Memahami Perbedaan Downstream dan Upstream Supply Chain Supply chain pada dasarnya seperti sebuah satu aliran sungai yang berfungsi membawa barang dari hulu, yakni titik sumber aliran, hingga menuju hilir, bagian akhir dari aliran sungai. Hal ini yang cukup dikenal dengan istilah downstream dan upstream supply chain dalam manajemen rantai pasok. Lalu, apa perbedaan downstream dan upstream dalam supply chain? Apa fokus dan pendekatannya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini! Pengertian Downstream dan Upstream Supply Chain Downstream dalam supply chain mengacu pada konsep aliran barang dan jasa yang mengalir dari titik tempat mereka diproduksi hingga sampai ke konsumen akhir. Konsep ini mencakup semua aktivitas yang terlibat dalam pengiriman produk akhir, termasuk distribusi, logistik, pergudangan, dan penjualan eceran. Pada dasarnya, aktivitas downstream adalah yang terjadi setelah tahap produksi dan melibatkan pemindahan produk melalui berbagai perantara, seperti distributor dan pengecer, untuk mencapai pelanggan akhir. Sedangkan upstream berfokus pada serangkaian proses dan aktivitas yang terjadi sebelum produksi, dengan fokus pada pengadaan dan pengadaan bahan baku dan komponen. Segmen ini mencakup interaksi dengan pemasok, perencanaan input produksi, pemantauan transportasi dan penyimpanan bahan-bahan saat bergerak menuju produksi. Ini mencakup aktivitas seperti pemilihan pemasok, negosiasi kontrak, pengelolaan inventaris bahan baku, dan pengendalian mutu. Perusahaan yang mampu mengoptimalkan supply chain mereka mampu mengurangi biaya pengeluaraan 15% lebih rendah, mengurangi 50% dari beban inventaris, dan perputaran keuangan yang tiga kali lebih cepat. Tujuan dan Manfaat dari Pengetahuan Upstream dan Downstream Supply Chain Kedua konsep ini sangat penting untuk dikelola dengan efektif. Downstream untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan, mengoptimalkan tingkat inventaris, dan memastikan pengiriman tepat waktu. Adapun upstream untuk memastikan bahwa proses produksi memiliki input yang diperlukan untuk beroperasi dengan lancar, menjaga kualitas produk, dan mengendalikan biaya. Jika kedua fokus ini dapat dikelola dengan efektif, hal ini akan membantu dalam meningkatkan beberapa aspek, seperti: 1. Memastikan Proses Produksi Lancar Pengelolaan upstream melibatkan manajemen hubungan dengan pemasok agar dapat menyediakan bahan baku secara konsisten dan tepat waktu. Selain itu, ini juga berkaitan dengan manajemen inventaris yang efektif dan perencanaan kebutuhan bahan baku yang ideal untuk menghindari berhentinya siklus produksi. 2. Mengendalikan Biaya Pengeluaran Secara keseluruhan, manajemen upstream dan downstream berkontribusi dalam mengendalikan biaya namun tetap mempertahankan standar produksi. Ada dua cara yang dilakukan, yaitu memilih pemasok yang menawarkan harga yang kompetitif serta mengoptimalkan rute distribusi. 3. Menjaga Kualitas Produk Terdapat keterlibatan dalam menjalankan prosedur audit dan evaluasi secara berkala untuk mempertahankan kualitas, mulai dari evaluasi pemasok, quality control setelah produksi, dan feedback dari pemakaian pelanggan. 4. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Jika seluruh cakupan downstream dan upstream dalam supply chain dalam terlaksana dengan efektif, tentu saja hal ini akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan terhadap perusahaan. Ketepatan waktu dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, waktu tunggu produksi, dan pengiriman menjadi titik di mana dapat memenuhi ekspektasi mereka. 5. Meningkatkan Pendapatan dan Keberhasilan Bisnis Secara keseluruhan, pengelolaan upstream dan downstream yang efektif dapat memastikan efisiensi biaya dan proses alur supply chain yang stabil. Hal ini dapat mengurangi risiko gangguan yang terjadi dalam aliran rantai pasokan dan meningkatkan pendapatan secara positif. Contoh Proses dalam Penggunaan Upstream dan Downstream Supply Chain Berikut adalah contoh gambaran penerapan upstream dan downstream dalam supply chain. 1. Pada Bidang Distribusi Pada bidang distribusi atau grosir, biasanya pengadaan barang penjualan akan dibeli dalam jumlah besar dan secara langsung dari pabriknya. Hal ini bertujuan agar grosir dalam memasok kebutuhan stok penjualan untuk periode tersebut. Untuk lebih optimal, mereka dapat melakukan forecasting untuk memprediksi kebutuhan yang ideal berdasarkan data historis. Selanjutnya mereka akan mendistribusikan stok ke gudang penyimpanan agar dapat dikelola secara efektif didistribusikan kembali ke grosir pusat. Produk yang telah diterima di pusat distribusi kemudian dikirim ke pengecer. Manajemen distribusi harus efisien untuk mengurangi biaya dan waktu pengiriman. Ada beberapa fokus yang perlu dipantau, mulai dari menyediakan layanan yang memuaskan, memenuhi ekspektasi ketersediaan stok dan kualitas produk, hingga layanan retur barang. 2. Pada Industri Manufaktur Pada perusahaan manufaktur seperti Toyota, merka memproduksi kendaraan dengan memerlukan berbagai bahan baku dasar seperti baja, karet, plastik, dan komponen pelengkap seperti mur dan kabel. Oleh karena itu, bagian pengadaan bahan baku memiliki peran yang sangat penting dalam operasional perusahaan manufaktur. Mereka juga harus dapat menyimpan seluruh persediaan dengan baik, mulai dari bahan baku, WIP, dan barang yang sudah jadi. Setelah mobil sudah selesai melalui proses perakitan, mobil kemudian akan didistribusikan kepada toko dealer. Pada proses ini, manajemen distribusi berperan dalam menjaga barang tetap aman hingga sampai dealer dan dengan tepat waktu. Terakhir, perusahaan otomotif harus memastikan bahwa suku cadang dan layanan purna jual tersedia untuk pelanggan. 79% perusahaan dengan kinerja supply chain yang tinggi mampu mencapai pertumbuhan pendapatan lebih besar daripada rata-rata perusahaan di industri mereka. Integrasi dengan SCM Mekari Jurnal Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa keseluruhan proses supply chain mencakup dua fokus, yaitu upstream dan downstream. Upstream mengacu kepada seluruh bagian SCM yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku dan mengolahnya untuk diproduksi menjadi barang jadi. Downstream berfokus dalam mengelola seluruh proses SCM yang berkaitan dengan produk setelah produksi berakhir. Kedua fokus ini harus berjalan secara efektif dan terus dioptimasi secara berkala, oleh karena itu perlu mendapatkan fokus dan perhatian secara penuh. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan software akuntansi yang telah terintegrasi dengan fitur-fitur SCM seperti Mekari Jurnal. Melalui Mekari Jurnal, Anda dapat memantau alur supply chain berjalan secara menyeluruh. Semua itu dapat dilakukan berkat fitur SCM seperti yang mendukung proses-proses upstream dan downstream, seperti manajemen produksi, manajemen inventori, hingga manajemen produk. Berbagai pengeluaran biaya juga tercatat secara langsung dan lengkap dalam laporan keuangan karena fitur SCM Mekari Jurnal telah terintegrasi langsung dengan sistem akuntansi tanpa harus pindah platform. Apakah Anda tertarik? Daftar sekarang dan dapatkan free trial selama 7 hari dari kami! Konsultasi dengan Mekari Jurnal Sekarang! Referensi: Invesp, “The State Of Supply Chain Management – Statistics and Trends”. Shiprocket, “What Is Upstream and Downstream Supply Chain?”.