8 min read

Panduan Lengkap tentang Process Costing: Definisi, Jenis, Tahapan, dan Contoh Penerapan

Tayang
Di tulis oleh: Author Avatar Yulia Andini

Process costing adalah metode akuntansi biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi per unit produk yang dibuat secara massal dan seragam.

Perhitungan process costing berfungsi untuk membantu perusahaan dalam beberapa hal, seperti menentukan biaya produksi per unit, mengendalikan efisiensi, dan menetapkan harga jual yang tepat.

Namun, dikutip dari CNBC, saat ini industri manufaktur menghadapi tantangan, terutama dengan melemahnya nilai rupiah. Kondisi ini membuat pengontrolan biaya produksi menjadi sangat penting untuk menjaga operasional tetap maksimal.

Untuk memahami pengontrolan biaya melalui process costing secara lebih jelas, simak informasi mengenai pengertian, jenis, dan contoh penerapan process costing di dalam akuntansi biaya melalui Mekari Jurnal berikut ini!

Apa Itu Process Costing?

Apa itu process costing?

Process costing atau yang biasa disebut biaya proses adalah metode akuntansi biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi per unit dalam suatu proses produksi yang berjalan secara terus-menerus dan menghasilkan produk yang seragam atau identik dalam jumlah besar.

Dalam metode ini, biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, dan overhead) dikumpulkan per departemen atau tahap produksi selama periode waktu tertentu, lalu dibagi dengan jumlah total unit yang dihasilkan.

Umumnya, metode digunakan untuk industri dengan proses produksi berkelanjutan dan menghasilkan produk yang tidak dapat dibedakan satu sama lain.

Perbedaan antara Process Costing dan Job Order Costing

Meskipun keduanya adalah metode untuk menghitung biaya produksi, process costing dan job order costing memiliki perbedaan mendasar yang signifikan. Perbedaan utama terletak pada jenis produksi, cara pengumpulan biaya, dan fokus perhitungan.

Berikut adalah perbedaan antara process costing dan job order costing:

  1. Jenis Produksi: Process costing cocok untuk produksi massal dan berkelanjutan di mana produknya seragam. Sebaliknya, job order costing digunakan untuk produksi berdasarkan pesanan di mana setiap produk disesuaikan dengan permintaan pelanggan.
  2. Sifat Produk: Dalam process costing, semua produk yang dihasilkan adalah homogen atau identik. Sementara itu, produk dalam job order costing, produk bersifat variatif karena dibuat khusus untuk setiap pesanan pelanggan.
  3. Pengumpulan Biaya: Process costing berfokus pada biaya per departemen atau proses produksi selama periode waktu tertentu. Dan, semua biaya, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead, diakumulasikan di setiap departemen. Di sisi lain, job order costing mengumpulkan semua biaya per pesanan atau “job” secara terpisah.
  4. Perhitungan Biaya Per Unit: Untuk process costing, biaya per unit dihitung dengan membagi total biaya yang dikeluarkan oleh suatu departemen dengan total unit yang diproduksi di departemen tersebut. Dalam job order costing, biaya per unit dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang spesifik untuk satu pesanan, kemudian membaginya dengan jumlah unit dalam pesanan itu.

Perbedaan process costing dan job order costing

Jenis-Jenis Process Costing

Dalam sistem akuntansi biaya, ada tiga jenis utama metode process costing yang digunakan perusahaan untuk menghitung biaya produksi per unit. Pemilihan metode ini sangat bergantung pada kebijakan manajemen dan kebutuhan informasi biaya yang lebih spesifik.

Berikut adalah jenis-jenis process costing yang digunakan dalam menghitung biaya produksi:

1. Metode Rata-Rata Tetimban (Weighted Average Method)

Metode rata-rata tertimbang adalah jenis process costing yang paling sederhana.

Perhitungannya menggabungkan biaya persediaan awal dengan biaya produksi periode berjalan.

Total biaya ini kemudian dibagi dengan total unit ekuivalen (unit selesai dan unit yang masih dalam proses) untuk mendapatkan biaya rata-rata per unit.

  • Keuntungan: Mudah diterapkan dan dihitung, cocok untuk perusahaan yang tidak mengalami fluktuasi biaya yang signifikan dari satu periode ke periode lain.
  • Kelemahan: Kurang akurat dalam melacak biaya dari periode yang berbeda, karena semua biaya dianggap “diratakan”.

2. Metode FIFO (First-In, First-Out)

Metode yang kedua adalah first-in first-out atau perhitungan biaya yang mengasumsikan unit yang diproduksi lebih awal (persediaan awal) akan diselesaikan lebih dulu sebelum memproses unit baru.

Dalam akuntansi biaya, ini berarti biaya persediaan awal periode tidak dicampur dengan biaya unit yang baru diproduksi di periode berjalan dan memisahkan biaya persediaan awal dari biaya yang dikeluarkan pada periode berjalan.

  • Keuntungan: Memberikan gambaran yang lebih akurat tentang biaya per unit yang dihasilkan dari periode berjalan, sangat berguna jika biaya bahan baku atau tenaga kerja sering berubah.
  • Kelemahan: Perhitungannya lebih kompleks dan membutuhkan lebih banyak pencatatan, karena harus memisahkan biaya dari persediaan awal dan biaya periode berjalan.

3. Metode Biaya Standar (Standard Costing)

Metode ini tidak menggunakan biaya aktual, melainkan menggunakan biaya yang telah ditetapkan sebelumnya (standar) untuk setiap unit produk.

Biaya standar ini biasanya didasarkan pada data historis atau perkiraan efisiensi produksi. Setelah produk selesai, biaya standar ini dibandingkan dengan biaya aktual yang terjadi. Perbedaan (selisih) antara keduanya dicatat dalam akun varian (variance account).

  • Keuntungan: Memungkinkan manajemen untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang ditetapkan, sehingga lebih mudah mengidentifikasi inefisiensi dan mengambil tindakan perbaikan.
  • Kelemahan: Biaya standar mungkin tidak selalu mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya jika tidak diperbarui secara berkala.

Baca juga: Strategi Efisiensi Biaya Produksi Industri Manufaktur: Meningkatkan Profitabilitas Bisnis Anda

Tahapan dalam Process Costing

Tahapan dalam process costing

Dalam akuntansi biaya untuk perhitungan process costing biasanya terdapat beberapa tahapan untuk memastikan semua biaya produksi dialokasikan dengan benar. Tahapan ini biasanya dilakukan setiap departemen produksi dan diulang setiap periode akuntansi.

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam process costing:

1. Mengumpulkan Data Produksi dan Biaya

Tahap pertama dalam process costing adalah mengumpulkan data produksi dan biaya.

Pada tahap ini yaitu mencatat unit yang mulai diproses, unit yang selesai, serta unit yang masih tersisa sebagai persediaan akhir (Work in Process/WIP) di setiap departemen.

Selain itu, tahap ini juga mengumpulkan seluruh biaya produksi yang terjadi selama periode berjalan, meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik sehingga semua informasi untuk menghitung biaya per unit dapat tersedia secara lengkap dan akurat.

2. Menghitung Ekuivalen Unit

Setelah itu, karena tidak semua unit di departemen selesai semua, perusahaan harus menghitung unit ekuivalen. Unit ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang setara dengan produk yang masih dalam proses. Perhitungan ini penting untuk membedakan tingkat penyelesaian biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.

  • Contoh: Jika ada 1.000 unit yang masih 50% selesai, maka unit ekuivalennya adalah 500 unit (1.000 x 50%).

3. Akumulasi Biaya

Tahap selanjutnya dalam process costing adalah menghitung semua biaya.

Pada tahap ini, semua biaya produksi yang terjadi dalam periode tersebut diakumulasikan.

Biaya ini dibagi menjadi tiga elemen yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, serta biaya overhead pabrik.

Biaya-biaya ini akan digabungkan dengan biaya dari persediaan awal, jika ada tergantung metode yang digunakan.

4. Perhitungan Biaya per Unit Ekuivalen

Setelah mengakumulasi semua biaya, process costing akan menjumlahkan biaya per unit ekuivalen. Di tahap ini, biaya rata-rata per unit ekuivalen dihitung untuk setiap elemen biaya. Rumusnya adalah:

  • Biaya per Unit Ekuivalen = Total biaya (Persediaan awal + periode berjalan)/Total unit ekuivalen

Perhitungan ini akan menghasilkan angka biaya per unit yang digunakan untuk mengalokasikan biaya ke produk yang sudah selesai dan yang masih dalam proses.

5. Alokasi Biaya

Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya yang telah dihitung. Biaya ini dialokasikan ke dua kategori, biaya produk selesai yang akan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi dan biaya persediaan barang dalam proses akhir yang akan dibawa ke periode berikutnya.

Dengan menyelesaikan kelima tahapan ini, perusahaan dapat menghasilkan laporan biaya produksi yang akurat, yang menjadi dasar untuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan.

Baca juga: Cara Cerdas Mengontrol Biaya Overhead Agar Lebih Efisien

Contoh Penerapan Process Costing

Perusahaan manufaktur

Untuk memahami process costing lebih dalam, mari kita lihat contoh penerapannya di industri manufaktur, yaitu pabrik minuman botol.

Sebuah pabrik minuman botol memiliki tiga departemen produksi utama:

  • Departemen Pencampuran: Di sini, bahan baku seperti sirup, air, dan perasa dicampur dalam tangki besar.
  • Departemen Pembotolan: Campuran dipompa ke departemen ini untuk dimasukkan ke dalam botol, diberi label, dan ditutup.
  • Departemen Pengemasan: Botol-botol yang sudah selesai dikemas dalam kardus dan disiapkan untuk dikirim.

Setiap departemen memiliki biaya produksi tersendiri. Di akhir bulan, pabrik ini menggunakan process costing untuk menghitung biaya per botol.

Langkah-langkah Perhitungan:

  1. Pengumpulan Biaya per Departemen:
    • Departemen Pencampuran: Semua biaya bahan baku (sirup, air), tenaga kerja, dan overhead pabrik (listrik mesin, penyusutan tangki) dicatat. Misalnya, total biaya di departemen ini adalah Rp50.000.000.
    • Departemen Pembotolan: Biaya botol kosong, tutup botol, label, tenaga kerja, dan overhead (mesin pembotolan) dikumpulkan.
    • Departemen Pengemasan: Biaya kardus, tenaga kerja, dan overhead (mesin pengemas) dicatat.
      Perhitungan Unit Ekuivalen: Di Departemen Pencampuran, anggaplah 1.000.000 liter campuran diproduksi. Di Departemen Pembotolan, mungkin ada 20.000 botol yang baru terisi 50% di akhir bulan. Dengan demikian, unit ekuivalen untuk biaya pembotolan adalah 10.000 botol (20.000 x 50%).
  2. Perhitungan Biaya per Unit: Total biaya di Departemen Pencampuran (Rp50.000.000) dibagi dengan total volume campuran yang dihasilkan (1.000.000 liter), menghasilkan biaya per liter campuran sebesar Rp50.
  3. Transfer Biaya antar Departemen: Biaya per liter dari Departemen Pencampuran (Rp50) akan menjadi biaya bahan baku untuk Departemen Pembotolan. Dengan cara ini, biaya terus mengalir dari satu departemen ke departemen berikutnya.
  4. Penentuan Harga Pokok Produk Akhir: Setelah melalui semua departemen, total biaya dari seluruh proses akan diakumulasikan untuk menentukan harga pokok per botol minuman jadi. Misalnya, biaya total per botol adalah Rp2.000.000, yang berasal dari biaya campuran (Rp50 per liter), biaya pembotolan (Rp1500), dan biaya pengemasan (Rp450).

Baca juga: Strategi Pengendalian Biaya Produksi Dalam Perusahaan Manufaktur

Kesimpulan

Process costing adalah alat akuntansi biaya yang berguna untuk menghitung biaya per unit suatu industri yang melakukan produksi secara massal.

Dengan menyediakan data biaya per unit yang akurat dan terperinci, process costing memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan strategis yang lebih baik.

Metode ini tidak hanya membantu dalam penentuan harga jual yang kompetitif dan menguntungkan, tetapi juga menjadi dasar untuk pengendalian biaya yang efektif di setiap departemen produksi.

Informasi yang dihasilkan dari process costing juga krusial untuk perencanaan dan penganggaran di masa depan, serta untuk evaluasi kinerja operasional.

Untuk mengoptimalkan penerapan process costing dan meningkatkan efisiensi operasional manufaktur secara menyeluruh, Anda bisa memanfaatkan software manufaktur Mekari Jurnal.

Dengan fitur manajemen biaya dan produksi yang terintegrasi, Mekari Jurnal membantu Anda memantau seluruh proses produksi dan persediaan stok manufaktur secara real-time, sehingga memudahkan manajemen biaya dan meningkatkan profitabilitas bisnis Anda.

Kategori : Other

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal

WhatsApp Hubungi Kami