Daftar Isi
10 min read

Strategi Menyusun Laporan Keuangan untuk Memikat Hati Investor

Tayang 10 Nov 2022
Diperbarui 8 Nov 2024

Bagaimana strategi menyusun laporan keuangan yang kredibel agar bisa menarik para investor untuk menanamkan modal? Baca selengkapnya di Blog Mekari Jurnal. Pelaku usaha kecil dan menengah seringkali menemukan kendala dalam memperoleh atau  menambah modal guna mengembangkan bisnis.

Maka itu, mereka memerlukan strategi untuk memikat hati investor agar mau menggelontorkan modal dengan berbagai cara, bisa melalui penyajian laporan keuangan atau kinerja operasional bisnis yang ‘cantik alami’.

Insight Menarik Bagi Para Pelaku Usaha Rintisan (startup) Menurut Investor

Dari perspektif investor, Investment Associate East Ventures, Devina Halim, Ia berbagi pengalaman dan memberi insight yang menarik bagi para pelaku usaha rintisan (startup). Menurutnya, tren investasi mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Lima tahun lalu, investor mengincar startup yang berfokus pada pemanfaatan teknologi canggih. Hal itu berbeda dengan tren saat ini yang bisa berasal dari berbagai sektor usaha, termasuk sektor ritel, makanan dan minuman, dan kesehatan.

Semua bentuk bisnis yang potensial bisa meraih investasi. Devina memperkenalkan East Ventures yang merupakan perusahaan investasi atau penanam modal pada bisnis fase awal (early stage business).

Sejak berdiri pada 2009 lalu, East Ventures telah berinvestasi di sekitar 160 perusahaan rintisan. Beberapa di antaranya telah berkembang hingga menjadi unicorn, antara lain, Tokopedia, Traveloka, Sociola, dan Ruang Guru.

Beberapa perusahaan di sektor makanan dan minuman yakni, Fore Coffee dan Greenly. Hal paling mendasar yang menjadi bahan pertimbangan East Ventures dalam berinvestasi ialah perusahaan hanya akan menanam modal di bisnis yang sudah berstatus Perusahaan Terbatas (PT).

Hal itu merupakan upaya untuk memitigasi penipuan secara legal. Dari sisi laporan keuangan, pelaku usaha disarankan mencari matriks paling tepat yang dapat ‘dijual’ kepada investor.

Misalnya, bagi perusahaan ritel atau makanan dan minuman, pelaku usaha tak bisa hanya memamerkan jumlah pengikut (followers) di akun media sosial dan mengklaimnya sebagai basis konsumen. Mereka perlu menunjukkan matriks lain yang berkaitan langsung dengan volume penjualan yang akhirnya berujung pada laba bersih perusahaan.

“Sebisa mungkin, di awal net profit dijaga tetap positif. Jadi tidak hanya sebagai perusahaan berteknologi canggih dengan cost (biaya) teknologi yang besar dan laporan keuangan bleeding (berdarah-darah) di awal.”

Hal yang penting lain ialah menentukan target market yang jelas sehingga bottomline (laba) tak kalah sehat,” papar Devina dalam talkshow Jurnal Entrepreneur bertajuk Strategi Menyusun Laporan Keuangan untuk Memikat Hati Investor yang berlangsung di GoWork Menara Rajawali, Jakarta, Senin (20/2).

Devina dalam talkshow Jurnal Entrepreneur bertajuk Strategi Menyusun Laporan Keuangan untuk Memikat Hati Investor yang berlangsung di GoWork Menara Rajawali, Jakarta, Senin (20/2)
Devina dalam talkshow Jurnal Entrepreneur bertajuk Strategi Menyusun Laporan Keuangan untuk Memikat Hati Investor yang berlangsung di GoWork Menara Rajawali, Jakarta, Senin (20/2).

Pertimbangan Investor Menanamkan Modal Di Usaha Rintisan (startup)

Investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan rintisan atau startup biasanya memiliki berbagai pertimbangan dan evaluasi yang matang. Menjalankan usaha rintisan bukanlah hal yang mudah, dan investor umumnya mencari potensi pengembalian yang besar untuk mengimbangi risiko yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, ada sejumlah komponen utama yang menjadi fokus investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi Ada beberapa komponen yang menjadi pertimbangan utama investor untuk menanam modal di perusahaan rintisan:

1. Target Pasar

Salah satu aspek pertama yang diperhatikan investor adalah target pasar dari perusahaan rintisan tersebut. Target pasar yang jelas dan memiliki permintaan yang cukup besar untuk produk atau layanan yang ditawarkan merupakan indikator awal dari potensi kesuksesan sebuah bisnis. Startup harus mampu mendefinisikan dengan baik siapa konsumennya, di mana mereka berada, dan apa yang menjadi kebutuhan serta preferensi mereka.

Jika perusahaan tidak memiliki target pasar yang jelas, investor akan merasa ragu karena bisnis tersebut berisiko besar untuk gagal mencapai konsumen yang tepat. Target pasar yang luas dan beragam mungkin terdengar menguntungkan, tetapi sebenarnya bisa membingungkan jika tidak didukung oleh strategi pemasaran yang jelas. Sebaliknya, target pasar yang lebih spesifik dan terarah akan memungkinkan perusahaan untuk fokus dalam mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dalam konteks ini, investor juga menilai apakah startup tersebut memahami karakteristik pasar yang ingin mereka masuki, termasuk demografi, preferensi, dan perilaku konsumen. Startup yang sukses adalah yang mampu menciptakan solusi atau produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dalam target pasarnya.

2. Skalabilitas

Salah satu tantangan terbesar dalam menjalankan usaha adalah menentukan lokasi yang tepat untuk menyasar target pasar produk tersebut. “Sekarang solusi yang dipecahkan oleh teknologi internet adalah bisa langsung menyasar konsumen yang sesuai dengan target produk. Dari marketing, atau media social ads bisa langsung kirim pesan yang tepat untuk konsumen sesuai target,” ujarnya.

Skalabilitas adalah salah satu faktor penting dalam bisnis startup yang menjadi daya tarik bagi investor. Skalabilitas merujuk pada kemampuan bisnis untuk berkembang secara signifikan tanpa harus meningkatkan biaya secara proporsional. Dengan kata lain, perusahaan yang skalabel adalah perusahaan yang bisa meningkatkan pendapatan dengan cepat tanpa perlu menaikkan biaya operasional secara drastis.

Investor mencari model bisnis yang skalabel karena hal ini memungkinkan potensi pertumbuhan yang tinggi dengan biaya yang efisien. Contohnya, bisnis berbasis teknologi yang memanfaatkan internet dan platform digital cenderung lebih mudah untuk skala, karena mereka dapat menjangkau konsumen secara luas tanpa harus membuka banyak cabang fisik atau menambah banyak sumber daya.

Saat ini, internet dan teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk langsung menyasar konsumen sesuai dengan target pasar mereka melalui strategi pemasaran yang efektif, seperti iklan di media sosial atau strategi pemasaran digital lainnya. Dengan strategi pemasaran ini, perusahaan dapat mengirim pesan yang tepat kepada audiens yang sesuai dengan karakteristik konsumen yang mereka sasar. Investor akan melihat kemampuan startup untuk menerapkan strategi skalabilitas yang cerdas dan efektif.

3. Rasio Pengembalian Investasi atau Return on Investment (RoI)

Salah satu pertimbangan penting bagi investor adalah potensi pengembalian investasi atau Return on Investment (RoI). RoI mengukur seberapa efektif investasi tersebut dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Investor akan melihat potensi pengembalian yang realistis, serta bagaimana perusahaan mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.

Hal yang perlu dijalankan pelaku usaha adalah melakukan efisiensi di berbagai lini tanpa menghambat perkembangan usaha, misalnya menekan biaya produksi, atau gaji karyawan. Selain itu, pebisnis juga perlu menemukan solusi agar pola distribusi bisa lebih efisien dan tepat sasaran.

Pebisnis juga harus punya strategi menyusun laporan keuangan yang benar. Hingga pada akhirnya, beban usaha akan menyusut dan bisa menghasilkan laba yang maksimal serta dengan rasio RoI yang tinggi. “Intinya, investor bisa membantu agar bisnis lebih berkembang didukung oleh kecanggihan teknologi,” tutur Devina.

Startup yang memiliki RoI yang tinggi akan lebih menarik bagi investor, karena mereka melihat adanya peluang untuk memperoleh keuntungan yang signifikan dari investasi mereka. Untuk mencapai RoI yang optimal, startup perlu melakukan efisiensi dalam berbagai aspek bisnisnya, termasuk produksi, distribusi, dan manajemen biaya.

Efisiensi ini bisa diwujudkan dengan menekan biaya produksi dan distribusi, serta mengoptimalkan anggaran operasional. Selain itu, strategi keuangan yang tepat, seperti menyusun laporan keuangan yang akurat dan transparan, juga sangat penting. Dengan manajemen keuangan yang baik, perusahaan dapat mengurangi beban usaha dan meningkatkan laba bersih. Investor juga melihat penggunaan teknologi yang efektif untuk mendukung pengembangan bisnis dan meningkatkan RoI.

Baca juga: Mad Bagel dan Mookie Bagi Rahasia Sukses Bisnis F&B di Era Digital

4. Tim Perusahaan yang Produktif

Tim yang menjalankan perusahaan startup adalah aset yang sangat berharga dan sering menjadi pertimbangan utama investor. Startup yang sukses biasanya didukung oleh tim yang kompeten, memiliki visi yang sama, dan mampu bekerja sama dengan baik. Investor mencari tim yang memiliki keahlian di berbagai bidang, seperti manajemen, pemasaran, teknologi, dan operasional.

Investor akan sangat tertarik dengan tim manajemen yang saling melengkapi dalam berbagai lini kerja. Misalnya, ada yang berjiwa pemimpin dan mampu membawa perusahaan dalam visi jangka panjang, ada anggota tim yang cakap menjalankan marketing, dan anggota tim yang mahir dengan perkembangan teknologi.

“Tim yang tepat adalah complimentary dan look at the market. Semua hal berkembang dengan sangat cepat, orang bakal lebih maju dari kemarin dalam semua hal. Jadi butuh tim yang lengkap dan produktif,” tegasnya.

Tim yang terdiri dari individu-individu dengan keterampilan yang saling melengkapi akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi berbagai tantangan bisnis. Investor juga akan lebih percaya pada startup yang dipimpin oleh seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang kuat, yang mampu membawa perusahaan menuju tujuan jangka panjang.

Selain itu, tim yang produktif adalah tim yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan terus berkembang. Di dunia bisnis yang terus berubah, startup perlu memiliki tim yang selalu berinovasi dan mencari cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tim yang lengkap dan produktif akan memiliki daya saing yang lebih tinggi dan lebih mudah untuk menarik minat investor.

5. Mampu Menghadapi Persaingan

Kompetisi yang dimaksud ialah bagaimana perusahaan memiliki strategi untuk tetap bertahan di sektor industri yang digeluti dan memenangkan persaingan dengan kompetitor lain. Terakhir, beradaptasi dengan tren yang berkembang dengan memiliki strategi menyusun laporan keuangan yang baik.

Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi dengan perubahan dari satu tren ke tren lain yang sangat cepat. Baik dari sektor industri maupun perubahan teknologi yang membuat semua hal mengarah pada efisiensi. Untuk itu, perusahaan harus mampu beradaptasi dengan tren yang terus berkembang.

Persaingan adalah hal yang tak terhindarkan dalam dunia bisnis, terutama di sektor industri yang berkembang pesat. Investor cenderung lebih tertarik pada startup yang memiliki strategi untuk menghadapi kompetisi dan memenangkan persaingan. Strategi ini mencakup kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisinya di pasar, menarik konsumen, dan tetap relevan di tengah perubahan tren industri.

Selain itu, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan tren yang berkembang. Di era modern ini, perkembangan teknologi dan perubahan dalam preferensi konsumen bisa terjadi dengan cepat. Oleh karena itu, startup harus memiliki strategi yang fleksibel agar bisa beradaptasi dengan tren baru dan tetap bersaing.

Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat didorong oleh konsumsi domestik, yang secara langsung memengaruhi dinamika industri. Perubahan tren yang cepat, baik di sektor industri maupun teknologi, menuntut perusahaan untuk lebih efisien dan adaptif. Investor akan melihat apakah perusahaan memiliki strategi jangka panjang untuk mengatasi kompetisi dan beradaptasi dengan tren yang berkembang.

Baca Juga : Cara Mudah Investor Melihat dan Menilai Perusahaan Melalui Laporan Keuangan

Pengalaman Co-Founder Eatlah, Michael Chrisyanto Membangun Usaha Makanan Cepat Saji

Co-Founder Eatlah Michael Chrisyanto

Di tempat yang sama, Co-Founder Eatlah, Michael Chrisyanto, juga membagikan pengalamannya merintis usaha makanan cepat saji (fast food)-nya. Michael mengaku tantangan awal Eatlah adalah modal.

Sejak awal, Michael bersama dua pendiri Eatlah lain mengumpulkan modal dari pundi-pundi mereka sendiri untuk memulai usaha. Dari modal yang sangat minim, perjalanan menjual makanan cepat saji ala Eatlah tak berjalan mudah. Michael dan rekannya harus menghadapi kerugian selama 7 bulan pertama.

Kendati demikian, masa-masa awal yang cukup berat itu disikapi dengan sabar sembari mencari celah untuk keluar dari tantangan. Ia meyakini usaha yang diawali dari skala kecil bisa memberi banyak pelajaran, terutama melalui percobaan dari kegagalan atau trial and error.

Salah satu pelajaran yang diperoleh adalah soal efisiensi. Mulai dari sumber daya manusia, lokasi usaha, hingga biaya bahan pendukung, tentu tanpa mengurangi kualitas produk. “Tantangan Eatlah di awal adalah modal, tapi saya percaya kami mulai dari kecil jadi bisa tahu progresnya seperti apa untuk maju. Kami pelajari celah untuk membangun usahanya,” ujar Michael.

Pelajaran lain dalam merintis usaha hingga berkembang seperti saat ini adalah mengenal target market Eatlah melalui riset segmen konsumen di berbagai area.

Dalam hal ini, Eatlah memanfaatkan kecanggihan teknologi, yakni melalui data analytics. Sejak awal konsep bisnis makanan box miliknya menggantungkan diri pada teknologi. Selain untuk analisis data, bisnis yang baru berdiri pada 2017 lalu itu juga mengandalkan layanan pengiriman via online untuk sistem distribusi.

Tak hanya itu, Eatlah juga menggunakan software akuntansi online Mekari Jurnal untuk memudahkan pembuatan laporan keuangan perusahaan. Baca Juga : Cara Memilih Software Keuangan untuk Perusahaan

Pembicara dan peserta Jurnal Entrepreneur

“Salah satu solusi perusahaan berasal dari penggunaan teknologi canggih. Mekari Jurnal juga jadi salah satu solusi untuk membantu bisnis mengembangkan usaha,” ungkap Michael.

Melalui penggunaan Jurnal, Eatlah lebih mudah menentukan strategi bisnis secara tepat dan akurat. Dari lini pemasaran misalnya, Michael dan rekannya berkomitmen menyisihkan 10 persen dari laba perusahaan untuk anggaran marketing.

Dengan anggaran yang tersedia, perusahaan menentukan strategi pemasaran yang paling tepat untuk mendongkrak penjualan. Sekarang terjawab sudah bagaimana strategi menyusun laporan keuangan yang kredibel dari tulisan ini. Semoga informasi ini bisa bermanfat untuk Anda yang memerlukannya.

Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami