Cara Menghitung Analisa Z-Score dalam Keuangan Perusahaan Mengetahui kondisi kesehatan keuangan biasanya dilakukan perusahaan melalui berbagai praktik analisis untuk mengidentifikasi berbagai risiko dan peluang peningkatan, salah satu metode analisa yang populer adalah metode analisa Altman Z-score. Pengukuran kondisi keuangan penting karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban, membiayai pertumbuhan, dan menghasilkan keuntungan pada pemegang saham. Dengan pemahaman yang baik tentang kesehatan keuangan, perusahaan dapat merencanakan langkah-langkah untuk mengoptimalkan kinerja dan memastikan kelangsungan bisnisnya dalam lingkungan ekonomi yang berubah-ubah. Analisa Z-score merupakan sebuah metode yang dapat mengukur secara akurat kesehatan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan. Sehingga analisa ini berguna untuk mengetahui apakah perusahaan akan bangkrut atau tidak. Oleh karena itu, pernah analisa Z-score mempunyai manfaat dan peran yang cukup besar bagi perusahaan khususnya ketika kondisinya yang berada di ujung tanduk. Agar lebih memahami pemahaman, fungsi, dan cara mengukur analisa Z-score, berikut penjelasan lengkapnya untuk Anda. Apa itu Analisis Z-Score/Altman Z-Score? Z-Score adalah metode analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Model Z-Score pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli keuangan bernama Edward I. Altman pada tahun 1968. Model ini memungkinkan para analis keuangan untuk menilai risiko kebangkrutan suatu perusahaan dengan cara mengkombinasikan beberapa rasio keuangan menjadi satu angka skor tunggal. Hasil akhir dari analisa Z-score akan menghasilkan sebuah nilai untuk menentukan risiko yang akan terjadi pada perusahaan. Nilai yang mendekati 0 memiliki risiko bangkrut semakin tinggi, sedangkan nilai yang mendekati 3 memiliki risiko kebangkrutan yang semakin rendah. Tujuan utama dari Z-Score adalah untuk membantu investor, kreditor, dan manajemen perusahaan dalam menilai tingkat risiko kredit perusahaan tersebut. Baca Lagi: Perbedaan Pailit dan Bangkrut Dalam Dunia Bisnis yang Harus Diketahui Cara Kerja dan Faktor yang Berkaitan dalam Analisa Pada dasarnya, sistem yang diimplementasi dalam analisa Z-score adalah weighting system atau sistem pembobotan, di mana berkaitan dengan rasio keuangan dalam mengukur atribut keuangan tertentu. Skor Z-Score dihitung dengan menjumlahkan produk dari setiap faktor dengan bobot yang sesuai. Hasil akhir menggambarkan risiko kebangkrutan potensial perusahaan. Terdapat lima faktor yang dievaluasi dan dianalisis dalam altman Z-score, yaitu: Rasio Working Capital: Faktor ini mencerminkan likuiditas perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Semakin tinggi rasio working capital terhadap total aktiva, semakin baik. Retained Earnings Ratio: Rasio keuangan yang mengukur persentase laba bersih yang dibelanjakan ulang oleh perusahaan untuk membiayai pertumbuhan, ekspansi, pembayaran utang, investasi dalam aset, atau pengembangan usaha lainnya. EBIT: Rasio keuangan yang mengukur profitabilitas operasional perusahaan. Semakin tinggi hasilnya, maka menunjukkan profitabilitas yang lebih baik. Rasio Penjualan: Rasio ini mengukur efisiensi dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio penjualan terhadap total aktiva, semakin baik. Rasio Ekuitas terhadap Total Utang: Mengukur tingkat leverage (hutang) perusahaan. Leverage yang tinggi dapat meningkatkan risiko kebangkrutan, sehingga rasio ekuitas yang lebih tinggi terhadap total hutang dianggap positif. Model Altman Z-Score Model analisa Altman Z-Score telah mengalami beberapa variasi sejak pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman pada tahun 1968. Beberapa variasi atau modifikasi dari model Z-Score yang lebih baru telah dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan dalam praktik bisnis dan keuangan. Berikut adalah beberapa variasi model Z-Score yang umum Anda temukan saat ini: 1. Z-Score untuk Manufaktur Model Z-Score asli Altman dirancang untuk perusahaan manufaktur. Namun, variasi Z-Score telah dikembangkan untuk berbagai jenis perusahaan, termasuk perusahaan jasa, sehingga mereka dapat menilai risiko kebangkrutan yang sesuai dengan jenis bisnis mereka. 2. Z-Score untuk Perusahaan Non-Profit Dalam konteks organisasi nirlaba, seperti perguruan tinggi atau rumah sakit, model Z-Score dapat dimodifikasi untuk mempertimbangkan faktor-faktor unik yang relevan untuk entitas tersebut, seperti pendapatan yang berasal dari donasi. Baca Juga: Implementasi Akuntansi Manajemen Rumah Sakit Bantu Pengambilan Keputusan 3. Z-Score untuk Perusahaan Start-up Perusahaan yang baru didirikan mungkin memiliki laporan keuangan yang berbeda dari perusahaan yang telah mapan. Model Z-Score dapat dimodifikasi untuk menggabungkan faktor-faktor khusus yang lebih sesuai dengan keadaan perusahaan rintisan. 4. Z-Score Modifikasi ZETA Altman sendiri telah memperbarui modelnya dengan apa yang disebut ZETA (Extended Z-Score Analysis). Ini memperluas model asli dengan menambahkan faktor-faktor seperti likuiditas tambahan dan ukuran perusahaan. 5. Z-Score Plus Pada tahun 2012, ia merilis versi terbaru yang disebut Altman Z-score Plus yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perusahaan publik dan swasta, perusahaan manufaktur dan non-manufaktur, serta perusahaan milik Amerika dan non-AS. Altman Z-score Plus dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko kredit perusahaan dan telah menjadi ukuran yang andal dalam menghitung risiko kredit. Rumus dan Cara Menghitungnya Seperti metode analisis lainnya, Altman Z-score mengukur kesehatan finansial perusahaan melalui rumus yang mencakup beberapa komponen rasio dalam keuangan bisnis. Mengutip dari Investopedia, rumus yang Altman secara asli adalah sebagai berikut: Altman Z-Score = (1.2 x A) + (1.4 x B) + (3.3 x C) + (0.6 x D) + (1 x E) Catatan: A = Rasio Working Capital (Modal Kerja) / Total Aktiva B = Rasio Laba Ditahan / Total Aktiva C = Rasio Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT) / Total Aktiva D = Kapitalisasi Pasar / Total Liabilitas E = Rasio Penjualan / Total Aktiva Baca Lagi: Debt to Equity Ratio: Pengertian, Rumus, dan Perhitungannya Contoh Cara Menghitung Analisis Berikut merupakan contoh bagaimana menerapkan perhitungan analisis Z-score untuk mengukur finansial perusahaan. Sebuah perusahaan dagang bernama PT. Jurnal Bersahaja sedang mengalami kesulitan finansial yang berisiko tinggi akan mengalami kebangkrutan. Adapun untuk menghitung analisis Z-score perlu beberapa informasi keuangan sebagai komponen perhitungan yang bisa Anda lihat di bawah ini: Aset Lancar = Rp 250.000.000 Kewajiban Lancar = Rp 190.000.000 Aset Tetap = Rp 475.000.000 Pendapatan Bersih = Rp 50.000.000 Dividen = Rp 15.000.000 Penjualan = Rp 250.000.000 COGS dan SG&A = Rp 190.000.000 Kelipatan P/E = 8.0x Total Kewajiban = Rp 525.000.000 Berdasarkan informasi tersebut, komponen yang memenuhi persyaratan analisa Z-score adalah sebagai berikut: Modal Kerja = Rp 250.000.000 – Rp 190.000.000 = Rp 60.000.000 Total Aset = Rp 250.000.000 + Rp 475.000.000 = Rp 725.000.000 Laba Ditahan = Rp 50.000.000 – Rp 15.000.000 = Rp 35.000.000 Pendapatan Operasional (EBIT) = Rp 250.000.000 – Rp 190.000.000 = Rp 60.000.000 Kapitalisasi Pasar = 8.0x x Rp 50.000.000 = Rp 400.000.000 Perhitungan rasio dalam perhitungan analisa Z-score: A = Rasio Modal Kerja / Total Aktiva = Rp 60.000.000 / Rp 725.000.000 = 0.32 B = Rasio Laba Ditahan / Total Aktiva = Rp 35.000.000 / Rp 725.000.000 = 0.05 C = EBIT / Total Aktiva= Rp 60.000.000 = Rp 725.000.000 = 0.32 D = Kapitalisasi Pasar / Total Liabilitas = Rp 400.000.000 / Rp 525.000.000 = 0.77 E = Rasio Penjualan / Total Aktiva = Rp 250.000.000/ Rp 725.000.000 = 0.35 Sehingga rumus perhitungan analisa Z-score untuk perusahaan tersebut yaitu: Altman Z-Score = (1.2 x A) + (1.4 x B) + (3.3 x C) + (0.6 x D) + (1 x E) = (1.2 x 0.32) + (1.4 x 0.05) + (3.3 x 0.32) + (0.6 x 0.77) + (1 x 0.35) Z-score = 0,38 + 0,07 + 1,06 + 0,46 + 0,35 = 2,32 Cara Membaca Hasil Analisis Nilai Z-Score yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kesehatan keuangan yang lebih baik dan risiko kebangkrutan yang lebih rendah, sementara skor yang lebih rendah menunjukkan risiko kebangkrutan yang lebih tinggi. Mengutip dari Wallstreetprep, hasil interpretasi antara perusahaan manufaktur memiliki perbedaan dengan perusahaan yang bukan atau non-manufaktur. Untuk perusahaan manufaktur, nilai dan hasil interpretasinya adalah sebagai berikut: > 2.99 = Safe Zone, artinya memiliki risiko rendah untuk mengalami kebangkrutan. 1.81 hingga 2.99 = Grey Zone, artinya perusahaan dengan hasil nilai ini memiliki risiko kebangkrutan sedang. < 1.81 = Distress Zone, perusahaan manufaktur yang mendapat nilai ini memiliki risiko tinggi mengalami kebangkrutan. Untuk perusahaan non-manufaktur, batasan penilaiannya adalah sebagai berikut: > 2.60 = Safe Zone, berisiko rendah untuk mengalami kebangkrutan. 1.10 hingga 2.6 = Grey Zone, artinya memiliki risiko kebangkrutan sedang. < 1.10 = Distress Zone, memiliki risiko tertinggi dalam mengalami kebangkrutan. Berdasarkan tabel batasan penilaian Z-score tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa perusahaan dagang PT. Jurnal Bersahaja yang mendapat nilai analisa Z-score sebesar 2.32 memiliki peluang yang sedang untuk mengalami kebangkrutan dalam rentang waktu paling cepat dua tahun. Sumber: Wallstreetmojo.com Baca Lagi: Mengenal dan Mencegah Terjadinya Financial Distress dalam Perusahaan Keuntungan Memahami Analisa Z-Score Ada beberapa keuntungan yang dapat Anda dan perusahaan rasakan dari memahami dan menggunakan hasil analisa Z-score, di antaranya: Membantu dalam pengambilan keputusan dan analisis tentang risiko kebangkrutan, keputusan ini biasanya berkaitan dengan mitigasi untuk meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan, seperti mengurangi hutang berlebih atau meningkatkan profitabilitas. Membantu menilai kelayakan kredit dan solvabilitas suatu bisnis perusahaan dalam satu periode fiskal. Menentukan apakah mereka memiliki dana internal yang cukup untuk mendukung rencana pertumbuhan dan ekspansi tanpa risiko kebangkrutan yang signifikan. Memberikan manfaat besar dalam pasar saham. Ini membantu investor untuk memutuskan apakah akan membeli suatu saham atau tidak. Membantu bank dan pemberi kredit lainnya dalam pengelolaan risiko kredit dengan memantau perubahan dalam kesehatan keuangan peminjam selama masa pinjaman. Peran Software Akuntansi dalam Memperkuat Data Analisis Z-Score Melakukan analisa mendalam untuk mengukur kesehatan finansial perusahaan umumnya membutuhkan langkah yang komprehensif agar menghasilkan data yang akurat. Oleh karena itu, tidak salah jika dalam penerapannya terkadang membutuhkan alat penunjang untuk membantu proses analisa Z-score. Software akuntansi merupakan salah satu alat penunjang yang dapat Anda gunakan untuk keperluan dalam menghitung Z-Score. Salah satu rekomendasi software akuntansi terbaik di Indonesia adalah Mekari Jurnal. Melalui Mekari Jurnal, Anda dalam melakukan memanfaatkan beberapa fitur seperti: 1. Memantau Kesehatan Keuangan Software akuntansi dapat digunakan memantau kesehatan keuangan perusahaan secara rutin dengan memperbarui data keuangan secara realtime. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk mengaksesnya di mana saja dan kapan saja untuk mengikuti perkembangan kesehatan keuangan perusahaan seiring waktu. 2. Merekam dan Mengelola Transaksi Keuangan Adanya alat penunjang ini memunkinkan perusahaan untuk mencatat semua transaksi keuangan, termasuk pendapatan, biaya operasional, pengeluaran, dan investasi secara lebih mudah dan cepat berkat fitur pembukuan yang terautomasi. Informasi keuangan ini berperan penting untuk menghitung rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam perhitungan Z-Score. 3. Menghasilkan Laporan Keuangan Perangkat lunak akuntansi dapat menghasilkan laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Data dari laporan ini akan digunakan untuk menghitung rasio-rasio seperti laba bersih, modal kerja, dan laba sebelum pajak dan bunga (EBIT). Proses penyusunannya akan cukup cepat dan mudah sebab Mekari Jurnal memiliki 30+ template laporan keuangan yang bisa Anda kustomisasi sesuai kebutuhan. Selain itu, data yang terlampirkan akan akurat karena sudah terhitung secara otomatis sebelum terinput ke dalam ayat jurnal. Itulah beberapa peran dari software akuntansi dalam membantu menganalisa Z-score pada perusahaan, khususnya Mekari Jurnal yang memiliki berbagai fitur unggulan yang dapat membantu aktivitas akuntansi dan keuangan bisnis Anda. Masih berkaitan dengan analisa, Mekari Jurnal telah menyediakan fitur baru yang dapat membantu Anda dalam menganalisa laporan keuangan berbasis AI bernama Airene. Melalui Airene, memudahkan Anda dalam memahami tren dan anomali yang relevan pada data keuangan yang kompleks dalam waktu yang singkat, sehingga memberikan ide baru dalam perencanaan dan efisiensi keuangan bisnis. Untuk selengkapnya, segera daftarkan perusahaan Anda atau konsultasi gratis dengan kami melalui link di bawah ini. Watch this video on YouTube Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! atau Konsultasi dengan Tim Mekari Jurnal Sekarang! Kesimpulan Analisa Z-Score adalah alat yang berguna dalam pengambilan keputusan finansial dan manajemen risiko. Pemahaman terhadap faktor-faktor ini membantu para analis untuk menilai secara komprehensif kesehatan keuangan perusahaan, mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan mengantisipasi risiko kebangkrutan potensial. Ini Memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan yang lebih informatif dan bijak. Namun, perlu diingat bahwa Z-Score hanyalah salah satu aspek dari analisis keuangan yang komprehensif, dan sebaiknya digunakan bersamaan dengan analisis lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat. Terima kasih, dan semoga artikel ini bermanfaat!