Daftar Isi
11 min read

Struktur Modal Perusahaan : Pengertian, Faktor dan Teori

Tayang 27 Apr 2022
Diperbarui 17 Okt 2023

Berikut ini adalah pengertian, faktor yang memeranguhi, teori, serta cara menghitung struktur modal perusahaan yang wajib dipahami oleh para pemilik usaha.

Dalam memenuhi kebutuhan dana, setiap perusahaan bisa menggunakan sumber modal sendiri yang berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan.

Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan atau mengalami defisit, maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar seperti utang atau debt-financing.

Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif pendanaan yang efisien.

Pasalnya, pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.

Dalam sebuah teori, diasumsikan bahwa perubahaan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru.

Apa Itu Struktur Modal Perusahaan?

Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal milik sendiri dengan modal asing.

Dalam hal ini modal asing adalah hutang jangka pendek ataupun hutang jangka panjang, sementara modal modal sendiri dibagi menjadi laba ditahan dan kepemilikan perusahaan.

Struktur modal sangat penting untuk dipahami, karena kondisi baik atau buruknya keuangan perusahaan ditentukan oleh indikator ini.

Jika hutang jangka panjang perusahaan lebih banyak dibanding laba ditahan, maka perusahaan bisa mengalami kerugian yang serius.

Ada beberapa pengertian struktur modal menurut para ahli, yaitu:

  • J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996)

Weston dan Copeland mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.

  • Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000)

Menurut Fabozzi dan Peterson, definisi dari struktur modal adalah kombinasi dari hutang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai proyek perusahaan.

Struktur modal suatu perusahaan adalah campuran hutang, ekuitas yang dihasilkan secara internal, dan ekuitas baru.

  • J Keown dkk (2000)

Menurut Keown dkk, struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.

  • Farah Margaretha (2004)

Menurut Margaretha, struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.

Sederhananya, struktur modal adalah bagian yang terpenting dari perusahaan.

Baik buruknya sruktur modal akan sangat berpengaruh kepada kondisi keuangan perusahaan.

Dengan adanya manajemen struktur modal, perusahaan dapat mengalokasikan dana-dana yang dimiliki untuk kegiatan yang sesuai dan berguna untuk kelangsungan perusahaan.

Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal Perusahaan

Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal Perusahaan

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal sebuah perusahaan.

  • Struktur Aktiva (Tangibility)

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar.

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap.

Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang.

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

  • Growth Opportunity

Perusahaan cenderung melakukan investasi untuk mengembangkan perusahaan.

Kesempatan mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik ini biasanya tidak semuanya menguntungkan di mana hal tersebut juga mempengaruhi struktur modal perusahaan.

  • Ukuran Perusahaan (Form Size)

Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil.

Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil.

Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

Tahukah Anda kalau aplikasi akuntansi online Mekari Jurnal bisa memudahkan Anda mengelola keuangan perusahaan secara lebih praktis dan akurat. Buktikan dengan coba gratis aplikasi Jurnal sekarang!

  • Profitabilitas

Profitabilitas atau kemampuan meperoleh laba adalah suatu ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan  berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham & Houston, 2001).

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

  • Risiko Bisnis

Risiko bisnis bisa menjadi salah satu alasan kenapa perusahaan mengalami kesulitan untuk pendanaan eksternalnya. Hal ini berpengaruh kepada leverage perusahaan.

Setiap faktor mempengaruhi kondisi struktur modal perusahaan juga akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

Misalnya saja posisi perpajakan. Perusahaan yang kondisi keuangannya sehat, tentunya rutin membayar pajak dan tidak mengalami masalah perpajakan.

Sebaliknya, perusahaan yang tidak taat pajak atau memiliki kondisi keuangan tidak sehat, proses pajaknya bisa saja terhambat.

Teori Struktur Modal Perusahaan

Teori Struktur Modal Perusahaan

Teori Pendekatan Tradisional

Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (utang dibagi modal sendiri).

Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal – yaitu yang memberikan biaya modal keseluruhan terendah dan memberikan harga saham tertinggi.

Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi perusahaan.

Teori Pendekatan Modligiani dan Miller

Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi perusahaan, di mana ada dua jenis yaitu:

Teori MM Tanpa Pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:

  • Tidak terdapat agency cost
  • Tidak ada pajak
  • Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
  • Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
  • Tidak ada biaya kebangkrutan
  • Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang
  • Para investor adalah price-takers
  • Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value)

Teori MM dengan Pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktur pajak ke dalam teorinya.

Pajak dibayarkan kepada pemerintah yang berarti merupakan aliran kas keluar.

Utang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

Teori Trade Off pada Struktur Modal

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, di mana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81).

Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau re-organization dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang.

Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress).

Teori ini mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal.

Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak.

Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.

Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah.

Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio utang.

Teori Pecking Order

Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.

Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam penggunaan dana.

Skenario urutan dalam teori pecking order adalah sebagai berikut:

  1. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
  2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
  3. Karena kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
  4. Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hirarki) yang disebutkan dalam pecking order theory.

Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya”.

Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.

Teori Asimetri dan Signaling

Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan.

Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya. Teori ini terdiri dari:

Myers dan Majluf

Menurut teori ini ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar.

Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan pihak luar.

Signaling

Mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan utang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar.

Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, maka manajer akan  mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor.

Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih kredibel.

Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor juga diharapkan akan menangkap sinyal tersebut dengan pemahaman bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

Teori Keagenan (Agency Approach)

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.

Konflik antara pemegang saham dengan manajer adalah konsep free cash flow.

Ada kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut.

Utang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan utang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

Pendekatan Laba Operasi Bersih

Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh David Durand pada tahun 1952.

Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan utang perusahaan.

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata berimbang dan bersifat konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Berikut ini penjelasannya:

  • Diasumsikan bahwa biaya utang konstan
  • Penggunaan utang yang semakin besar oleh pemilih modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan.

Artinya apabila perusahaan menggunakan utang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil.

Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai risiko perusahaan.

Akibatnya biaya modal rata-rata terimbang akan berubah.

Cara Menghitung Struktur Modal Lengkap dengan Contoh

Di bawah ini akan kita jelaskan beberapa contoh penghitungan struktur modal:

PT ABC memiliki utang sebesar Rp30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi bersih Rp10.000.000.

Jika tingkat kapitalisasi modal sendiri (tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%, maka cara menghitung penilaian perusahaannya adalah sebagai berikut:

(O) Laba bersih operasi= 10.000.000

(F) Bunga (5% x Rp30.000.000)= 1.500.000

(E) Laba tersedia untuk pemegang saham= 8.500.000

Tingkat kapitalisasi MS= 11%

(S) Nilai pasar saham (8.500.000 : 11%)= 77.727.700

(B) Nilai pasar obligasi= 30.000.000

(V) Nilai keseluruhan perusahaan= 107.727.700

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan adalah

Ko = O : V = 10.000.000 x 10% : 107.727.000 = 92,8%

maka harga per lb saham = Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham adalah

Rp77.727.000:850 = Rp91.444/ lembar

Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham.

Nilai obligasi pada soal (a) Rp30.000.000, sedangkan harga saham Rp91.444/lb, maka diperlukan Rp30.000.000 : Rp91.444 = 328 lb.

Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%.

Maka besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut:

(O) Laba bersih operasi= 10.000.000

(F) Bunga= 0

(E) Laba tersedia untuk pemegang saham= 10.000.000

Tingkat kapitalisasi MS= 10%

(S) Nilai pasar saham (10.000.000: 10%)= 100.000.000

(B) Nilai pasar obligasi= 0

(V) Nilai keseluruhan perusahaan= 100.000.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan adalah Rp 100.000.000

Ko = O : V = 10.000.000 x 100.000.000 x 10% = 10%

Sehingga harga saham menjadi Rp100.000.000: (850+330) =Rp 84.750.

Dengan demikian harga saham turun karena perubahan struktur modal.

Misalkan, sekarang perusahaan menambah modal  asingnya dengan Rp30.000.000 lagi, sehingga menjadi  Rp 60.000.000,- dan saham akan berkurang sebesar 328 lembar (Rp30.000.000  Rp90.910), sehingga saham tinggal 522 lb (850lb-328lb) dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar meningkat 6%.

Sehingga besarnya tingkat kapitalisi  keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:

(O) Laba bersih operasi= 10.000.000

(F) Bunga(6%x 60.000.000)= 3.600.000

(E) Laba tersedia untuk pemegang saham= 64.000.000

Tingkat kapitalisasi MS= 14 %

(S) Nilai pasar saham (65.000.000 : 14%)= 45.714.000

(V) Nilai Keseluruhan= 105.714.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan adalah Rp 105.714.000

Ko = O : V = 10.000.000 : 105.714.000  x 100% = 9,46%

Harga per lb saham  adalah Rp45.714.000: 520 = Rp87.910

Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional di atas bisa diketahui bahwa struktur modal yang optimal ada pada contoh (a) yaitu Rp 107.277.000.

Di mana dari asumsi tersebut, modal yang dibutuhkan memiliki nilai terendah 9,28%, namun dapat memberikan harga saham  tertinggi yaitu Rp 91.444 dibandingkan soal (b) dan (c).

Kesimpulan

Dalam sebuah perusahaan, manajemen struktur modal sangat diperlukan agar kondisi keuangan perusahaan tetap dalam kondisi yang baik dan aman.

Serta agar tidak terjadi kerugian yang bisa membuat perusahaan mengalami masalah.

Manajemen struktur modal yang baik menandakan bahwa perusahaan berada dalam manajemen keuangan yang baik juga.

Dengan banyaknya kemungkinan struktur modal optimal yang sesuai keperluan perusahaan, maka kehadiran sebuah software akuntansi online seperti Jurnal merupakan sebuah kebutuhan sekaligus investasi bisnis yang dapat memudahkan dan membantu perusahaan mendapat hasil  struktur modal yang cepat dan akurat.

Jurnal juga merupakan software inventory Indonesia yang dapat diandalkan. Dapatkan semua informasi aplikasi perkantoran Jurnal yang Anda butuhkan tentang Jurnal, di sini.

Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang!

Demikian penjelasan tentang pengertian, faktor, teori, serta cara menghitung struktur modal sebuah perusahaan.

Semoga informasi di atas bermanfaat bagi Anda!

 

Kategori : Other
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami