17 min read

ROE (Return on Equity): Pengertian dan Cara Menghitung Pengembalian Ekuitas

Tayang 07 Aug 2024
Diperbarui 27 Mei 2025

Pengembalian ekuitas atau ROE (Return On Equity) adalah salah satu perhitungan yang masuk dalam rasio profitabilitas. Bagaimana cara menghitung return on equity (ROE) dengan menggunakan rumus? Simak penjelasannya dari Mekari Jurnal.

ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.

Perhitungan ROE juga dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan. ROE sangat bergantung pada besar-kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yang dihasilkan pun kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.

Apa Itu Pengertian Return on Equity (ROE)

rumus cara menghitung return of equity adalah

Return on Equity (ROE) adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan total ekuitas pemegang saham. ROE menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal yang berasal dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan. ROE sering dijadikan indikator penting dalam analisis kinerja keuangan dan daya tarik investasi sebuah perusahaan.

ROE biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham.

ROE dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On Equity) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225).

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen, karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation.

Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Tahukah Anda kalau aplikasi akuntansi online Mekari Jurnal bisa memudahkan Anda mengelola keuangan perusahaan secara lebih praktis dan akurat. Buktikan dengan coba gratis aplikasi Mekari Jurnal pada banner di bawah ini.

Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Jurnal Sekarang!

mekari jurnal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio keuangan yang penting dalam menganalisis kinerja sebuah perusahaan. ROE mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan modal pemegang saham untuk menghasilkan laba bersih. Namun, nilai ROE tidak berdiri sendiri. Ada sejumlah faktor yang secara signifikan mempengaruhi besarnya ROE suatu perusahaan. Pada bagian ini akan mengupas secara menyeluruh tiga faktor utama yang mempengaruhi ROE: rasio aktivitas, rasio utang, dan rasio likuiditas.

1. Rasio Aktivitas Perusahaan

Rasio aktivitas adalah indikator efisiensi operasional yang menggambarkan seberapa baik perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan. Salah satu bentuk umum dari rasio aktivitas adalah perputaran aset (asset turnover ratio), yang dihitung dengan rumus:

Perputaran Aset = Penjualan Bersih / Total Aset

Semakin tinggi rasio ini, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya. Efisiensi ini berperan penting dalam meningkatkan ROE karena laba yang lebih besar dapat diperoleh tanpa perlu menambah modal ekuitas secara signifikan. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki aset produktif dan mampu memaksimalkan penggunaannya cenderung memiliki ROE yang lebih tinggi.

Contoh kasus: PT XYZ memiliki aset senilai Rp1 triliun dan mampu menghasilkan penjualan bersih sebesar Rp2 triliun. Rasio perputaran asetnya adalah 2, yang berarti setiap Rp1 aset menghasilkan Rp2 penjualan. Jika laba bersih dari penjualan tersebut juga tinggi, maka ROE akan meningkat secara signifikan.

Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu mengoptimalkan aset yang dimilikinya—misalnya memiliki banyak mesin produksi yang menganggur atau persediaan yang terlalu besar dan tidak terjual—maka nilai rasio aktivitas akan menurun. Hal ini tentu akan menekan laba bersih dan secara langsung berdampak pada penurunan ROE.

Dengan demikian, pemantauan rasio aktivitas sangat penting bagi manajemen dalam mengelola operasi perusahaan secara efisien, sekaligus menjadi perhatian utama investor yang ingin mengetahui efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan aset yang tersedia.

2. Rasio Utang

Struktur modal perusahaan, khususnya dalam hal penggunaan utang, juga memiliki pengaruh besar terhadap ROE. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) menunjukkan seberapa besar porsi utang dalam struktur pendanaan perusahaan dibandingkan dengan modal pemilik.

DER = Total Utang / Total Ekuitas

Utang dapat digunakan sebagai leverage untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika perusahaan menggunakan dana pinjaman untuk membiayai proyek atau ekspansi yang produktif, laba bersih yang dihasilkan akan meningkat tanpa harus menambah modal pemegang saham. Hal ini akan mendorong kenaikan ROE karena laba yang dibagi terhadap modal pemilik menjadi lebih besar.

Namun, leverage yang tinggi membawa risiko keuangan yang juga tidak kecil. Jika pendapatan yang diperoleh dari dana pinjaman tidak cukup untuk menutup beban bunga dan pembayaran pokok, maka laba akan menyusut. Dalam kondisi ini, ROE justru akan turun karena beban keuangan meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan laba yang proporsional.

Sebagai contoh, PT ABC memiliki total ekuitas Rp500 miliar dan mengambil utang sebesar Rp1 triliun untuk mendanai pembangunan pabrik baru. Jika pabrik tersebut mampu menghasilkan tambahan laba bersih sebesar Rp150 miliar per tahun, maka ROE perusahaan bisa naik drastis. Tapi jika proyek tersebut gagal atau hasilnya di bawah ekspektasi, beban utang bisa menggerus laba dan menurunkan ROE ke tingkat yang membahayakan.

Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus cermat dalam menentukan struktur modal dan tingkat leverage yang digunakan. Leverage yang sehat adalah ketika utang digunakan secara bijak untuk aktivitas yang memberikan return lebih tinggi daripada biaya pinjamannya.

3. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dua rasio likuiditas yang paling umum digunakan adalah:

  • Current Ratio = Aset Lancar / Liabilitas Jangka Pendek
  • Quick Ratio = (Aset Lancar – Persediaan) / Liabilitas Jangka Pendek

Rasio likuiditas yang baik menunjukkan bahwa perusahaan memiliki cukup aset lancar untuk memenuhi semua kewajiban jangka pendeknya. Dengan likuiditas yang tinggi, perusahaan dapat mengelola operasionalnya tanpa gangguan, seperti keterlambatan pembayaran gaji, pembelian bahan baku, atau biaya operasional lainnya. Kondisi ini menciptakan stabilitas dan mendukung tercapainya laba optimal, yang pada akhirnya mendorong kenaikan ROE.

Sebaliknya, jika rasio likuiditas rendah, perusahaan mungkin mengalami kesulitan arus kas. Bahkan jika laba secara teoritis terlihat tinggi di laporan keuangan, kenyataan di lapangan bisa berbeda. Misalnya, jika sebagian besar aset lancar berupa piutang yang belum tertagih, maka perusahaan tidak memiliki dana aktual untuk membayar kewajiban. Hal ini berpotensi menurunkan profitabilitas secara jangka panjang karena akan memicu denda, keterlambatan, atau bahkan kerugian operasional.

Kaitannya dengan ROE, likuiditas rendah juga dapat membuat perusahaan kesulitan menjalankan kegiatan operasional yang menghasilkan laba, yang kemudian menyebabkan nilai laba bersih menurun. Akibatnya, ROE akan terdampak karena laba bersih yang lebih rendah dibagi dengan jumlah ekuitas yang sama.

Contoh: PT Maju Sejahtera memiliki current ratio sebesar 1,2 yang berarti aset lancarnya 20% lebih besar dari kewajiban jangka pendek. Dengan kondisi ini, perusahaan berada dalam posisi aman untuk menutupi kewajiban rutin, sehingga operasional dapat berjalan normal dan laba tetap terjaga.

Baca juga: Memaksimalkan Modal Bisnis dengan Ekuitas

Contoh Cara Menghitung Pengembalian Ekuitas atau Return on Equity (ROE)

rumus cara menghitung return of equity adalah

Return on Equity (ROE) dihitung dengan rumus dasar:

ROE = (Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham) × 100%

Namun, untuk memahami rumus ini secara lebih menyeluruh, penting bagi investor dan analis keuangan untuk memahami apa yang dimaksud dengan laba bersih dan ekuitas pemegang saham secara akuntansi.

Laba Bersih (Net Income)

Laba bersih merupakan sisa pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya operasional, bunga, pajak, depresiasi, dan beban lainnya. Data ini bisa ditemukan di laporan laba rugi perusahaan. Laba bersih adalah hasil akhir dari efektivitas operasional perusahaan dan sangat dipengaruhi oleh efisiensi biaya serta kemampuan menghasilkan pendapatan.

Misalnya, jika sebuah perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2 triliun dan biaya total sebesar Rp1,7 triliun, maka laba bersihnya adalah Rp300 miliar.

Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham adalah modal bersih yang dimiliki oleh pemilik perusahaan, dan nilainya dapat dilihat pada bagian neraca. Ekuitas ini mencakup modal disetor, laba ditahan, dan komponen lainnya yang membentuk total hak pemilik atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Sebagai contoh, jika aset perusahaan adalah Rp3 triliun dan total kewajiban Rp1 triliun, maka ekuitas pemegang saham sebesar Rp2 triliun.

Contoh Perhitungan Sederhana

PT Maju Terus memiliki laba bersih sebesar Rp400 miliar dan ekuitas sebesar Rp2,5 triliun.

ROE = (Rp400.000.000.000 / Rp2.500.000.000.000) × 100% = 16%

Dengan demikian, ROE perusahaan tersebut adalah 16%. Artinya, setiap Rp1 yang diinvestasikan oleh pemegang saham menghasilkan laba sebesar Rp0,16 per tahun.

Nilai ini akan sangat berarti jika dibandingkan dengan kompetitor atau benchmark industri. Jika rata-rata ROE industri hanya 12%, maka PT Maju Terus berada dalam posisi unggul secara profitabilitas ekuitas.

Contoh Perhitungan Sederhana 2

Pada tahun 2017 lalu, ekuitas rata-rata para pemegang saham perusahaan PT Maju Bersama, sebesar Rp625.000.000 dengan laba bersih sebesar Rp1.000.000.000.

Maka nilai pengembalian ekuitas dari perhitungan di atas adalah.

Rp1.000.000.000 : Rp625.000.000 = 1,6 atau 160% ROE

Keterangan:

Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisiennya penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelola modal yang tersedia secara efisien untuk menghasilkan pendapatan.

Baca juga: Pengertian dan Cara Menghitung Return on Investment (ROI)

Cara Menggunakan Informasi Return on Equity (ROE)

Berikut adalah cara menggunakan informasi (return on equity) ROE:

  1. Bandingkan ROE perusahaan selama 5-10 tahun terakhir. Hal ini akan memberikan informasi pertumbuhan perusahaan secara lebih signifikan. Walaupun kenaikan ROE dalam rentang 5-10 tahun tidak menjamin perusahaan akan terus tumbuh pada kecepatan tersebut. Namun paling tidak dari informasi tersebut kita akan mengetahui grafik rata-rata perolehan perusahaan.
  2. Bandingkan angka ROE dari perusahaan-perusahaan dengan ukuran dan industri yang sama. Mungkin, angka ROE rendah karena industri yang digeluti memiliki margin laba yang rendah.
  3. Properti dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung memiliki ROE yang tinggi karena mampu menghasilkan pendapatan tambahan tanpa perlu didanai pihak eksternal.

Karena pentingnya menghitung pengembalian ekuitas (ROE) bagi perusahaan untuk menarik minat investor sekaligus bentuk pertanggungjawaban bagi para pemegang saham, maka ada baiknya perusahaan selalu mempersiapkan dan membagikan informasi tingkat pengembalian ekuitas ini secara teratur dan baik kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

ROE ini melukiskan dengan baik untuk mengukur sejauh mana sebuah perusahaan dalam menggunakan setiap rupiah yang mereka dapatkan. Oleh karena itu seorang investor harus selalu menelusuri sebuah pasar perlu untuk mendapatkan perusahaan yang bisa mendulang angka ROE yang baik & masuk akal.

Contohnya apabila ada perusahaan yang mempunyai catatan ROE 7%. Tentu saja perusahaan dengan ROE 7% ini akan kurang menarik bagi investor, jadi wajar saja karena deposito di Indonesia berada pada kisaran angka tersebut.

Para investor akan beranggapan, buat apa memilih sebuah investasi yang beresiko tinggi apabila return yang diperoleh tak lebih baik dari instrumen investasi tersebut yaitu Deposito, Sukuk dan Obligasi lainnya. Aktivitas penghitungan ini terlihat sulit untuk dilakukan.

Proses Akuntansi Otomatis Minim Risiko Human Error dengan Mekari Jurnal. Pelajari selengkapnya!

Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Jurnal Sekarang!

Manfaat Penggunaan Return on Equity (ROE) dan Contohnya dalam Dunia Bisnis

Dalam dunia keuangan dan investasi, salah satu indikator utama yang sering dijadikan acuan oleh investor untuk menilai efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari modalnya adalah Return on Equity atau ROE. ROE tidak hanya menjadi alat analisis profitabilitas, tetapi juga mencerminkan kekuatan manajerial perusahaan dalam mengelola modal pemegang saham untuk menciptakan keuntungan.

Pada bagian ini akan membahas secara rinci manfaat penggunaan ROE, disertai contoh implementasinya dalam praktik bisnis. Penjelasan yang diberikan akan memperkuat pemahaman pembaca tentang bagaimana indikator ini bekerja serta perannya dalam pengambilan keputusan investasi.

1. Menunjukkan Tingkat Profitabilitas Perusahaan

ROE adalah tolok ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal yang ditanamkan oleh para pemegang saham. Rumus umum ROE adalah:

ROE = (Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham) × 100%

Dengan rumus tersebut, kita bisa melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari setiap satuan dana yang ditanamkan oleh investor. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin besar laba bersih yang berhasil diciptakan perusahaan dari dana pemilik saham. Misalnya, jika ROE sebesar 15%, artinya perusahaan mampu menghasilkan Rp150 juta dari setiap Rp1 miliar modal pemegang saham.

Sebagai contoh praktis, PT ABC Tbk memiliki laba bersih sebesar Rp300 miliar dan total ekuitas sebesar Rp2 triliun. Maka ROE-nya adalah:

ROE = (Rp300.000.000.000 / Rp2.000.000.000.000) × 100% = 15%

Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup efisien dalam mengelola modal pemegang saham untuk menghasilkan laba.

Dalam dunia investasi, ROE merupakan sinyal awal yang mudah dipahami investor ritel maupun institusional dalam mengukur daya tarik sebuah saham. Perusahaan yang secara konsisten membukukan ROE di atas 15% biasanya dianggap sebagai perusahaan berkinerja unggul.

2. Dasar Estimasi Keuntungan Bisnis di Masa Mendatang

Selain sebagai alat ukur kondisi saat ini, ROE juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kinerja keuangan perusahaan di masa depan. Nilai ROE yang stabil atau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mencerminkan keberhasilan strategi jangka panjang perusahaan dalam mempertahankan profitabilitas.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi mencatatkan ROE sebesar 18% selama lima tahun berturut-turut. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak hanya mampu menjaga margin keuntungannya, tetapi juga memiliki manajemen modal yang kuat dan berkelanjutan. Investor cenderung tertarik dengan pola ini karena menunjukkan potensi pertumbuhan laba yang berkelanjutan di masa depan.

Selain itu, ROE juga menjadi acuan penting dalam valuasi saham. Investor yang melakukan analisis fundamental dapat menggunakan ROE dalam pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) atau metode Price to Book Value (PBV), karena ROE membantu memproyeksikan potensi laba dan pengembalian modal.

Dalam praktiknya, jika sebuah perusahaan memiliki ROE yang meningkat dari 10% menjadi 14% dalam tiga tahun terakhir, maka investor dapat memperkirakan bahwa tren ini akan berlanjut dan membuat sahamnya semakin bernilai. ROE membantu membentuk ekspektasi terhadap pengembalian investasi dan memberikan justifikasi terhadap harga saham saat ini.

3. Menggambarkan Perkembangan Perusahaan dari Tahun ke Tahun

ROE juga dapat digunakan untuk menilai dinamika internal perusahaan. Perusahaan yang berhasil meningkatkan ROE dari tahun ke tahun menunjukkan adanya pertumbuhan, efisiensi operasional, dan manajemen keuangan yang baik. Sebaliknya, jika nilai ROE menurun, maka perlu ditelusuri apakah ada penurunan laba bersih, peningkatan utang, atau ekspansi yang tidak menghasilkan ROI yang memadai.

Misalnya, PT XYZ mencatatkan ROE sebesar 9% pada tahun 2020, naik menjadi 11% pada 2021, dan 13,5% pada 2022. Tren ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil memperbesar laba bersih relatif terhadap modal yang ditanamkan pemegang saham. Artinya, perusahaan tumbuh dalam arah yang positif dan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

Dalam laporan tahunan (annual report), manajemen biasanya menyertakan grafik perkembangan ROE dalam lima tahun terakhir sebagai indikator performa perusahaan. Dari sudut pandang investor, tren ROE adalah refleksi nyata apakah perusahaan mampu menghadapi tekanan pasar, mengelola biaya dengan baik, serta menumbuhkan pendapatan secara berkesinambungan.

Namun, jika ROE terlihat stagnan atau menurun, hal tersebut menjadi lampu kuning yang memerlukan analisis lebih lanjut. Apakah disebabkan oleh faktor makro seperti inflasi, atau karena faktor internal seperti penurunan produktivitas dan kenaikan biaya operasional?

4. Menjadi Indikator Pembanding dengan Perusahaan Kompetitor

Dalam praktik investasi, ROE sering kali digunakan untuk membandingkan efisiensi antarperusahaan dalam sektor atau industri yang sama. Misalnya, dua perusahaan manufaktur otomotif memiliki ukuran aset yang hampir sama, tetapi ROE salah satunya lebih tinggi. Maka, investor akan menilai bahwa perusahaan dengan ROE lebih tinggi memiliki keunggulan dalam manajemen modal dan efisiensi operasional.

Sebagai contoh, PT MobilHebat memiliki ROE sebesar 17%, sedangkan PT Otomax hanya 10%. Meskipun keduanya menjual produk serupa dan memiliki pangsa pasar yang setara, perbedaan ROE tersebut memberikan sinyal bahwa PT MobilHebat lebih efisien dalam menghasilkan laba dari modalnya. Oleh karena itu, investor cenderung memberikan valuasi premium terhadap perusahaan dengan ROE lebih tinggi.

Dalam dunia pasar modal, lembaga riset dan analis saham secara rutin merilis laporan pembanding ROE antar-emiten untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan. Nilai ROE yang tinggi, konsisten, dan lebih unggul dari rata-rata industri menjadi salah satu indikator bahwa perusahaan layak untuk dijadikan portofolio jangka panjang.

Namun, perlu dicatat bahwa perbandingan ROE antar perusahaan hanya valid jika dilakukan dalam industri yang sama. Perusahaan sektor ritel tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan sektor pertambangan, karena struktur modal dan margin keuntungannya sangat berbeda.

5. Menunjukkan Kredibilitas Perusahaan dalam Mengelola Aset

ROE juga mencerminkan kredibilitas dan kapabilitas manajemen dalam mengelola aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Ketika modal pemegang saham digunakan secara efisien untuk menciptakan laba bersih, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang tepat dan operasional yang solid.

Sebaliknya, perusahaan yang memiliki ROE rendah meskipun modalnya besar justru menunjukkan ketidakefisienan dalam mengelola sumber daya. Misalnya, jika perusahaan memiliki total ekuitas Rp500 miliar, tetapi hanya menghasilkan laba bersih Rp10 miliar, maka ROE-nya hanya 2%, yang tergolong sangat rendah dalam praktik bisnis.

Investor akan mempertanyakan efektivitas manajemen dalam menggunakan modal tersebut. Apakah aset dikelola dengan tepat? Apakah perusahaan terlalu banyak menahan kas yang tidak produktif? Apakah investasi yang dilakukan tidak memberikan return yang memadai?

Dalam dunia korporasi, nilai ROE yang tinggi sering kali menjadi kebanggaan manajemen dan digunakan dalam komunikasi kepada pemegang saham. Manajemen perusahaan biasanya menargetkan ROE tertentu dalam rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAP) sebagai bentuk komitmen untuk memberikan hasil optimal bagi pemegang saham.

Hubungan ROE dengan Rasio Keuangan Lain

ROE tidak berdiri sendiri dalam analisis kinerja keuangan. Ia erat kaitannya dengan rasio keuangan lain yang dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan laba dari sumber dayanya.

1. ROE dan ROA (Return on Assets)

ROA mengukur laba bersih terhadap total aset, sedangkan ROE mengukur laba terhadap ekuitas. Perusahaan dengan ROE tinggi tetapi ROA rendah biasanya memiliki struktur pembiayaan dengan utang yang besar. Oleh karena itu, kombinasi analisis antara ROE dan ROA dapat menunjukkan seberapa besar pengaruh leverage terhadap profitabilitas perusahaan.

Contoh: Jika ROA perusahaan hanya 5% tetapi ROE mencapai 20%, maka besar kemungkinan perusahaan menggunakan utang dalam proporsi yang tinggi terhadap modal sendiri.

2. ROE dan DER (Debt to Equity Ratio)

DER menunjukkan seberapa besar utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri. Jika DER tinggi, artinya perusahaan menggunakan banyak utang untuk ekspansi atau operasional. ROE tinggi yang didukung DER sangat tinggi harus dianalisis lebih dalam karena dapat menandakan risiko keuangan yang besar.

Perusahaan dengan ROE tinggi tetapi DER rendah biasanya merupakan perusahaan yang efisien secara manajerial dan minim risiko. Inilah kombinasi ideal yang dicari oleh investor.

3. ROE dan NPM (Net Profit Margin)

NPM mengukur laba bersih dibandingkan dengan pendapatan. Jika NPM tinggi tetapi ROE rendah, mungkin perusahaan belum memaksimalkan penggunaan modal. Sebaliknya, NPM rendah dan ROE tinggi bisa berarti efisiensi operasional didorong oleh penggunaan utang.

4. ROE dalam Model DuPont

Untuk analisis lebih lanjut, banyak analis menggunakan DuPont Analysis untuk memecah ROE menjadi tiga komponen utama:

ROE = Net Profit Margin × Asset Turnover × Equity Multiplier

Dengan pendekatan ini, ROE tidak hanya dipandang dari satu sisi, melainkan dari gabungan margin keuntungan, efisiensi aset, dan struktur permodalan. Ini membuat ROE menjadi alat analisis yang jauh lebih dalam dan strategis dalam menilai performa keuangan.

Lantas, Apa yang Membedakan ROE (Return on Equity) dengan ROA (Return on Assets)?

Beberapa orang terkadang masih bingung mengenai perbedaan analisis antara Return of Equity dan Return on Assets dan kapan keduanya harus digunakan. Return of Equity (ROE) secara sederhana merupakan sebuah analisis seberapa efektif seorang pengusaha mengeluarkan modalnya untuk melakukan usaha.

ROE tidak melibatkan hutang dalam perumusan dan analisisnya, sehingga perusahaan yang memiliki hutang besar akan terlepas dari perhitungan analisis investasi.

Karena itu banyak para investor yang tidak menggunakan analisis Return On Equity (ROE), dan lebih menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikatornya karena ROA memperlihatkan sebuah efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan seluruh aset dan juga termasuk hutang-hutang pada perusahaan tersebut.

Jika suatu perusahaan mengalami kendala dalam menghitung ekuitas, cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan bantuan software akuntansi online. Salah satu software akuntansi online yang bisa diandalkan untuk menghitung yaitu Mekari Jurnal.

Mekari Jurnal merupakan software akuntansi online sebagai platform penyedia laporan akuntansi secara online akan membantu perusahaan untuk memiliki semua jenis laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan termasuk laporan pengembalian ekuitas ini secara cepat dan tepat.

Mekari Jurnal yang dilengkapi sistem sudah terintegrasi ini mampu menghasilkan penghitungan yang tepat dan akurat. Dengan begitu, perusahaan tidak perlu khawatir akan terjadinya kesalahan-kesalahan yang dapat menghambat pekerjaan administrasi. Pekerjaan akan semakin mudah karena Jurnal dapat diakses melalui gadget di mana saja dan kapan saja.

Perusahaan bisa langsung mempublikasikan informasi mengenai perhitungan ROE kapan pun, karena semua data transaksi keuangan telah tercatat dengan rapi dan realtime dalam fitur accounting softwaredari Mekari Jurnal.

Anda bisa mulai dari sekarang untuk beralih ke software akuntansi online dengan berbagai macam keuntungan. Dapatkan semua informasi tentang Mekari Jurnal dan dapatkan kemudahan untuk memiliki pencatatan dan pengaturan keuangan dengan baik mulai sekarang.

Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Jurnal Sekarang!

Itulah sekiranya cara menghitung Return on Equity (ROE) dengan rumus yang adalah penting untuk Anda ketahui.

Mudah-mudahan informasi di atas bermanfaat. Ikuti media sosial Mekari Jurnal untuk informasi lain tentang bisnis, keuangan, dan akuntansi.

Kategori : Cost Accounting

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal

WhatsApp Hubungi Kami