kehadiran pasar, atau memperluas tim. Setiap putaran pendanaan dapat melibatkan investor baru atau partisipasi dari investor yang telah ada sebelumnya. IPO (Initial Public Offering) IPO adalah tahap di mana perusahaan memutuskan untuk mencatatkan sahamnya di bursa efek dan menawarkan saham kepada publik. IPO memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan modal yang lebih besar dan memberikan likuiditas bagi pemegang saham awal. Proses IPO melibatkan proses peraturan yang ketat dan persiapan yang komprehensif, termasuk pengungkapan informasi keuangan dan operasional yang lengkap. Setiap tahapan pendanaan memiliki persyaratan dan tantangan sendiri, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai IPO dapat bervariasi tergantung pada pertumbuhan dan kondisi pasar perusahaan. Penting untuk memiliki rencana bisnis yang jelas, membangun tim yang solid, dan terus mengkomunikasikan nilai perusahaan 6 Tingkatan Bisnis Startup Menurut Valuasi Tidak semua bidang usaha yang baru dirintis bisa dikategorikan sebagai perusahaan startup. Hanya perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi (IT) dan berbasis internet saja yang bisa disebut sebagai perusahaan startup. Maraknya perusahaan startup dipicu oleh pesatnya kemajuan teknologi di masa sekarang. Hal tersebut memungkinkan siapa saja untuk mewujudkan ide-idenya melalui inovasi dan mendirikan perusahaan berbasis teknologi dan internet. Beragam inovasi unik dan menarik berhasil diwujudkan menjadi produk aplikasi oleh perusahaan startup, yang terbukti mampu menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Bahkan aplikasi milik perusahaan startup bisa digunakan dengan mudah hanya bermodalkan smartphone saja. Bicara tentang perusahaan startup tentu tidak lengkap rasanya tanpa menyebut istilah valuasi. Istilah valuasi sendiri mengacu pada besaran potensi bisnis atau nilai ekonomi dari sebuah perusahaan, yang biasanya digunakan pada bursa saham. Selain itu, angka valuasi juga bisa digunakan sebagai tolak ukur dalam menghitung seberapa besar kesuksesan sebuah perusahaan. Semenjak perusahaan startup bermunculan di Indonesia, baik startup karya anak bangsa maupun startup asing, istilah valuasi menjadi topik yang menarik. Pasalnya, bahasan mengenai valuasi ini berkaitan dengan pendanaan dari investor untuk perusahaan startup yang biasanya berjumlah yang fantastis. Para investor tak lagi ragu dan semakin berlomba-lomba mengucurkan dana untuk berinvestasi bisnis pada startup yang dinilai memiliki potensi bisnis yang signifikan. Tingkatan valuasi ini kemudian memberikan tingkatan level pada masing-masing perusahaan startup. Kemudian, unicorn bukanlah satu-satunya level startup. Tingkat unicorn masih bisa berkembang lagi pada tingkatan selanjutnya, yakni decacorn, atau bahkan menuju ke tingkatan yang paling tinggi, yaitu hectocorn. Tingkatan level startup pada perusahaan mulai dari yang terendah hingga tertinggi ialah: Jumlah valuasi kurang dari USD 10 juta. Jumlah valuasi antara USD 10 juta hingga USD 100 juta. Jumlah valuasi antara USD 100 juta hingga USD 1 miliar. Jumlah valuasi antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Jumlah valuasi antara USD 10 miliar hingga USD 100 miliar. Jumlah valuasi lebih dari USD 100 miliar. Berikut penjelasan masing-masing level startup selengkapnya: Cockroach Tingkatan pertama dan terendah pada level perusahaan startup adalah cockroach atau yang berarti kecoa jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Istilah cockroach merujuk pada perusahaan kecil dan baru dirintis yang belum memiliki valuasi yang tinggi. Jumlah valuasi dari startup jenis ini mencapai kurang dari USD 10 juta atau setara dengan IDR 14.7 miliar. Meski begitu, perusahaan-perusahaan cockroach ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena jumlah valuasinya yang masih tergolong kecil, mereka justru semakin giat untuk berinovasi serta menyusun strategi yang matang demi menarik minat investor untuk memberikan modal bisnis. Semua perusahaan startup pasti pernah berada pada fase ini. Ciri-ciri dari perusahaan cockroach memang biasanya tergolong ke dalam ekosistem awal dari startup. Dengan kegigihan dan kerja keras untuk menarik investor, siapa tahu mereka bisa berkembang dan meningkatkan tingkatan level startup-nya. Maka tidak salah jika perusahaan-perusahaan yang baru merintis ini disebut dengan istilah cockroach karena memiliki kemampuan seperti kecoa yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi. Baca Juga: 9 Strategi Efektif yang Membuat Bisnis Startup Bertahan Pony Tingkatan level startup yang kedua ialah pony, yang memiliki simbol berupa kuda poni mungil. Pada tingkatan ini, persaingan bisnis yang terjadi sangat ketat sehingga membutuhkan kegigihan untuk bisa bertahan. Startup yang bergelar pony memiliki jumlah valuasi antara USD 10 juta hingga USD 100 juta. Tingkatan pony sering disebut sebagai tingkatan yang paling ganas diantara tingkatan-tingkatan lain. Oleh karena itu, perusahaan startup yang sudah berada pada titik ini biasanya adalah perusahaan yang berhasil berkembang dari segala keterbatasan, misalnya keterbatasan sumber daya. Mereka akan terus berupaya meyakinkan investor untuk menanamkan modal sehingga jumlah valuasinya semakin besar. Jika sebuah perusahaan startup mampu bertahan pada tingkatan pony, maka kemungkinan besar startup tersebut akan tumbuh dan mampu naik ke tingkatan selanjutnya. Seperti halnya kuda poni yang terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Centaurs Tingkatan selanjutnya pada level perusahaan startup adalah centaurs. Centaurs yang merupakan tingkatan ketiga ini dilambangkan oleh makhluk mitologi Yunani yang berbentuk manusia setengah kuda. Namun dalam ilmu astronomi, ia digambarkan sebagai sebuah rasi bintang bernama Centaurus. Ia juga muncul pada astrologi, sebagai lambang dari zodiak Sagitarius. Tingkatan centaurs diberikan pada perusahaan startup yang memiliki jumlah valuasi berkisar antara USD 100 juta hingga USD 1 miliar. Menurut data dari DailySocial, terdapat sekitar 70 startup centaurs yang berasal dari Asia Tenggara. Masih dari data yang sama, setidaknya ada 27 startup di Indonesia yang memiliki valuasi lebih dari USD 100 juta dan menyandang status centaurs. Diantaranya ialah Akulaku, Kredivo, dan Blibli. Pada tingkatan ini, jika sebuah perusahaan startup mampu mempertahankan jumlah valuasinya maka ia akan semakin mudah untuk menarik investor. Sehingga semakin besar pula peluang mereka untuk bisa naik ke tingkatan level startup berikutnya, yakni unicorn. Unicorn Sampailah kita pada unicorn, yakni tingkatan level startup berdasarkan pada nilai valuasinya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, sebuah perusahaan startup bisa meraih status unicorn jika telah memiliki jumlah valuasi antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Perusahaan startup yang bisa berada di tingkatan ini masih terbilang langka dan merupakan pencapaian yang sangat sulit untuk didapatkan. Seperti halnya hewan mitologi unicorn, yang mana adalah hewan langka dan mustahil untuk bisa ditemukan. Awal Mula Sejarah Startup Gunakan Istilah Unicorn Asal mula istilah unicorn berasal dari mitologi Yunani. Unicorn adalah hewan mitos yang berwujud seekor kuda berwarna putih, berasal dari daratan India, serta memiliki ciri-ciri khusus berupa tanduk di dahinya. Konon kabarnya, tanduk unicorn bukan merupakan tanduk biasa. Tanduknya mampu menetralkan segala bentuk racun. Oleh karena itu, banyak yang mengagung-agungkan hewan ini meskipun ia tergolong hewan yang sangat langka dan hanya dianggap sebagai mitos semata. Nama hewan mitos ini akhirnya dijadikan sebagai konteks dalam dunia perusahaan startup. Penggunaan istilah unicorn pada startup pertama kali dikemukakan oleh seorang kapitalis ventura asal Amerika Serikat bernama Aileen Lee pada tahun 2013. Lee, yang merupakan pendiri Cowboy Ventures menyebut perusahaan startup yang memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar sebagai unicorn. Maka dari itu, sebuah perusahaan startup bisa disebut sebagai unicorn jika telah memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar, atau setara dengan IDR 14 triliun. Mengapa Unicorn? Sama seperti hewan unicorn sendiri yang sangat langka dan mustahil ditemukan, untuk memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar bagi perusahaan startup adalah pencapaian yang luar biasa dan sulit untuk mencapainya. Angka tersebut dapat diperoleh baik dari investor publik maupun investor pribadi. Namun hal itu tentu saja bukan merupakan perkara mudah, pasalnya ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan startup. Diantaranya ialah jumlah dan nominal transaksi, jumlah pelanggan atau pengguna aplikasi, dan teknologi produk. Selain itu, perusahaan startup juga harus memperhatikan kualitas tim dan melakukan inovasi secara terus menerus agar bisa bersaing dengan kompetitor. Menurut riset yang dilakukan CBInsights, tercatat setidaknya lebih dari 726 perusahaan startup telah berstatus unicorn per Juni 2021 dan akan terus bertambah setiap bulannya. Padahal saat istilah unicorn pertama kali digunakan, perusahaan startup yang menyabet gelar unicorn baru berjumlah 39 perusahaan saja. Di era digital ini, beberapa perusahaan startup terbukti mampu mengimbangi bahkan melampaui kesuksesan perusahaan-perusahaan besar di dunia. Maka, dapat disimpulkan bahwa istilah unicorn digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan sebuah perusahaan startup. Decacorn Setelah unicorn masih ada lagi tingkatan valuasi atau level startup yang lebih tinggi, yakni decacorn. Istilah decacorn merupakan gabungan dari dua kata, yakni deca dan unicorn. Deca atau deka berasal dari bahasa Yunani yang merujuk pada angka sepuluh, dan diberi akhiran dari istilah unicorn. Decacorn sendiri memiliki lambang berupa kuda bersayap, atau yang sering disebut Pegasus. Sesuai namanya, istilah ini disematkan pada perusahaan startup jika telah memiliki jumlah valuasi antara USD 10 miliar hingga USD 100 miliar. Nilai ini berarti sepuluh kali lipat dari nilai Unicorn. Biasanya, perusahaan yang bisa mencapai tingkatan ini merupakan startup yang menjadi pemimpin pasar pada bidang bisnisnya. Selain itu, untuk mencapai tingkat decacorn sebuah startup membutuhkan investor yang memiliki aset besar guna menanamkan modal. Startup ternama yang telah menyandang gelar decacorn contohnya ialah AirBnB, Pinterest, Snapchat, Uber, Xiaomi, SpaceX, dan beberapa lainnya. Sementara perusahaan startup asal Asia yang juga mampu berada di titik ini salah satunya adalah Grab. Kabar baiknya, sudah ada dua startup buatan anak bangsa yang telah meraih status decacorn sejak tahun 2022 lalu. Perusahaan hasil merger antara Tokopedia dan Gojek yaitu GoTo dan perusahaan layanan logistik yaitu J&T Express. Hectocorn Tingkatan tertinggi level startup untuk saat ini adalah hectocorn. Istilah hectocorn sendiri merupakan salah satu bentuk penggambaran dari hewan naga. Penobatan status hectocorn diberikan jika sebuah perusahaan startup telah memiliki jumlah valuasi lebih besar dari USD 100 miliar, atau sepuluh kali lipat dari nilai decacorn. Perusahaan startup yang mendapat gelar hectocorn masih sangat langka, mengingat begitu sulitnya untuk mencapai tingkatan ini. Saking langkanya, tidak banyak informasi yang bisa dikorek mengenai tingkatan valuasi yang satu ini. Beberapa perusahaan ternama yang telah masuk ke dalam kategori elit ini adalah Facebook, Apple, Microsoft, dan Google. Dari Asia, ada dua startup yang disebut-sebut telah melenggang masuk ke jajaran hectocorn, yakni ANT Financial atau yang sebelumnya dikenal dengan Alipay, dan ByteDance. Sayangnya belum ada startup lokal yang telah mencapai tingkatan hectocorn. Sebenarnya, banyak perusahaan besar di dunia yang telah memiliki jumlah valuasi lebih dari USD 100 miliar, namun gelar decacorn tidak bisa lagi diberikan untuk mereka. Mengingat sebutan decacorn hanya berlaku untuk perusahaan startup yang masih dalam tahap pengembangan. Apa Saja 13 Perusahaan Unicorn dari Indonesia? Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil perusahaan unicorn di dunia. Bahkan, Indonesia masih memegang rekor sebagai negara dengan jumlah perusahaan unicorn terbanyak di Asia Tenggara. Tidak tanggung-tanggung, total ada sudah ada 13 startup unicorn yang berasal dari Indonesia per Juni 2021. Berdasarkan data dari CNBC berikut nama perusahaannya: Gojek. Layanan transportasi dan logistik berbasis online. Tokopedia. Marketplace online dengan model bisnis Customer to Customer (C2C). Bukalapak. Marketplace online Customer to Customer (C2C) yang lain. Traveloka. Platform pemesanan tiket transportasi, hotel, dan rekreasi. OVO. Aplikasi pembayaran digital dan finansial berbasis teknologi (fintech). JD.id. Marketplace online dengan model bisnis Business to Customer (B2C). Tiket.com. Platform pemesanan tiket transportasi, akomodasi, dan rekreasi. Xendit. Perusahaan berbasis financial technologies. Kredivo. Layanan peminjaman dan pencicilan dana online. Dana. Layanan dompet digital atau e-wallet. Kopi Kenangan. Perusahaan yang bergerak pada industri kopi. Blibli. E-commerce dengan model bisnis B2B dan B2C. J&T. Penyedia layanan logistik. Baca Juga: 100 Perusahaan Terbesar di Indonesia, Siapa Saja? Kelola Keuangan Startup dengan Mekari Jurnal Untuk Raih Keuntungan Mekari Jurnal merupakan aplikasi kas dan akuntansi online dengan laporan keuangan seperti neraca keuangan, arus kas, laba-rugi, dan lainnya. Tujuan Mekari Jurnal adalah memudahkan pembukuan serta proses akuntansi pemilik bisnis. Semua perusahaan dan pengusaha pasti menginginkan administrasi yang berjalan baik sementara masih banyak perusahaan yang kesusahan untuk mengelola administrasi yang baik, untuk itulah Mekari Jurnal hadir sebagai Simple Online Accounting Software untuk menunjang kesuksesan pebisnis. >Dengan menggunakan Aplikasi invoice dan aplikasi stok barang dari Mekari Jurnal, maka lebih menghemat waktu proses administrasi dan operasional, dengan harga yang efisien, efektif dan cepat. Karena itu, pebisnis bisa lebih fokus untuk mengembangkan usahanya. Ayo, segera daftarkan perusahaan Anda sekarang juga dan rasakan manfaatnya!