Memahami Value Chain: Kunci Peningkatan Nilai Bisnis dan Industri Mengetahui dan menganalisis nilai dan kualitas dari barang yang diproduksi oleh perusahaan merupakan aktivitas wajib yang perlu dilakukan, ada banyak model analisisnya, namun salah satu yang paling sering dipakai adalah model value chain. Pada praktisi yang sudah biasa bekerja pada perusahaan manufaktur, mungkin sudah biasa menggunakan model ini sehingga cukup memahami metode pelaksanaan, fungsi, dan tujuannya. Bagi perusahaan-perusahaan dunia sekalipun, rantai nilai atau value chain juga sudah menjadi pendekatan baru untuk diterapkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pertumbuhan jangka panjang. “Lebih dari 60% responden mendorong value chain untuk bekerja lebih baik dan lebih kuat untuk pelanggan sebagai elemen kunci mengubah bentuk SCM menjadi lebih efektif.” – Kearney Global Value Chain Disruption Senior Executive Survey and Interviews 2023 Apa Itu Pengertian Value Chain? Pada awalnya, istilah value chain berkata kali dikemukakan oleh seorang Profesor dari Harvard Business School yaitu Michael Porter pada tahun 1985 dalam bukunya yang berjudul “Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance“. Porter berpendapat bahwa value chain mencakup aktivitas perusahaan mulai dari merencanakan, memproduksi, mengirimkan, hingga pemasaran. Pada intinya, seluruh aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan nilai dan kualitas produk di mata pelanggan. Penjelasan ini juga kurang lebih sama dengan definisi value chain yang dikutip oleh Investopedia, di mana value chain adalah serangkaian proses yang berkelanjutan dalam menciptakan barang, mulai dari proses desain hingga barang yang sampai di titik pengiriman pemesan. Bagaimana Cara Kerja dan Manfaat Value Chain dalam Konteks Bisnis dan Industri? Rantai nilai mengacu kepada sebuah rangkaian proses yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk. Pada konteks bisnis dan industri, value chain akan memandu dan mengintegrasikan semua aktivitas operasional agar dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan guna meningkatkan nilai dan kualitas dari produk atau layanan di mata pelanggan. Jika dipahami secara lebih dalam, value chain berfungsi melakukan analisis dengan mengevaluasi seluruh prosedur dalam bisnis, dan mengidentifikasi peluang-peluang yang muncul pada aktivitas kunci untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan keunggulan kompetitif. Melalui hal ini, perusahaan memiliki daya efisiensi yang lebih tinggi dan pengeluaran biaya yang lebih sedikit, sehingga mencapai margin profitabilitas yang lebih besar. Selain itu, produk dan layanan yang ditawarkan perusahaan juga akan semakin bermakna di mata pelanggan, menciptakan keunggulan kompetitif dan membangun volume penjualan yang lebih tinggi. Model dan Pembagian Sudut Pandang Value Chain Hingga saat ini pembagian sudut pandang value chain masih terbagi menjadi dua model, di mana model ini juga dikemukakan sejak awal oleh Michael Porter. Model ini dikenal dengan Value Chain Analysis atau VCA dan terbagi menjadi lima aktivitas primer dan aktivitas pendukung. 1. Primary Activities (Aktivitas Primer) Aktivitas primer mencakup seluruh aktivitas atau kegiatan yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kualitas dan nilai dari produk atau layanan untuk pelanggan. Hal ini akan menunjukkan keistimewaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif di pasar, sehingga kegiatan yang termasuk ke dalam kategori ini sifatnya utama dan penting dalam menjalankan bisnis. Untuk diagram analisis VC, berikut adalah gambarannya. Sumber: Binus University 1. Inbound logistics: Aktivitas yang akan melibatkan proses manajemen penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman bahan baku untuk kebutuhan produksi. 2. Operations: Seluruh rangkaian kegiatan yang mengacu kepada proses produksi yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. 3. Outbound logistics: Mengacu kepada pengelolaan dan pengendalian ruang penyimpanan dan pendistribusian barang jadi siap jual kepada pelanggan. 4. Marketing and sales: Seluruh aktivitas yang melibatkan perencanaan dan pengembangan strategi untuk mempromosikan atau meningkatkan volume penjualan produk atau layanan. 5. Service: Layanan pendukung yang berhubungan secara langsung dengan calon konsumen dan pembeli, seperti telesales, customer service, dan layanan konsultasi produk. 2. Secondary Activities (Aktivitas Pendukung) Lalu, dalam secondary activities atau aktivitas yang mendukung seluruh kegiatan utama untuk meningkatkan nilai produk atau layanan secara tidak langsung. 1. Infrastructure: Mencakup kepada aset fisik maupun non-fisik yang mendukung operasional kerja sehari-hari, mulai dari sistem informasi, keuangan, organisasi, hingga keamanan dan fasilitas kantor. 2. Tech development: Adanya keterlibatan pengembangan dan inovasi teknologi baru untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan. 3. HR management: Kegiatan yang bertujuan untuk mengelola sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, mulai dari perekrutan, pelatihan, kepuasan kerja, dan retensi karyawan. 4. Procurement: Mengacu kepada aktivitas yang berkaitan dengan pengadaan sumber daya, termasuk bahan baku, peralatan kantor, mesin produksi, atau tenaga kerja. Simak Lebih Lanjut: Mengenal e-Procurement pada Bisnis secara Singkat Contoh Analisa Value Chain Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis value chain yang efektif, berikut adalah contohnya yang dapat Anda lihat melalui perusahaan besar yang sukses mengimplementasikannya. Salah satunya adalah perusahaan franchise kopi yang terkenal saat ini yaitu Starbucks. Untuk dapat menganalisisnya, kita akan menggunakan Value Chain Analysis yang dikembangkan oleh Michael Porter. 1. Inbound Logistics Pada kegiatan ini mengacu kepada pembelian Starbucks terhadap bahan bakunya yaitu kopi dengan hanya memilih biji kopi kualitas terbaik yang berasal dari Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Starbucks hanya membeli biji yang baru dipanen dari kebun kemudian nilai penambahan yang diberikan oleh Starbucks adalah proses pemanggangan dan pengemasan yang dilakukannya secara khusus. Dalam hal ini, perusahaan juga tidak menyewa vendor dari pihak eksternal demi memastikan bahwa standar kualitas tetap tinggi dan bertahan dari sejak pemilihan hingga pendistribusian bahan baku ke ruang penyimpanan. 2. Operations Starbucks sampai saat ini telah memiliki lebih dari 36.000 toko di seluruh dunia, termasuk perusahaan direct company maupun license. Menurut laporan keuangan yang dikeluarkan oleh Starbucks, total pendapatan dihasilkan lebih besar oleh toko yang dioperasikan langsung dengan persentase 51%, sedangkan sisanya berasal dari toko license. Ini menunjukkan bahwa Starbucks menjalankan operasional bisnis yang lebih efektif dan efisien dalam operasional bisnisnya sehari-hari. 3. Outbound Logistics Pada proses penyampaian barang yang dijual kepada pelanggan, kebanyakan dilakukan secara langsung tanpa ada perantara di antara penjual dan pembeli. Ini menunjukkan bahwa Starbucks ingin melakukan pengendalian dan pengawasan secara penuh terhadap pendistribusian barang demi menjaga nilai yang baik. 4. Marketing and Sales Starbucks menitikberatkan kepada nilai dari produknya yang unggul dan berkualitas dalam strategi pemasarannya. Selain itu, dalam strategi penjualan, Starbucks berfokus dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dengan layanan yang baik. 5. Service Salah satu nilai keunggulan yang Starbucks miliki adalah pelayanan yang berkualitas dan memuaskan. Ini menjadi faktor utama mengapa pelanggan kembali berbelanja karena berhasil mendapatkan pengalaman belanja yang unik. 6. Infrastructure Infrastruktur organisasi yang diterapkan oleh Starbucks bisa terbilang cukup terstruktur. Secara fungsi, mereka memiliki departemen dengan fokus yang sudah terpusat, seperti bidang keuangan, hukum, maupun operasional. Lalu, Stabucks juga memperkerjakan manajer bisnis yang tentu memiliki fokus utama untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis. Masing-masing toko memiliki manajer toko untuk memantau dan mengendalikan performa karyawannya. 7. HR Management Divisi pengelolaan sumber daya manusia milik Starbucks menerapkan tunjangan dan insentif yang memuaskan sehingga dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dan mencapai target yang sudah direncanakan. Strategi ini tentu menghasilkan tingkat turnover karyawan yang rendah. Adapun, Starbucks juga menerapkan program pelatihan demi meningkatkan kualitas kinerja yang efisien. 8. Technology Development Starbucks menerapkan teknologi yang canggih dalam memproses biji kopinya sehingga memastikan rasa dan konsistensi rasa. Di sisi pelanggan, toko-toko yang Starbucks miliki menanamkan fasilitas Wi-Fi yang gratis dan cepat, menjadikannya menjadi pilihan pertama bagi pekerja untuk menjadi kantor kedua atau sekedar mengadakan pertemuan. 9. Procurement Untuk pengadaan sumber daya dalam bidang supply chain management, Starbucks berhasil menanganinya dengan baik berkat pengelolaan dan pengendaliannya secara penuh mulai dari pengadaan biji kopi yang unggul dan proses yang berkualitas tinggi. Ini tentunya menjadi keunikan tersendiri dan salah satu keunggulan kompetitif di antara toko franchise berbahan baku kopi lainnya. Contoh Template Analisis Value Chain Untuk memudahkan Anda dalam menganalisis value chain pada perusahaan Anda, berikut merupakan template yang bisa Anda gunakan sebagai referensi dengan mudah. Download gratis dengan klik di sini sekarang! Kesimpulan Itulah penjelasan selengkapnya mengenai konsep model value chain dalam sebuah bisnis, di mana memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas produk atau layanan yang perusahaan miliki di mata pelanggan. Bisa dikatakan, bahwa semua rangkaian proses operasional yang dijalankan sehari-hari dapat berkaitan dengan rangkaian peningkatkan nilai ini. Semoga artikel ini dapat membantu Anda memahami konsep value chain dan mempermudah Anda dalam menganalisanya ya dalam bisnis Anda! Oh, ya. Jika Anda ingin memudahkan pengelolaan keuangan bisnis perusahaan secara lebih sederhana namun cepat dan akurat, jangan lupa untuk menggunakan software akuntansi dari sekarang! Rasakan berbagai fitur unggulan yang dapat membantu menyederhanakan proses pengelolaan keuangan perusahaan, mulai dari menyusun anggaran, mencatat transaksi, hingga membuat laporan keuangan. Mekari Jurnal juga telah terintegrasi dengan berbagai fitur operasional bisnis lainnya, seperti perpajakan dan supply chain management. Cukup lengkap, bukan? Tunggu apalagi, segera gunakan sekarang dan rasakan manfaatnya dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis Anda! Konsultasi dengan Mekari Jurnal Sekarang! Referensi: Weforum, “5 trends set to shape the next generation of global value chains”. Investopedia, “Analyzing Starbucks’ Value Chain”. Binus, “Value Chain Analysis”.