OPINI: Memilih Produk, Trend vs Everlasting Dibalik antrian yang panjang, packaging yang lucu, atau ramainya berbagai review influencer, hal yang lebih nyata dari sebuah produk adalah apa yang akan dirasakan oleh lidah kita. Sebenarnya, tulang punggung dari bisnis Food and Beverage (F&B) adalah produk itu sendiri. Produk yang enak pada akhirnya akan bertahan. Namun, bagaimana kita memilih produk apa yang akan dijual? Bagaimana proses riset produk? Bagaimana cara menentukan Cost of Goods Sold (COGS)? Hal ini akan kita bahas dalam beberapa seri. Memilih Produk: Trend vs Everlasting Secara umum, produk bisa dibagi menjadi dua yakni, produk trend dan produk everlasting. Tidak ada yang salah jika memilih satu di antara dua hal tersebut. Namun, sebagai pebisnis F&B, ada baiknya kita membuat pilihan yang tepat dan sesuai kebutuhan kita sejak awal. Produk Trend Masih ingat dengan kemunculan berbagai merek frozen yogurt di Indonesia sekitar sepuluh tahun lalu? Dimulai hanya dengan satu brand yang hadir dalam mall di Jakarta, mendadak muncul puluhan brand serupa. Terulang lagi fenomena serupa dengan produk thai tea, cheese tea, dan sekarang kopi susu kekinian. Namun dari banyak sekali brand yang muncul, biasanya hanya tersisa satu atau dua brand yang berhasil selamat dari seleksi alam. Brand tersebut biasanya adalah yang brand pelopor yang pertama kali launching, maupun brand yang belakangan muncul namun melakukan inovasi yang tidak ada pada brand pelopor. Pelajarannya, jadilah brand pelopor. Namun ini sangat sulit dilakukan karena kita tidak bisa memprediksi tren masa depan. Sebenarnya ada caranya, yakni dengan riset ke luar negeri, mencari produk yang tren di sana, lalu kita bawa brand-nya ke Indonesia atau membuat produk serupa dengan brand sendiri. Jika tidak bisa menjadi pelopor, maka tidak masalah menjadi brand kedua atau ketiga yang rilis, dengan tetap sedikit berinovasi sesuatu hal yang tidak dimiliki oleh brand pelopor. Produk Everlasting Sebut saja produk yang bisa kita nikmati sehari-hari, seperti ayam goreng, nasi uduk, kopi, cookies, dan sebagainya. Produk seperti ini sebenarnya lebih minim resiko dan mudah ditawarkan. Sebagai contoh, sejak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlaku, banyak sekali teman-teman di sekitar yang mulai berjualan cookies dan berbagai kue kering. Karena produknya ‘tidak aneh’, kita lebih tergerak untuk mencoba produk tersebut. Jika hasilnya enak, maka kita akan membelinya kembali. Itulah keunggulan produk everlasting dibanding produk trend. Sekali lagi, tidak ada yang salah dalam memilih produk tipe apa yang akan kita jual, selama kita yakin produk kita berkualitas. Baca Juga Opini: Menambah Cabang Anda Tanpa Modal Usaha Kesimpulan Produk Trend + Cepat hype, minim kompetitor di awal – Cepat hilang, produk belum tentu disukai Produk Everlasting + Memang kita biasa konsumsi, mudah ditawarkan – Kompetitor sudah banyak sejak awal Tentang Penulis: Daniel Hermansyah merupakan CEO Kopi Chuseyo, cafe K-Pop yang memiliki puluhan cabang di berbagai kota di Indonesia. Penulis juga aktif sebagai influencer di instagramnya @danielhermansyahh. Berawal dari penikmat musik Kpop, penulis membuka gerai Kopi Chuseyo pertama pada tahun 2019 di Gading Serpong, Tangerang. Pria lulusan Universitas Multimedia Nusantara ini juga mengantongi gelar Certified Professional Marketer dan sebelumnya menjabat sebagai Managing Director di Dreambox Branding Consultant. Penulis juga sering memberikan seminar di berbagai universitas, webinar, dan stasiun radio.