Daftar Isi
14 min read

Transaksi Derivatif, Apa Saja Jenis-Jenisnya?

Tayang 27 Apr 2024
Diperbarui 4 Des 2024

Apa itu pengertian derivatif, jenis-jenis, serta manfaat dari transaksi ini? Berikut ulasannya di Blog Mekari Jurnal. Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap risiko dari pergerakan harga pasar atas aset atau produk investasi.

Daripada memperdagangkan atau menukarkan suatu aset secara fisik, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai di masa mendatang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok. Ada beberapa jenis transaksi derivatif seperti kontrak berjangka (futures), kontrak serah (forward), opsi dan swap yang akan dijelaskan lebih lanjut di artikel ini.

Apa Itu Derivatif?

Derivatif adalah sebuah kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh dua pihak atau lebih untuk membeli atau menjual suatu aset atau komoditas tertentu di masa depan. Aset tersebut dapat berupa saham, obligasi, mata uang, komoditas seperti emas atau minyak, hingga indeks saham. Harga kontrak derivatif biasanya bergantung pada nilai aset yang mendasarinya (underlying asset) dan harus disepakati oleh kedua belah pihak yang terlibat.

Dalam konteks investasi, derivatif adalah instrumen keuangan yang diawasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk produk seperti saham, indeks saham, obligasi, dan sebagainya. Sementara itu, untuk produk derivatif berbasis komoditas seperti emas atau gandum, pengawasan dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Derivatif sering digunakan sebagai alat untuk melindungi nilai (hedging), mengelola risiko, atau bahkan untuk tujuan spekulasi. Namun, derivatif juga termasuk instrumen investasi dengan risiko tinggi karena melibatkan spekulasi harga di masa depan. Meski demikian, potensi keuntungan dari derivatif juga sangat besar apabila penggunaannya dilakukan secara strategis.

Mekari Jurnal Jadikan Proses Bisnis Lebih Efisien melalui Tools Terintegrasi.

Apa itu Transaksi Derivatif?

Transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi “acuan pokok” atau juga disebut ” produk turunan” (underlying product).

Hal ini mencakup transaksi penjualan maupun pembelian berbagai jenis aset, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen seperti:

  • Suku bunga
  • Nilai tukar mata uang
  • Komoditas
  • Saham (equity)
  • Obligasi
  • Indeks (indeks saham, indeks harga konsumen, dll)

Kontrak perjanjian tersebut nantinya akan berfungsi sebagai objek perdagangan yang mana harganya harus disetujui oleh kedua belah pihak.

Dasar Hukum Transaksi Derivatif

Keamanan dan kepastian hukum adalah hal yang sangat penting dalam transaksi keuangan, termasuk derivatif. Oleh karena itu, transaksi derivatif di Indonesia telah diatur dalam sejumlah regulasi untuk melindungi para pelaku pasar. Berikut adalah beberapa dasar hukum yang mendasari pelaksanaan transaksi derivatif:

  1. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995: Peraturan ini mengatur tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, termasuk derivatif sebagai salah satu produk yang dapat diperdagangkan.
  2. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal: Undang-undang ini menjadi dasar hukum utama yang mengatur berbagai aktivitas di pasar modal, termasuk perdagangan derivatif yang melibatkan aset-aset keuangan seperti saham dan obligasi.
  3. Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-01/PM/2002: Surat edaran ini mengatur pelaporan kontrak berjangka indeks efek dalam perhitungan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) oleh perusahaan efek.
  4. Peraturan Bapepam No. III.E.1 Tahun 2003: Peraturan ini menetapkan kontrak berjangka dan opsi atas efek atau indeks efek sebagai bagian dari kegiatan pasar modal.
  5. Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2009: Mengatur pajak penghasilan atas transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, di mana pajak ini termasuk kategori Pajak Penghasilan (PPh) final.

Dengan adanya dasar hukum ini, transaksi derivatif di Indonesia dilakukan dalam kerangka yang jelas dan aman. Pelaku pasar dapat merasa lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam instrumen derivatif, karena risiko hukum dapat diminimalkan melalui regulasi yang ada.

Baca juga: 11 Jenis Bukti Transaksi Penting Bagi Pencatatan Keuangan

Apa Saja Manfaat Derivatif?

Derivatif adalah instrumen keuangan yang memiliki peran strategis dalam berbagai situasi keuangan, terutama untuk perusahaan atau individu yang ingin melindungi nilai asetnya atau mendapatkan keuntungan dari perubahan harga di pasar. Manfaat derivatif dapat dirasakan tidak hanya dalam dunia bisnis tetapi juga pada skala makroekonomi.

Contoh Penerapan Manfaat Derivatif

Salah satu contoh nyata penggunaan derivatif adalah langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2017. Pada saat itu, nilai tukar rupiah mengalami tekanan akibat kondisi pasar global. Untuk membantu BUMN dan menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia mendorong penggunaan derivatif seperti swap untuk melindungi nilai tukar rupiah. Langkah ini membantu perusahaan-perusahaan besar di Indonesia untuk meminimalkan dampak fluktuasi nilai tukar terhadap kinerja mereka.

Lalu, berikut adalah beberapa manfaat utama derivatif yang patut diketahui:

1. Melindungi Nilai (Hedging)

Manfaat pertama dan yang paling umum dari derivatif adalah untuk melindungi nilai (hedging) dari aset tertentu terhadap fluktuasi harga di masa depan. Dalam dunia bisnis, perusahaan sering menghadapi risiko perubahan harga bahan baku, suku bunga, atau nilai tukar mata uang yang dapat berdampak negatif pada operasional mereka. Dengan menggunakan instrumen derivatif seperti kontrak berjangka (futures), kontrak opsi (options), atau swap, perusahaan dapat melindungi nilai aset mereka dan mengunci harga tertentu untuk waktu tertentu.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur yang bergantung pada impor bahan baku dari luar negeri dapat menggunakan kontrak derivatif berbasis nilai tukar mata uang untuk melindungi diri dari risiko apresiasi mata uang asing. Dengan cara ini, perusahaan dapat menjaga biaya operasional tetap stabil meskipun terjadi perubahan nilai tukar yang signifikan.

Selain itu, derivatif juga digunakan oleh investor besar seperti institusi keuangan atau bank untuk memitigasi risiko yang timbul akibat volatilitas harga saham atau komoditas. Dalam praktiknya, hedging dengan derivatif membantu menciptakan stabilitas keuangan, baik untuk perusahaan maupun individu.

2. Mengelola Risiko Keuangan

Instrumen derivatif memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko keuangan dengan lebih efektif. Risiko yang dimaksud meliputi risiko suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko harga komoditas. Mengelola risiko keuangan dengan derivatif sering kali menjadi bagian penting dari strategi manajemen risiko perusahaan.

Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki pinjaman dengan suku bunga variabel dapat menggunakan interest rate swap untuk mengonversi pinjaman tersebut menjadi suku bunga tetap. Dengan demikian, perusahaan dapat melindungi diri dari potensi kenaikan suku bunga di masa depan yang dapat meningkatkan beban keuangan mereka.

Dalam konteks nilai tukar, perusahaan multinasional sering kali menggunakan forward contract atau futures untuk mengunci nilai tukar tertentu dalam transaksi lintas batas. Hal ini membantu mereka menjaga margin keuntungan tetap stabil meskipun nilai tukar mata uang domestik mengalami fluktuasi.

Kemampuan derivatif untuk mengelola risiko ini menjadikannya alat yang sangat penting bagi perusahaan besar, institusi keuangan, dan bahkan pemerintah dalam menjaga kestabilan keuangan mereka.

3. Spekulasi

Selain untuk melindungi nilai dan mengelola risiko, derivatif juga digunakan oleh investor atau trader untuk tujuan spekulasi. Dalam konteks ini, derivatif menjadi alat yang memungkinkan investor untuk bertaruh pada perubahan harga aset tertentu tanpa perlu memiliki aset tersebut secara fisik.

Sebagai contoh, seorang trader yang memperkirakan harga emas akan naik dalam beberapa bulan ke depan dapat membeli kontrak berjangka emas. Jika prediksi tersebut terbukti benar, trader dapat menjual kontraknya pada harga yang lebih tinggi dan mendapatkan keuntungan. Namun, jika harga emas justru turun, trader juga berisiko mengalami kerugian.

Spekulasi dengan derivatif dapat memberikan keuntungan yang besar dalam waktu singkat, tetapi juga melibatkan risiko yang tinggi. Oleh karena itu, spekulasi dengan derivatif umumnya dilakukan oleh investor yang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam tentang pasar.

4. Efisiensi Biaya

Manfaat lain dari derivatif adalah efisiensi biaya yang ditawarkannya dibandingkan dengan membeli aset fisik secara langsung. Dalam banyak kasus, menggunakan derivatif memerlukan modal awal yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan investasi langsung pada aset yang mendasarinya.

Sebagai contoh, seorang investor yang ingin berinvestasi dalam saham tertentu dapat membeli kontrak opsi atas saham tersebut dengan harga yang lebih rendah daripada membeli saham secara langsung. Dengan demikian, investor dapat memanfaatkan perubahan harga saham tanpa perlu mengeluarkan modal besar di awal.

Efisiensi biaya ini membuat derivatif menjadi instrumen yang sangat menarik bagi investor dan perusahaan, terutama dalam situasi di mana modal awal menjadi kendala utama. Selain itu, derivatif juga memungkinkan diversifikasi portofolio investasi dengan biaya yang lebih rendah.

Baca juga : Tahapan Pencatatan Transaksi Keuangan Menjadi Buku Besar

Jenis dan Contoh Transaksi Derivatif

​​​​Instrumen derivatif merupakan salah satu alat keuangan yang kompleks, namun sangat bermanfaat untuk berbagai kebutuhan, mulai dari pengelolaan risiko hingga spekulasi. Setiap jenis derivatif memiliki karakteristik unik yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis instrumen derivatif yang sering digunakan beserta penjelasan dan contohnya secara detail:

1. Kontrak Serah (Forward Contract)

Kontrak serah, atau lebih dikenal sebagai forward contract, adalah perjanjian bilateral antara dua pihak untuk membeli atau menjual aset tertentu pada waktu yang telah ditentukan di masa depan dengan harga yang telah disepakati saat ini. Forward contract biasanya tidak diperdagangkan di bursa dan dilakukan di pasar over-the-counter (OTC). Kontrak ini umumnya disesuaikan dengan kebutuhan kedua belah pihak, sehingga memiliki fleksibilitas lebih tinggi dibandingkan derivatif lain seperti futures.

Karakteristik Kontrak Serah

  • Kustomisasi: Forward contract dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak.
  • Tidak Standar: Berbeda dengan futures, forward tidak memiliki standar yang sama di seluruh pasar.
  • Risiko Kredit: Karena dilakukan secara bilateral, forward memiliki risiko kredit, yaitu risiko bahwa salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya.

Contoh Penggunaan Kontrak Serah

Sebuah perusahaan ekspor-impor yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing dapat menggunakan forward contract untuk melindungi nilai tukar. Misalnya, perusahaan A yang berbasis di Indonesia memiliki pembayaran sebesar USD 1 juta dalam tiga bulan ke depan. Untuk melindungi risiko fluktuasi nilai tukar, perusahaan A dapat mengunci nilai tukar saat ini melalui forward contract dengan bank atau lembaga keuangan. Dengan demikian, perusahaan terhindar dari potensi kerugian akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Forward contract juga sering digunakan oleh petani atau produsen untuk melindungi harga jual komoditas mereka. Sebagai contoh, seorang petani gandum dapat menjual hasil panennya di masa depan dengan harga tetap melalui forward contract, terlepas dari fluktuasi harga gandum di pasar.

2. Kontrak Berjangka (Futures Contract)

Kontrak berjangka, atau futures contract, adalah derivatif yang mirip dengan forward contract, namun diperdagangkan di bursa yang terorganisir. Hal ini membuat kontrak berjangka memiliki standar tertentu, baik dalam hal ukuran kontrak, tanggal jatuh tempo, maupun mekanisme penyelesaian. Futures lebih transparan dan memiliki likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan forward.

Karakteristik Kontrak Berjangka

  • Standar: Kontrak berjangka memiliki ukuran dan ketentuan standar yang ditentukan oleh bursa.
  • Diperdagangkan di Bursa: Berbeda dengan forward, futures diperdagangkan secara terbuka di bursa berjangka seperti Chicago Mercantile Exchange (CME) atau Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
  • Mark-to-Market: Posisi futures dihitung ulang setiap hari berdasarkan harga pasar saat itu.
  • Margin Awal: Untuk membuka posisi, pelaku harus memberikan margin awal sebagai jaminan.

Contoh Penggunaan Kontrak Berjangka

Salah satu contoh populer adalah kontrak berjangka minyak mentah. Misalnya, perusahaan maskapai penerbangan dapat menggunakan kontrak berjangka untuk membeli minyak mentah dengan harga tertentu di masa depan. Hal ini membantu maskapai melindungi diri dari kenaikan harga bahan bakar, yang dapat memengaruhi biaya operasional mereka.

Selain itu, kontrak berjangka juga digunakan oleh investor yang ingin berspekulasi terhadap pergerakan harga komoditas, seperti emas, gandum, atau logam lainnya. Investor yang memperkirakan kenaikan harga emas di masa depan dapat membeli kontrak berjangka emas dengan harapan menjualnya pada harga yang lebih tinggi.

Baca Juga: Contoh Surat Perjanjian Kerjasama Berbagai Jenis Usaha

3. Opsi (Option)

Kontrak opsi adalah jenis derivatif yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (call option) atau menjual (put option) aset tertentu pada harga tertentu (strike price) sebelum atau pada tanggal jatuh tempo. Berbeda dengan kontrak berjangka atau serah, pemegang opsi tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan kontraknya jika mereka memilih untuk tidak melakukannya. Namun, untuk mendapatkan hak ini, pemegang opsi harus membayar premi kepada penerbit opsi.

Jenis Kontrak Opsi

  1. Call Option: Memberikan hak kepada pemegang untuk membeli aset pada harga tertentu.
  2. Put Option: Memberikan hak kepada pemegang untuk menjual aset pada harga tertentu.

Karakteristik Kontrak Opsi

  • Premi Opsi: Pemegang opsi harus membayar premi di awal untuk mendapatkan hak tersebut.
  • Tanpa Kewajiban: Pemegang opsi memiliki hak, tetapi bukan kewajiban, untuk melaksanakan kontrak.
  • Leverage: Opsi memberikan peluang keuntungan yang besar dengan modal yang relatif kecil.

Contoh Penggunaan Kontrak Opsi

Sebuah investor memperkirakan harga saham perusahaan XYZ akan naik dalam tiga bulan ke depan. Untuk memanfaatkan potensi kenaikan harga ini, investor dapat membeli call option atas saham XYZ dengan strike price Rp 10.000. Jika harga saham benar-benar naik menjadi Rp 12.000, investor dapat membeli saham tersebut pada harga Rp 10.000 dan menjualnya pada harga pasar, menghasilkan keuntungan.

Sebaliknya, jika harga saham tetap di bawah Rp 10.000, investor tidak diwajibkan untuk membeli saham tersebut. Risiko maksimal yang dihadapi adalah premi yang telah dibayarkan untuk opsi tersebut.

4. Swap

Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk menukar arus kas berdasarkan kesepakatan tertentu. Swap biasanya digunakan untuk mengelola risiko keuangan, seperti fluktuasi suku bunga atau nilai tukar mata uang. Jenis swap yang paling umum adalah interest rate swap dan currency swap.

Karakteristik Swap

  • Perjanjian Jangka Panjang: Swap biasanya memiliki jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan derivatif lainnya.
  • Arus Kas Berulang: Transaksi dilakukan secara berkala sesuai dengan kesepakatan.
  • Disesuaikan dengan Kebutuhan: Swap sering kali disesuaikan dengan kebutuhan spesifik kedua pihak.

Contoh Penggunaan Swap

Sebuah perusahaan A memiliki pinjaman dengan suku bunga tetap, sedangkan perusahaan B memiliki pinjaman dengan suku bunga variabel. Jika perusahaan A memperkirakan suku bunga akan turun dan perusahaan B memperkirakan suku bunga akan naik, kedua perusahaan dapat menyepakati interest rate swap. Dalam hal ini, perusahaan A akan membayar suku bunga variabel kepada perusahaan B, sementara perusahaan B akan membayar suku bunga tetap kepada perusahaan A.

Swap juga digunakan dalam transaksi lintas mata uang. Sebagai contoh, sebuah perusahaan multinasional dapat menggunakan currency swap untuk mengelola risiko nilai tukar mata uang asing saat melakukan investasi di negara lain.

Baca juga: Peran Sistem Pemrosesan Transaksi Bagi Perusahaan

Penerapan Pajak Instrumen Derivatif

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2009 tentang “pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa”, dijelaskan bahwa:

  • Pajak yang dikenakan pada transaksi derivatif tergolong sebagai PPh final.
  • Tarif dari PPh final adalah sebesar 2,5% berdasarkan margin awal.

contoh transaksi derivatif

Implementasi Pajak Instrumen Derivatif

Salah satu aspek penting dalam transaksi derivatif adalah penerapan pajak penghasilan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2009, pendapatan yang diperoleh dari transaksi derivatif dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) final.

Penerapan pajak ini bertujuan untuk memberikan keadilan dalam sistem perpajakan dan memastikan bahwa pendapatan dari derivatif dilaporkan secara transparan. Berikut adalah beberapa poin utama terkait implementasi pajak instrumen derivatif:

  1. Jenis Pajak: PPh final diterapkan pada transaksi derivatif.
  2. Tarif Pajak: Tarif yang dikenakan adalah sebesar 2,5% dari margin awal transaksi.
  3. Transparansi Pajak: Pajak ini memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam transaksi derivatif mematuhi aturan perpajakan yang berlaku.

Sebagai investor, memahami kewajiban pajak adalah langkah penting untuk memastikan bahwa investasi derivatif Anda sesuai dengan regulasi yang ada.

Baca Juga: Jenis-Jenis Risiko Bisnis dan Solusinya

Risiko Transaksi Derivatif

Meskipun derivatif menawarkan berbagai manfaat yang signifikan, instrumen ini juga memiliki risiko yang harus dikelola dengan hati-hati. Risiko yang melekat pada derivatif sering kali berasal dari sifatnya yang kompleks dan volatil. Berikut adalah beberapa risiko utama yang terkait dengan derivatif:

1. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko yang timbul akibat perubahan harga aset yang mendasari (underlying asset). Karena nilai derivatif bergantung pada pergerakan harga aset tersebut, fluktuasi pasar dapat menyebabkan keuntungan atau kerugian yang signifikan.

Sebagai contoh, seorang investor yang membeli kontrak berjangka minyak mentah dengan asumsi harga akan naik dapat menghadapi kerugian besar jika harga minyak justru turun tajam. Risiko pasar ini menjadi salah satu tantangan utama dalam perdagangan derivatif.

2. Risiko Likuiditas

Tidak semua instrumen derivatif mudah diperjualbelikan. Risiko likuiditas terjadi ketika seorang investor atau perusahaan kesulitan menemukan pembeli atau penjual untuk instrumen derivatif tertentu. Dalam situasi seperti ini, pihak yang memegang derivatif mungkin tidak dapat menjual kontraknya pada waktu atau harga yang diinginkan.

Masalah likuiditas sering kali terjadi pada derivatif yang diperdagangkan di pasar over-the-counter (OTC), di mana perdagangan dilakukan secara langsung antara dua pihak tanpa melalui bursa.

3. Risiko Kompleksitas

Derivatif adalah instrumen yang kompleks, sering kali melibatkan perhitungan matematis yang rumit dan pemahaman mendalam tentang pasar keuangan. Risiko kompleksitas ini membuat derivatif tidak cocok untuk semua investor, terutama mereka yang kurang berpengalaman atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara kerja derivatif.

Kesalahan dalam memahami kontrak derivatif dapat menyebabkan keputusan investasi yang buruk dan kerugian finansial yang signifikan.

4. Risiko Leverage

Derivatif sering kali menggunakan leverage, yang berarti investor hanya perlu menyediakan sebagian kecil dari nilai aset yang mendasari sebagai modal awal. Risiko leverage muncul karena potensi keuntungan dan kerugian dari derivatif menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan investasi langsung.

Sebagai contoh, seorang investor yang menggunakan leverage 10 kali lipat dapat memperoleh keuntungan besar jika harga bergerak sesuai prediksi. Namun, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, kerugian yang dialami juga akan berlipat ganda.

Kelola Laporan Keuangan Dengan Baik

Mekari Jurnal hadir sebagai software akuntansi online yang telah dipercayai oleh lebih dari 20,000+ perusahaan.  Dengan menggunakan Mekari Jurnal, Anda tidak perlu memusingkan hal-hal yang berhubungan dengan pencatatan akuntansi hingga perpajakan bisnis.

Layanan mobile  dapat menampilkan ringkasan bisnis Anda dalam aplikasi handphone. Kapanpun dan di mana pun Anda dapat memantau perkembangan bisnis dan melihat laporan keuangan secara cepat. Dapatkan kesempatan coba gratis selama 14 hari dari Mekari Jurnal dengan menekan tombol di bawah ini.

Saya Mau Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Jurnal Sekarang!

Di atas adalah penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan transaksi derivatif, lengkap dengan jenis-jenis dan contoh, semoga bermanfaat!

 

Kategori : Business Management

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami