Finished Goods Inventory: Pengertian, Manfaat, Cara Pengendalian, dan Perhitungan Dalam sebuah siklus prosedur manufaktur, finished goods inventory merupakan hasil dari final output dari proses produksi yang nantinya akan perusahaan jual atau disribusikan ke target pasar. Sebuah finished goods inventory memiliki peran yang vital dalam keberlangsungan manufaktur karena mempengaruhi neraca perusahaan. Selain finished goods, terdapat dua jenis inventory lainnya yang mungkin pernah Anda dengar sebelumnya, seperti bahan baku (raw material) dan barang dalam proses (work in progress). Namun, pada kali ini kita akan mencoba membahas finished goods inventory secara lebih mendalam mulai dari manfaat, cara menghitung, dan cara mengendalikannya. Apa Itu Finished Goods Inventory? Secara sederhana, finished goods inventory yaitu sebuah barang yang sudah mencapai hasil akhir proses pembuatannya atau dibeli dalam bentuk jadi. Namun, belum sempat dijual kepada pelanggan. Jika sudah dibeli, maka barang jadi ini akan disebut barang dengan merchadise atau barang dagangan. Namun, dalam penggunaannya, acuan penggunaan istilah “finished goods” cukup bervariasi karena terkadang perusahaan manufaktur dapat menyebut barang akhirnya sebagai “barang jadi”, walaupun konsumen dapat mengolahnya kembali. \ Contoh dari kasus ini seperti: Benang jahit yang dibuat oleh pabrik tekstil dan pembeli mengolahnya menjadi pakaian baru. Prosesor yang dibuat dalam pabrik sirkuit elektronik dan konsumen yang membelinya untuk membuat perangkat komputer baru. Dalam ilmu akuntansi, perhitungan nilai finished goods yaitu biaya memperoleh barang, dengan ditambah biaya pengiriman dan pajak yang berlaku. Karena sifatnya yang akan habis dalam waktu kurang dari setahun, maka barang jadi biuasanya akan masuk ke dalam komponen aset jangka pendek. Jumlah persediaan barang jadi yang tersisa di akhir periode biasanya akan digabungkan dengan biaya bahan mentah dan WIP dalam kompone persediaan dalam neraca. Manfaat Finished Goods Inventory Melalui perhitungan yang akurat, Anda dapat memprediksi kebutuhan persediaan yang Anda butuhkan pada periode bisnis berjalan sehingga dapat mencegah kekurangan stok. Bagi sebuah perusahaan, ini penting karena dapat meminimalisir berbagai risiko yang dapat mengurangi kerugian merek dagang atau daya tarik konsumen menurun. Lalu, apalagi manfaat yang dapat perusahaan rasakan dari menghitung nilai finished goods inventory? 1. Menentukan laba kotor Menghitung komponen finished goods membantu bisnis dalam menghitung jumlah total aset yang dimiliki termasuk nilai sebenarnya dari bisnis tersebut saat ini. Ini penting karena berkaitan erat dengan penyelesaian pajak serta menyusun laporan keuangan yang lebih objektif dan sesuai dengan data di lapangan. 2. Meningkatkan permintaan dan penjualan Perhitungan persediaan yang akurat untuk kebutuhan operasional bisnis ini dapat meningkatkan produktivitas di periode saat ini. Dampaknya, konsumen menjadi puas terhadap pelayanan perusahaan sehingga tuingkat permintaan barang meningkatkan beserta penjualan barang tersebut. 3. Menghemat pengeluaran perusahaan Di sisi lain, biaya penyimpanan inventory menjadi lebih hemat karena perputaran finished goods di gudang cepat dan tidak mengendap dengan cukup lama. Jika tidak, barang jadi yang lama terjual akan rusak dan menurun kualitasnya, ini tentunya akan berdampak kepada dua masalah besar. Pertama, biaya penyimpanan akan terus membengkak. Kedua, perusahaan harus terus memproduksi barang jadi untuk menggantikan barang yang rusak. 4. Pengambilan keputusan strategis yang lebih baik Mendapatkan informasi dan data yang tepat dan akurat sesuai yang ada di lapangan. Tentunya ini dapat membantu perusahaan untuk menghasilkan keputusan strategis yang tepat dan akurat untuk pengelolaan yang lebih baik. Cara Mengontrol Finished Goods Inventory Cara paling sederhana untuk mengendalikan nilai finished goods inventory adalah dengan rutin memantau serta menghitung COGM dan COGS setiap akhir periode. Perlu Anda pahami bahwa dengan memastikan bahwa stok persediaan barang jadi tetap terpenuhi, maka tingkat permintaan konsumen dapat stabil bahkan bisa meningkat. Anda juga bisa melakukan beberapa cara berikut untuk dapat mengontrol tingkat barang jadi di bisnis Anda. 1. Melakukan audit stok barang Sama seperti audit keuangan, melakukan audit stok barang adalah sebuah proses memverifikasi stok barang fisik yang tersimpan di dalam gudang dan yang tercatat di dalam administrasi stok barang. Terkadang pengelolaan stok akan mulai fatal ketika ada perbedaan data yang tercantum di dalam catatan dengan yang sebenarnya. Adanya audit juga berfungsi untuk mengidentifikasi kerugian bisnis yang terjadi dengan cepat dan menemukan solusinya. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang bisa jadi penyebab, seperti pencurian atau dead stock inventory. Oleh karena itu, mulailah mengelola SKU dengan sistem pemantauan dan evaluasi data yang tercatat secara berkala dan efektif, contohnya dengan menerapkan sistem pemindai atau barcode scanner. 2. Gunakan metode perhitungan persediaan barang yang efektif Berikut merupakan beberapa metode perhitungan yang bisa Anda pahami lebih dalam kemudian terapkan ke dalam sistem pengelolaan persediaan barang Anda. First-in, first-out (FIFO): Simpelnya adalah menerapkan metode di mana barang yang Anda beli/produksi, adalah barang yang harus Anda jual pertama kali. Membantu dalam mengurangi risiko penurunan nilai barang atau dead stock. Barcode scanner: Membantu untuk melakukan audit dan mengelola penempatan barang di gudang. Selain itu juga meminimalisir terjadinya kehilangan atau pencurian. Perpetual inventory: Sistem pencatatan stok barang yang terjadi secara terus-menerus sehingga perusahaan tidak perlu melakukan stock opname secara berkala. Economic order quantity (EOQ): Mengelola transaksi dalam jumlah batas tertentu untuk mengoptimalkan biaya pengiriman dan penyimpanan gudang. 3. Gunakan software manajemen stok barang Saat ini banyak perusahanan manufaktur yang sudah mulai berinvestasi dalam mengimplementasi software stok barang dalam operasionalnya. Melalui software manajemen stok, Anda dapat mengelola, memantau, dan melacak seluruh perputaran barang secara lebih cepat dan lengkap. Mekari Jurnal memiliki fitur manajemen stok berbasis cloud yang dapat memberikan kemudahan akses data tanpa harus repot datang ke gudang langsung. Dengan hanya menggunakan smartphone dan jaringan internet, Anda dapat melihat kondisi stok barang Anda secara up-to-date dan realtime. Terdapat juga fitur pengingat yang dapat mencegah terjadinya kehabisan stok barang dan melakukan pemesanan ulang sesuai kebutuhan yang diperlukan. “86% setuju bahwa perusahaan harus berinvestasi lebih banyak pada teknologi untuk mengidentifikasi, melacak, dan mengukur risiko supply chain“. – PwC’s 2023 Digital Trends in Supply Chain Survey Selain itu, terdapat fitur custom dashboard yang dapat membantu Anda untuk memantau seluruh proses perputaran barang di gudang melalui grafik dan metrik yang lebih mudah dibaca untuk kemudahan analisis. Sebagai software berbasis akuntansi dan keuangan bisnis, Mekari Jurnal mengintegrasikan data persediaan barang ke dalam pelaporan keuangan. Watch this video on YouTube Coba Gratis Fitur Mekari Jurnal Sekarang! Komponen Persediaan Dalam sebuah siklus proses manufaktur untuk menghasilkan sebuah finished goods inventory, terdapat beberapa langkah sebelum barang dapat sepenuhnya menjadi barang jadi. 1. Bahan mentah (raw material) Hal pertama yang akan pertama Anda pegang terlebih dahulu yaitu bahan mentah. Bahan mentah merupakan sebuah komponen dasar (baku) pembentuk sebuah produk manufaktur. Tanpa adanya bahan mentah, maka pembentukan barang tidak dapat terjadi dalam sebuah proses manufaktur. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menjaga tingkat persediaan bahan mentah sesuai kuantitas produksi manufaktur untuk mencapai target dan tujuan. 2. Barang setengah jadi (work in progress) Semua barang yang berada dalam proses manufaktur terjadi umumnya sudah dapat disebut sebagai barang setengah jadi. Karakteristik yang jadi pembeda WIP dengan finished goods dalam inventory adalah barang WIP belum dapat dijual atau didistribusikan ke pasar. Walaupun begitu, WIP masih memiliki peran penting dalam akuntansi khususnya dalam mengevaluasi efektivitas dan kinerja proses manufaktur dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui lebih dalam seputar barang work in progress, simak artikel berikut: Mengenal Work in Progress (WIP) Perusahaan Manufaktur 3. Barang MRO (maintenance, repair, and operations) Selanjutnya terdapat barang MRO atau juga dikenal dengan indirect material. Barang-barang ini termasuk kebutuhan pendukung ketika proses produksi berlangsung. Tujuannya adalah untuk menjaga produktivitas, keselamatan, dan kelancaran operasi yang dapat memunculkan berbagai permasalahan produksi, contohnya downtime. Beberapa contoh barang MRO menyangkut alat-alat pemeliharaan serta perbaikan, seperti kendaraan operasional, pipa, suku cadang, hingga alat keselamatan kerja. Rumus Finished Goods Inventory Untuk mendapatkan fungsi dan tujuannya secara optimal, menghitung finished goods inventory merupakan sebuah langkah penting untuk memberika gambaran peran barang jadi kepada pertumbuhan bisnis. Adapun, rumus yang paling sederhana untuk menghitungnya yaitu sebagai berikut: Finished Goods Inventory = Total Biaya Produksi (COGM) – Biaya Tenaga dan Bahan Baku (COGS) + Nilai Finished Goods Periode Sebelumnya Catatan: COGM (Cost of Goods Manufactured) Atau dikenal dengan harga pokok produksi merupakan jumlah biaya yang keluar untuk memproduksi barang termasuk tenaga kerja, bahan yang dibutuhkan, hingga biaya overhead. Rumus untuk menghitung COGM yaitu: COGM (Total Biaya Produksi) = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead COGS (Cost of Goods Sold) Semua biaya langsung yang keluar pada saat memproduksi barang jadi. Ini mencakup biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Rumus untuk menghitung COGS adalah: COGS = (Persediaan di Awal Periode + Pembelian di Periode Tersebut) – Nilai Akhir Persediaan. Untuk artikel selengkapnya yang membahas mengenai COGS, simak artikel berikut: Cara Menghitung COGS Perusahaan Manufaktur Panduan Langkah dalam Menghitung Finished Goods Inventory Pada dasarnya, langkah paling pertama yang perlu Anda lakukan adalah memahami rumus perhitungan yang sudah sempat diulas sebelumnya. Kemudian, dapat dilanjutkan ke langkah-langkah berikut: 1. Memeriksa catatan inventaris Anda bisa mulai dengan memeriksa catatan persediaan barang dari periode sebelumnya untuk membantu apakah data sudah tepat dan sesuai dengan data sebenarnya. Umumnya informasi dan data ini dapat Anda temukan dengan mudah pada sistem manajemen gudang Anda maupun perangkat lunak persediaan barang. Bila Anda belum menggunakannya, saatnya coba software manajemen persediaan dari Mekari Jurnal! 2. Mengetahui nilai barang di periode operasi berjalan Selanjutnya, Anda bisa menemukan angka perbedaan antara COGM dengan COGS untuk mendapatkan nilai barang yang Anda miliki di periode operasi berjalan. Anda bisa mendapatkan hasilnya dengan mengurangi harga pokok penjualan saat ini dengan harga pokok produksi. 3. Memutuskan kebutuhan persediaan Hasil nilai total finished goods inventory di periode sebelumnya dapat menjadi acuan untuk menilai kebutuhan barang di periode saat ini dengan memasukannya komponen nilai tersebut ke dalam selisih perhitungan COGM dan COGS. Hasilnya, Anda akan mendapatkan nilai persediaan yang saat ini perusahaan butuhkan. Apakah perlu meningkatkan volume produksi untuk memenuhi kuota atau sudah dicukupkan. Contoh cara menghitung finished goods inventory Terdapat sebuah perusahaan manufaktur bernama PT. Jurnal Mentari Sentosa yang ingin mengakumulasikan nilai finished goods di akhir periode ini. Untuk memudahkan dalam menghitungnya, PT. Jurnal Mentari Sentosa sudah mencatatkan beberapa komponen perhitungan dalam membantu menilainya, yaitu: Bahan baku = Rp 450.000.000 Persediaan WIP di periode awal = Rp 95.000.000 Biaya overhead = Rp 100.000.000 Biaya tenaga kerja langsung = Rp 280.000.000 Pembelian untuk kebutuhan persediaan = Rp 98.000.000 Persediaan akhir = Rp 75.000.000 Berdasarkan hasil catatan tersebut, hitung finished goods inventory perusahaan di pada akhir periode. Jawab: Finished Goods Inventory = COGM – COGS + Nilai Finished Goods Periode Sebelumnya Perhitungan COGM, COGM (Total Biaya Produksi) = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead = Rp 450.000.000 + Rp 280.000.000 + Rp 100.000.000 COGM = Rp 830.000.000 Perhitungan COGS adalah: COGS = (Persediaan di Awal Periode + Pembelian di Periode Tersebut) – Nilai Akhir Persediaan. = (Rp 95.000.000 + Rp 98.000.000) – Rp 75.000.000 COGS = Rp 113.000.000 Perhitungan Finished Goods Inventory, Finished Goods Inventory = COGM – COGS + Nilai Finished Goods Periode Sebelumnya = Rp 830.000.000 – Rp 113.000.000 + Rp 75.000.000 = Rp 792.000.000 Kesimpulan Finished goods inventory merupakan sebuah komponen barang yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan bisnis sehingga perlu mendapatkan perhatian dan pengelolaan yang lebih tepat. Untuk dapat mengelolanya secara lebih efektif dan tidak menguras banyak biaya, Anda dapat menggunakan software manajemen stok berbasis cloud Mekari Jurnal. Fitur manajemen stok dan produknya dapat membantu menunjang sistem pengelolaan barang Anda untuk dapat terus terpantau dan terkelola secara berkala. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim kami secara gratis dan dapatkan free trial version bagi pendaftar pertama! Saya Mau Konsultasi Gratis Mekari Jurnal Sekarang! Semoga artikel ini bermanfaat! Referensi: Wallstreetmojo Accountingtools PWC