Daftar Isi
4 min read

Fakta & Solusi yang Bisa Anda Lakukan untuk Hadapi Turunnya Nilai Rupiah

Tayang 05 Sep 2018
Diperbarui 10 Okt 2023

Seperti yang Anda ketahui saat ini, nilai tukar Rupiah mengalami tekanan menjadi Rp14.815 dari posisi sebelumnya yaitu Rp14.689 per Dolar Amerika Serikat sejak Senin, 3 September.

Banyak yang beranggapan bahwa nilai Rupiah yang mengalami tekanan ini mengingatkan dengan krisis moneter di Tahun 1998.

Melemahnya nilai Rupiah juga ternyata disangkutpautkan dengan krisis ekonomi yang sedang bergejolak di Turki dan Argentina yang kemudian memengaruhi kondisi keuangan negara berkembang seperti Indonesia. Bagaimana penjelasannya? Dan apa usaha pemerintah untuk memperbaiki kondisi nilai Rupiah?

Tahukah Anda kalau aplikasi akuntansi online Mekari Jurnal bisa memudahkan Anda mengelola keuangan perusahaan secara lebih praktis dan akurat. Buktikan dengan coba gratis aplikasi Jurnal!

Terlemah Sejak Krisis Moneter 1998

Pada Tahun 1998, nilai Rupiah membengkak di angka Rp14.000 setelah sebelumnya berada di posisi Rp2.800 per Dolar Amerika. Istilah krisis moneter atau krismon pun menjadi ucapan populer yang mewakili masa dan kondisi keuangan saat itu.

Saat ini, nilai Rupiah juga mengalami tekanan di angka yang sama, sehingga banyak yang membanding-bandingkannya dengan kondisi krisis yang terjadi 20 tahun silam.

Namun yang harus diketahui, terdapat banyak perbedaaan antara nilai Rupiah yang melemah saat ini dan saat terjadi krisis moneter pada Tahun 1998. Contoh mudahnya saja adalah nilai Rupiah yang melemah dengan sangat signifikan. Di Tahun 1998, perubahan Rupiah dari angka Rp2.800 ke Rp14.000 per Dolar Amerika.

Dengan kata lain, melemahnya Rupiah lima kali lipat jauh lebih drastis. Sementara pada kondisi sekarang, perubahan nilai Rupiah hanya melemah sebesar 8 persen dari Rp13.000 ke Rp14.000 per Dolar Amerika.

Selain itu dapat dilihat juga dari kondisi perekonomian, di mana pada Tahun 1998 harga kebutuhan bahan pokok naik dan inflasi terjadi dengan tidak terkendali. Bila dilihat dari faktor tersebut, inflasi yang terjadi sekarang berada di kisaran 3 persen yang masih bisa dikendalikan.

Pengaruh Krisis Argentina dan Turki pada Nilai Rupiah

Krisis mata uang yang sekarang terjadi di Argentina dan Turki mempengaruhi perkembangan nilai Rupiah yang kini melemah. Sebelumnya, Indonesia adalah bagian dari negara berkembang, di mana daya tariknya sebenarnya lebih tinggi daripada daya tarik pasar negara maju.

Namun, krisis mata uang di Argentina dan Turki membuat pasar negara maju lebih dilirik investor karena lebih aman sementara negara berkembang seperti Indonesia dinilai lebih berisiko.

Selain Indonesia, pasar negara berkembang seperti India dan Filipina juga mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit).

Usaha Pemerintah Menghentikan Rupiah yang Melemah

Lalu bagaimana langkah pemerintah menghentikan nilai Rupiah yang mengalami tekanan seperti sekarang ini? Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan langkah-langkah stabilisasi untuk menahan nilai Rupiah agar tidak terus melemah.

BI berusaha meningkatkan volume intervensi di pasar valas juga meningkatkan kerja sama dengan pemerintah lewat Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Tujuannya, untuk memastikan nilai tukar tetap stabil sesuai harapan. Tidak hanya itu, untuk memperkuat perekonomian Indonesia dan mencegah defisit yang sudah terjadi sebesar 3%, pemerintah berencana untuk membatasi impor barang-barang konsumsi, mengurangi impor minyak dan meningkatkan sisi ekspor agar terjadi keseimbangan dalam kegiatan ekspor dan impor.

Bagaimana Cara Pengusaha Menghadapi Nilai Rupiah yang Melemah?

Menurut Benny Soetrisno, ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), saat ini pengusaha lokal, khususnya yang melakukan kegiatan ekspor dan impor memiliki strategi khusus dalam mengatasi menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

Beliau mengatakan salah satu caranya adalah tidak lagi menggunakan Dolar Amerika Serikat dalam setiap transaksi ekspor dan impor dengan negara lain, selain AS.

Jadi, misalnya Anda membeli produk atau barang di Eropa, jangan pakai Dolar AS, tapi gunakan mata uang Euro. Dengan cara seperti ini, perlahan-lahan pengusaha dapat mengurangi ketergantungannya terhadap Dolar AS, sehingga efek penguatan Dolar akan sedikit ditekan.

Bukan hanya itu, di tengah perekonomian yang menurun ini, pengusaha juga tertolong dengan adanya kebijakan yang telah dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terutama pada empat kebijakan pada sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB).

Menurut Benny ketika pengusaha atau debitur memiliki potensi penurunan kreditnya, OJK telah memperbolehkan kreditur melakukan restrukturisasi. Selain itu, OJK juga memiliki kebijakan yang dapat membantu sektor usaha UMKM dengan menurunkan tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), dari 22% menjadi hanya 12%.

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan dan mulai diperhatikan pengusaha dalam menghadapi penurunan nilai Rupiah saat ini. Selain itu, sebagai pengusaha, Anda juga tidak boleh melupakan pentingnya pembukuan dan proses akuntansi.

Karena dengan pembukuan, pengusaha dapat mengelola keuangannya dengan baik. Dengan adanya pembukuan, pengusaha juga dapat dengan mudah mengambil keputusan bisnis secara tepat dan cepat.

Oleh karena itu, investasikan bisnis Anda dengan menggunakan Jurnal sebagai solusi pembukuan yang memudahkan Anda dalam pembuatan laporan keuangan hingga pengelolaan bisnis.

Dengan Jurnal, Anda dapat membuat laporan keuangan secara tepat dan cepat, mengelola stok dan aset perusahaan, hingga mengelola utang piutang bisnis Anda.

Tunggu apalagi? Daftarkan bisnis Anda sekarang juga di Jurnal dan dapatkan free trial selama 14 hari.

Kategori : Other
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami