Mekari Jurnal
Daftar Isi

Supply Chain Management: Pengertian, Konsep, Proses, Tahapan dan Manfaat

Tayang 27 Feb 2024
Diperbarui 14 Maret 2024

Supply chain management memiliki peran yang paling bertanggungjawab dalam mengelola aset khususnya produk suatu bisnis.

Untuk itu, Anda perlu memahami bagaimana prinsip, fungsi, dan tahapan komprehensif dalam menerapkan supply chain management dalam perusahaan Anda.

Apa Itu Pengertian Supply Chain Management

SCM sendiri merupakan gabungan dari dua definisi, yaitu supply chain dan management.

Supply chain mengacu kepada sebuah jaringan yang saling terhubung antara beberapa komponen, dalam hal ini yaitu bahan mentah, barang setengah jadi, hingga barang yang siap dijual. Sedangkan management, berkaitan dengan pengelolaan yang komprehensif mulai dari hulu ke hilir suatu kegiatan.

Adapun sebelum kita menyimpulkan apa itu SCM secara umum, simak beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar:

  1. Lambert & Cooper (2000): Dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Industrial Marketing Management” mendefinisikan supply chain management sebagai proses bisnis yang terintegrasi dari pemasok ke pengguna akhir mulai dari menyediakan, melayani, dan menambahkan nilai.
  2. Investopedia: SCM merupakan sebuah proses mengelola aliran barang suatu bisnis mulai dari bahan mentah menjadi produk akhir secara efektif guna membantu mengefesiensikan proses dan mengurangi adanya pemborosan.
  3. IBM: Supply chain management mengacu pada sebuah penanganan menyeluruh aliran produksi bisnis dari perakitan, dan pengiriman hingga barang sampai ke tangan pelanggan.
  4. Sunil Chopra & Peter Meindl (2004): SCM mengacu pada sebuah koordinasi yang sistematis dari seluruh pihak internal perusahaan dalam mengelola produk agar sukses secara strategis.

Berdasarkan definisi dari beberapa sumber tersebut, dapat kita simpulkan bahwa supply chain management adalah sebuah proses bisnis yang terintegrasi dari pemasok ke pengguna akhir, yang mencakup pengelolaan aliran barang dari bahan mentah hingga produk akhir, serta koordinasi yang sistematis dari seluruh pihak internal perusahaan untuk mengelola produk agar sukses secara strategis.

Lebih dari 60% SCM leaders mengatakan bahwa proses manajemen rantai pasokan (SCM) bertanggung jawab atas meningkatnya biaya dan risiko perusahaan.

– Gartner for Supply Chain Leaders

Adapun tujuan utamanya adalah untuk menyediakan, melayani, dan menambahkan nilai secara efektif, efisien, dan mengurangi pemborosan dalam proses produksi dan distribusi.

Lalu, bagaimana penerapan SCM di perusahaan jasa? Simak selengkapnya dalam artikel ini: Contoh Penerapan Supply Chain Management Dalam Perusahaan Jasa

Konsep Supply Chain Management

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, SCM memiliki sebuah proses yang berkaitan erat dengan aspek integrasi, koordinasi, dan juga visibilitas dan berhubungan dengan internal perusahaan beserta stakeholder terkait lainnya.

Ketiga aspek ini yang menjadi komponen vital yang menghubungkan keseluruhan proses agar dapat terjalin dengan kuat.

Tanpa kehadiran ketiga hal ini, maka Anda perlu melakukan evaluasi kembali terhadap proses SCM yang diterapkan pada bisnis Anda.

1. Integrasi

Integrasi dalam SCM mengacu pada upaya untuk menghubungkan dan menyatukan berbagai fungsi dan proses di dalam perusahaan maupun di antara perusahaan-perusahaan dalam rantai pasokan.

Hal ini meliputi integrasi vertikal (antara pemasok, produsen, dan distributor) serta integrasi horizontal (antara berbagai departemen atau fungsi dalam suatu perusahaan).

Dengan integrasi yang baik, informasi dan proses dapat mengalir secara lancar dan efisien di seluruh rantai pasokan, meningkatkan koordinasi dan responsivitas terhadap permintaan pasar.

2. Koordinasi

Koordinasi dalam SCM mengacu pada kerja sama yang erat antara berbagai pihak dalam rantai pasokan, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan bahkan konsumen.

Ini melibatkan pertukaran informasi, penyesuaian rencana produksi dan persediaan, serta pembagian risiko dan manfaat.

Dengan koordinasi yang kuat, rantai pasokan dapat menjadi lebih responsif terhadap perubahan permintaan pasar, lebih efisien dalam pengelolaan persediaan, dan lebih inovatif dalam menciptakan nilai tambah.

3. Visibilitas

Visibilitas dalam SCM merujuk pada kemampuan untuk melacak dan memantau aliran barang, informasi, dan dana di seluruh rantai pasokan secara transparan dan real-time.

Visibilitas yang baik memungkinkan para pelaku dalam rantai pasokan untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang permintaan pasar, kondisi persediaan, dan kinerja mitra bisnis.

Dengan visibilitas yang tinggi, perusahaan dapat mengidentifikasi potensi masalah atau peluang dengan cepat, mengurangi ketidakpastian, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Prinsip-prinsip dalam Supply Chain Management

Menjelaskan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan dalam pengelolaan SCM, seperti efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan.

Di era dunia yang dinamis dan kompetitif ini, SCM mampu menjadi sebuah strategi untuk mempertahankan perusahaan di tengah persaingan bisnis.

Untuk mencapai SCM yang efektif, dibutuhkan landasan prinsip yang kuat sehingga ketika terjadi ketidakstabilan bisnis, SCM mampu bertahan untuk memperbaiki dan memperkuat kembali kestabilan yang ada.

Berikut adalah 10 prinsip yang perlu Anda ketahui dan terapkan dalam sistem SCM bisnis Anda.

  1. Peramalan Permintaan, untuk mengantisipasi permintaan di masa depan serta perusahaan dapat menyelaraskan strategi produksi dan pengadaannya.
  2. Manajemen Inventaris yang Efisien, guna mencapai keseimbangan antara ketersediaan stok, dan biaya penyimpanan.
  3. Perbaikan Berkelanjutan, hal ini dapat menumbuhkan budaya inovasi dan ketangkasan mendorong kreativitas dan optimalisasi proses.
  4. Manajemen Risiko dan Ketahanan, ini untuk dapat mempertahankan kestabilan bisnis menyeluruh di kala terdapat kejadian tidak terduga, seperti bencana alam dan kemerosotan ekonomi.
  5. Menerapkan Teknologi dan Otomatisasi. Ini dilakukan agar dapat memaksimalkan potensi efisiensi, meningkatkan akurasi, serta agar tetap menjadi yang terdepan dalam pasar yang kompetitif.
  6. Penyederhanaan Logistik. Bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan rute, menggunakan transportasi multimoda, dan  meningkatkan keahlian para profesional.
  7. Analisis Data dan Metrik Kinerja. Memanfaatkan analisis data memberikan wawasan tentang metrik kinerja, mengidentifikasi hambatan, dan area yang perlu ditingkatkan.
  8. Membangun Relasi yang Baik dengan pemasok, dengan  menumbuhkan kepercayaan, kolaborasi, dan menyajikan informasi yang transparan. Ini dapat membantu dalam memastikan pasokan bahan berkualitas yang stabil, dan mengurangi risiko gangguan.
  9. Kolaborasi dan Komunikasi, dapat meningkatkan kelancaran operasional melalui kerja tim lintas fungsi dan saluran komunikasi yang jelas. Ini dapat membantu bisnis untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
  10. Fokus Inisiatif Ramah Lingkungan demi mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan reputasi merek.

Proses-proses dalam Supply Chain Management

Proses yang terjalin dalam SCM terbentuk dengan tujuan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan aliran barang dalam perusahaan dari bahan mentah ke titik konsumsi.

Secara efektif, idealnya akan mencakup proses tersebut mencakup perencanaan, pengadaan, manufaktur, proses penyimpanan dan pengemasan, pengiriman, dan monitoring.

1. Planning (Perencanaan)

Dasar dari keseluruhan pelaksanaan SCM yang efektif dan ideal adalah dimulai dari tahap perencanaannya. Jika terstruktur dengan baik, maka secara berkelanjutan proses SCM dapat berjalan dengan lancar.

Agar perencanaan berjalan akurat, Anda bisa menerapkan metode perencanaan yang berbasis data, baik itu pengumpulan data dari periode sebelumnya, serta proyeksi tren yang akan terjadi di periode selanjutnya.

Data tersebut terdiri dari dua jenis komponen, yaitu forecast demand atau ramalan permintaan yang berasal dari analisis data historis, tren pasar, dan faktor eksternal. Ini dapat memudahkan Anda dalam menyesuaikan tingkat produksi, tingkat inventaris, dan alokasi sumber daya.

Komponen yang kedua yaitu perencanaan produksi yang akan menentukan kuantitas, kualitas, dan waktu siklus produksi berjalan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan seperti kapasitas produksi, waktu tunggu, dan ketersediaan sumber daya. Ini dapat membantu dalam mengoptimalkan proses dan mereduksi pengeluaran biaya.

Nantinya data ini akan menjadi wawasan bisnis tambahan untuk mengambil keputusan perencanaan yang strategis.

2. Sourcing (Pengadaan)

Pada tahap ini, perusahaan akan berkaitan erat dengan proses pengadaan barang berupa bahan mentah serta komponen pelengkap untuk kebutuhan produksi.

Memiliki proses sourcing dalam SCM yang efektif dapat membantu dalam menekan biaya serta meningkatkan kualitas produk,

Akan lebih bijak jika perusahaan Anda mampu untuk membantu hubungan dengan pihak supplier dengan kuat agar persediaan dapat terus terpenuhi beserta adanya peluang potongan biaya loyalitas.

3. Manufacturing (Produksi)

Proses yang cukup vital dalam supply chain management di mana bahan baku yang sudah dikumpulkan akan ditransformasi untuk meningkatkan nilainya dan menjadi produk akhir.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti pengendalian mutu dan kualitas, waktu tunggu, dan pemeliharaan mesin produksi secara berkala.

Pengendalian mutu penting agar dapat memastikan bahwa produk telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan, mencegah dari terjadinya cacat, dan mengurangi risiko pemborosan.

Selain itu, pengendalian produksi juga penting agar tidak ada pengeluaran biaya berlebih terhadap pemeliharaan dan penyimpanan barang di gudang.

4. Logistic (Pengiriman)

Proses logistik tentunya akan berkaitan dalam mengelola aliran perpindahan barang dari satu titik ke titik akhir produk, termasuk warehouse management.

Pada proses ini yang banyak melibatkan perpindahan barang, tentu akan sangat berkaitan erat dengan transportasi, penyimpanan gudang (warehouse), dan fulfillment.

Tahapan ini tentunya memainkan peran dalam memastikan barang hasil produksi yang memiliki nilai tinggi dapat terus bertahan nilainya baik dalam penyimpanan dan pengemasannya.

Ini dilakukan agar pengeorganisasian produk lebih mudah, mengoptimalkan biaya penyimpanan, dan meminimalisir kerusakan atau deadstock.

Anda juga perlu memperhatikan waktu penyimpanan, waktu proses pengemasan, waktu pengiriman, serta transparansi proses ke pihak pelanggan.

Ini penting mengingat kepuasan dan loyalitas pelanggan adalah satu satu faktor kunci dalam mempertahankan kestabilan bisnis.

Simak lebih lanjut: Tujuan Hingga Komponen Sistem Manajemen Logistik

5. Monitoring (Pemantauan)

Tahap terakhir ini berkaitan dengan pemantauan secara berkala terhadap data yang berhasiln dikumpulkan ketika SCM beroperasi.

Monitoring ini berkaitan dengan pelacakan, analisis, dan penilaian secara berkelanjutan dengan metode Key Performance Indicators (KPIs) agar efektif.

Beberapa metrik yang penting ada di dalam KPIs mencakup perkiraan permintaan, perputaran inventaris, pengiriman tepat waktu, waktu siklus produksi, dan kinerja pemasok.

Tahap ini dapat membantu mempertahankan kinerja supply chain management yang sudah berjalan secara efektif.

Manfaat Supply Chain Management

Alur supply chain management bermula dari pemasok memberikan bahan baku, mengolah dalam proses produksi, menyimpan di gudang, dan pengemasan serta pengiriman hingga sampai ke tangan pelanggan.

Bisa dikatakan, alur tahapan SCM yang panjang dan komprehensif mampu memberikan banyak manfaat dalam kelangsungan bisnis.

Apa saja manfaat adanya SCM? Simak selengkapnya berikut ini:

1. Memangkas Pemborosan Biaya

Manajemen persediaan stok termasuk ke dalam lingkup supply chain management yang memiliki biaya pengeluaran yang cukup besar.

Pihak manajemen dapat memangkas biaya melalui pengelolaan penyimpanan produk yang tidak overcapacity, memproduksi barang sesuai permintaan, dan juga dapat dengan menerapkan software manajemen stok untuk pengelolaan yang lebih ramping.

2. Manajemen Risiko yang Lebih Baik

Manajemen risiko yang lebih baik dapat membantu bisnis dalam merespon dan mencari solusi atas masalah tersebut dengan lebih cepat dan akurat.

Di sisi lain, ini juga mengumpulkan data untuk memprediksi masalah yang sama, sehingga dapat mengelolanya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan sebuah penelitian, 87% perusahaan percaya bahwa manajemen risiko secara berkala dapat membantu supply chain mengurangi inventaris sebesar 22%.

3. Meningkatkan Hubungan Lebih Baik

SCM melibatkan pembinaan hubungan yang berkelanjutan terdapat supplier dan juga kepada distributor.

Ini tentunya dapat meningkatkan transparansi informasi, ketepatan waktu, dan mempertahankan kualitas terbaik yang dapat mengembangkan hubungan yang lebih erat.

4. Mempertahankan Kestabilan Arus Kas

Salah satu tujuan dari SCM yang efektif adalah pengambilan keputusan strategis yang tepat. Ini tentunya dapat menguntungkan bisnis dalam menjalankan operasionalnya.

Contohnya seperti efisiensi pengelolaan faktur yang semakin sederhana sehingga pelanggan merasa lebih puas terhadap proses yang cepat.

Proses yang efektif dan meminimalisir pemborosan yang tidak berguna tentunya dapat berdampak positif terhadap arus kas dan biaya overhead sehingga mampu memaksimalkan produktivitas bisnis.

Pentingnya Memahami Supply Chain Management

Mengelola mata rantai pasokan memiliki peran penting karena dapat membantu mencapai beberapa tujuan utama bisnis dan cukup vital.

Contohnya, perusahaan akan selalu sibuk setiap tahunnya untuk melakukan perencanaan anggaran untuk pengeluaran bisnis, di mana salah satu pengeluaran terbesar adalah supply chain.

Adaya supply chain management yang efektif dapat mengurangi biaya yang tidak diperlukan dan membantu menstabilkan ketersediaan produk dan posisi keuangan perusahaan.

Secara langsung juga membantu manajemen untuk mengisi waktu dengan fokus terhadap mengembangan bisnis dan peningkatan margin profitabilitas.

Walaupun fokus terhadap persediaan dikurangi, namun kualitas dan pelayanan produk akan tetap bertahan dan terus meningkat, membantu membangun merek dagang yang kuat di antara kompetitor lainnya.

Dampak Buruk Supply Chain Management yang Tidak Terorganisir

Sederhananya, jika supply chain management tidak dikelola dengan benar dapat berdampak pada perusahaan yang tertinggal dengan performa kompetitor pada bidang kerja yang sama.

Kemudian, apabila terjadi distorsi di faktor eksternal (bencana alam dan non-alam, krisis ekonomi) seperti pandemi COVID, perusahaan akan sulit untuk mengembalikan kestabilan bisnis.

Jika hal ini tidak cepat diatasi, maka kemungkinan munculnya isu dan masalah yang menghambat kinerja SCM akan semakin besar.

Salah satunya adalah bullwhip effect, sebuah fenomena di mana terjadinya distorsi informasi terhadap permintaan barang dan pemenuhan barang yang berakibat pada ketidaksesuaian persediaan dengan pesanan, penurunan kualitas layanan, dan kebangkrutan.

Fenomena ini sudah pernah terbukti nyata berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Procter & Gamble (P&G) terkait bullwhip effect terhadap rantai pasokan popok Pampers.

Hasil temuan penelitian menyebutkan bahwa pesanan bahan baku supplier mengalami fluktuasi secara signifikan dari waktu ke waktu. Padahal, fluktuasi yang terjadi pada penjualan toko cukup kecil.

Ini kemudian berdampak pada ketidakstabilan pesanan bahan baku beserta biayanya yang ikut meningkat.

Melalui hal ini, dapat kita simpulkan bahwa dampak buruk terbesar akibat dari memiliki supply chain management yang buruk adalah kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuan utama bisnis.

Kesimpulan

Itulah penjelasan secara komprehensif mengenai konsep supply chain management yang mampu menjadi tulang punggung dalam mengelola keseluruhan produk sebagai aset sebuah perusahaan.

Tentunya proses dan tahapan dalam supply chain memakan proses pengelolaan yang cukup panjang dan rumit. Belum lagi agar berjalan dengan efektif, perlu menerapkan berbagai prinsip dan komponen yang cukup banyak.

Namun, jika hal ini semua dapat Anda pahami dan implementasi dengan baik, maka bukan hal yang tidak mungkin jika pertumbuhan perusahaan akan semakin melejit dan rasio profitabilitas yang semakin besar.

Untuk dapat mendukung hal itu semua dengan baik, maka menerapkan perangkat lunak berbasis sistem otomatisasi merupakan sebuah hal yang bijak.

Oleh karena itu, menggunakan software supply chain management Mekari Jurnal dapat menjadi solusi mengelola SCM perusahaan secara komprehensif. Fitur-fitur yang mendukungnya antara lain terdiri dari manajemen produk, manajemen inventori, manajemen gudang, fulfillment, dan manajemen produksi.

Data-data ini juga terintegrasi lagnsung dengan data keuangan beserta pengelolaan invoice, yang membantu Anda dalam mengendalikan arus kas dalam pengelolaan rantai pasokan dengan efektif dan optimal.

Apakah Anda tertarik untuk menggunakannya? Jika Ya, segera daftarkan perusahaan Anda sekarang juga dan dapatkan free trial selama 7 hari!

Bila Anda membutuhkan informasi lebih lengkap mengenai fitur-fitur unggulan dari Mekari Jurnal, konsultasikan secara gratis melalui klik di bawah ini ya!

Konsultasi dengan Mekari Jurnal Sekarang!

Terimakasih, dan semoga artikel ini dapat bermanfaat baik untuk Anda dan bisnis Anda!

 

 

 

Referensi:

Gartner, “Supply Chain Management (SCM): What, Why and How”.

LinkedIn, “10 Key Principles of Effective Supply Chain Management (SCM)”.

ISCEA, “Inilah Dampak Negatif Terjadinya Bullwhip Effect dalam Supply Chain”.

Investopedia, “Supply Chain Management (SCM): How It Works & Why It’s Important”.

IBM, “What is supply chain management?”.

Kelola Keuangan Lebih Optimal, Dapatkan Penawaran Terbatas Ini
Jurnal software akuntansi terpercaya

 

Dapatkan free trial sekarang!

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Lebih Optimal, Dapatkan Penawaran Terbatas Ini
Jurnal software akuntansi terpercaya

 

Dapatkan free trial sekarang!

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal