Daftar Isi
10 min read

Operating Leverage: Komponen, Rumus, Contoh Perhitungan

Tayang 22 Jun 2024
Diperbarui 22 Nov 2024

Operating leverage adalah alat penting dalam analisis keuangan yang membantu perusahaan memahami dampak perubahan penjualan terhadap laba operasi. Dengan memahami tingkat operating leverage, perusahaan dapat mengelola struktur biaya mereka dengan lebih efektif, mengidentifikasi peluang pertumbuhan, dan mengantisipasi risiko. Meskipun menawarkan peluang besar, operating leverage juga membawa tantangan yang memerlukan pengelolaan strategis untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan.

Apa Itu Pengertian Operating Leverage?

Operating leverage adalah konsep penting dalam dunia keuangan dan akuntansi yang mengukur sejauh mana sebuah perusahaan memanfaatkan biaya tetap dalam struktur operasionalnya. Dengan kata lain, operating leverage menunjukkan sensitivitas laba operasi (EBIT – Earnings Before Interest and Taxes) terhadap perubahan dalam penjualan. Semakin tinggi proporsi biaya tetap dalam struktur biaya total suatu perusahaan, semakin besar tingkat operating leverage yang dimiliki.

Konsep ini memainkan peran penting dalam strategi bisnis karena menunjukkan bagaimana perubahan kecil dalam volume penjualan dapat menghasilkan perubahan besar dalam laba operasi. Perusahaan dengan operating leverage tinggi memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar saat penjualan meningkat, namun sebaliknya juga menghadapi risiko kerugian yang signifikan jika penjualan menurun.

Dalam praktiknya, operating leverage tidak hanya digunakan untuk mengukur risiko bisnis tetapi juga membantu perusahaan merancang strategi keuangan dan operasional yang optimal. Dengan memahami tingkat operating leverage, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang pengelolaan biaya, investasi, dan target penjualan.

Komponen Operating Leverage

Untuk memahami bagaimana operating leverage bekerja, kita perlu melihat tiga komponen utama yang menjadi dasar pengukurannya:

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume produksi atau penjualan perusahaan berubah. Contoh biaya tetap meliputi:

  • Sewa gedung: Biaya sewa yang harus dibayar perusahaan terlepas dari tingkat produksi.
  • Gaji staf manajerial: Gaji tetap yang dibayarkan kepada staf yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi produksi.
  • Depresiasi aset: Penyusutan nilai aset seperti mesin atau peralatan yang dihitung secara tetap setiap periode.

Biaya tetap memberikan stabilitas pada struktur biaya perusahaan, tetapi juga menambah risiko jika penjualan tidak mencukupi untuk menutupi biaya tersebut.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan tingkat produksi atau penjualan. Contohnya meliputi:

  • Bahan baku: Biaya bahan yang digunakan dalam produksi akan meningkat seiring dengan peningkatan volume produksi.
  • Komisi penjualan: Komisi yang dibayarkan kepada tenaga penjualan berdasarkan jumlah penjualan.

Biaya variabel memberikan fleksibilitas karena perusahaan hanya mengeluarkan biaya ini ketika ada aktivitas produksi atau penjualan. Perusahaan dengan proporsi biaya variabel yang lebih besar cenderung memiliki operating leverage yang lebih rendah.

3. Laba Operasi (EBIT)

Laba operasi adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah mengurangi biaya tetap dan variabel dari pendapatan, tetapi sebelum memperhitungkan bunga dan pajak. EBIT mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan menjadi indikator penting dalam penghitungan operating leverage.

Dengan menggabungkan ketiga komponen ini, perusahaan dapat menganalisis bagaimana perubahan dalam penjualan memengaruhi laba operasi mereka.

Rumus Operating Leverage

Operating leverage diukur menggunakan Degree of Operating Leverage (DOL), yang didefinisikan sebagai rasio antara persentase perubahan laba operasi (EBIT) terhadap persentase perubahan penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

DOL = (Persentase Perubahan EBIT/Persentase Perubahan Penjualan)

Dalam bentuk lain, rumus ini dapat dihitung menggunakan kontribusi margin dan EBIT:

DOL = (Kontribusi Margin/EBIT)

Kontribusi Margin adalah total pendapatan dikurangi total biaya variabel. Rumus ini membantu perusahaan memahami seberapa besar dampak perubahan penjualan terhadap laba operasi mereka. Nilai DOL yang lebih besar menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi.

Contoh Perhitungan Operating Leverage

Mari kita lihat contoh sederhana untuk memahami cara menghitung operating leverage:

Data Perusahaan:

  • Penjualan: Rp 1.000.000
  • Biaya Variabel: Rp 400.000
  • Biaya Tetap: Rp 300.000

Langkah-Langkah Perhitungan

1. Hitung Kontribusi Margin:

Kontribusi Margin = Penjualan−Biaya Variabel

Kontribusi Margin = Rp1.000.000−Rp400.000

2. Hitung Laba Operasi (EBIT):

EBIT = Kontribusi Margin−Biaya Tetap

EBIT = Rp600.000−Rp300.000 = Rp300.000

3. Hitung Degree of Operating Leverage (DOL):

DOL = (Kontribusi Margin/EBIT)

DOL = Rp600.000/Rp300.000 =2

Interpretasi: Dengan DOL sebesar 2, jika penjualan meningkat sebesar 10%, maka laba operasi (EBIT) akan meningkat sebesar 20%. Sebaliknya, jika penjualan menurun sebesar 10%, laba operasi juga akan menurun sebesar 20%.

Baca Juga: Pengertian, Fungsi, Rumus, Contoh, Cara Kerja Gross Profit Margin

Pengaruh Tingkat Operating Leverage

1. Operating Leverage Tinggi

Perusahaan dengan tingkat operating leverage tinggi memiliki proporsi biaya tetap yang besar dalam struktur biaya mereka. Contoh industri dengan operating leverage tinggi adalah manufaktur otomotif atau penerbangan, di mana biaya tetap seperti investasi dalam pabrik dan peralatan sangat besar.

Keuntungan:

  • Potensi keuntungan yang besar saat penjualan meningkat.
  • Skala ekonomi yang tinggi, di mana peningkatan penjualan dapat menurunkan biaya per unit.

Kerugian:

  • Risiko kerugian signifikan jika penjualan menurun.
  • Beban biaya tetap yang tinggi tetap harus dibayarkan, terlepas dari tingkat produksi.

2. Operating Leverage Rendah

Perusahaan dengan tingkat operating leverage rendah memiliki proporsi biaya variabel yang lebih besar. Contoh industri dengan operating leverage rendah adalah ritel atau jasa.

Keuntungan:

  • Risiko kerugian lebih rendah saat penjualan menurun, karena biaya variabel menyesuaikan dengan penjualan.
  • Fleksibilitas yang lebih tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.

Kerugian:

  • Potensi laba yang lebih rendah saat penjualan meningkat.
  • Efisiensi biaya yang lebih sulit dicapai karena skala ekonomi yang terbatas.

Baca Juga: Rasio Leverages - Operating Leverage Vs Financial Leverage

Manfaat Operating Leverage

Operating leverage adalah salah satu konsep penting dalam manajemen keuangan yang memberikan sejumlah manfaat strategis bagi perusahaan. Konsep ini berkaitan erat dengan bagaimana perusahaan memanfaatkan struktur biaya tetap untuk memengaruhi laba operasional (EBIT). Berikut adalah beberapa manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan dari operating leverage:

1. Perencanaan Keuangan

Operating leverage menjadi alat yang sangat penting dalam perencanaan keuangan. Dengan memahami tingkat operating leverage, perusahaan dapat memproyeksikan dampak perubahan penjualan terhadap laba operasi secara lebih akurat. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merancang anggaran yang lebih realistis dan sesuai dengan kondisi pasar.

Sebagai contoh, jika perusahaan mengetahui bahwa tingkat operating leverage mereka tinggi, maka mereka dapat mengantisipasi bahwa penurunan kecil dalam penjualan dapat berdampak signifikan terhadap laba operasi. Sebaliknya, jika tingkat penjualan meningkat, perusahaan dapat memperkirakan peningkatan laba dengan skala yang lebih besar. Pengetahuan ini memungkinkan manajemen untuk merencanakan strategi keuangan yang lebih tepat, seperti alokasi sumber daya yang efisien dan pengelolaan risiko.

Selain itu, perencanaan keuangan yang didasarkan pada operating leverage juga membantu perusahaan untuk mengoptimalkan struktur biaya. Dengan mengetahui kontribusi biaya tetap terhadap profitabilitas, perusahaan dapat memutuskan kapan harus menambah investasi dalam aset tetap atau kapan harus lebih fokus pada biaya variabel untuk menjaga fleksibilitas operasional.

2. Pengambilan Keputusan

Operating leverage memberikan data penting yang dapat digunakan perusahaan untuk membuat keputusan strategis tentang struktur biaya mereka. Dalam manajemen perusahaan, keputusan terkait biaya tetap dan biaya variabel adalah hal yang krusial. Misalnya, perusahaan dengan tingkat operating leverage tinggi harus berhati-hati dalam menambah biaya tetap, karena hal ini dapat meningkatkan risiko keuangan jika penjualan tidak mencapai target.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan manufaktur mempertimbangkan untuk membeli mesin baru yang akan meningkatkan kapasitas produksi, analisis operating leverage dapat membantu mereka menentukan apakah investasi tersebut layak dilakukan. Jika permintaan pasar diperkirakan stabil atau meningkat, maka biaya tetap yang lebih tinggi dapat dikelola dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Namun, jika pasar cenderung fluktuatif atau tidak stabil, maka perusahaan mungkin lebih baik menggunakan biaya variabel untuk menjaga fleksibilitas operasional.

Keputusan lainnya yang dipengaruhi oleh operating leverage adalah tentang diversifikasi produk atau ekspansi pasar. Dengan memahami sensitivitas laba terhadap penjualan, perusahaan dapat mengevaluasi potensi keuntungan dan risiko dari strategi ekspansi tertentu.

3. Strategi Pertumbuhan

Salah satu manfaat utama dari operating leverage adalah membantu perusahaan merencanakan strategi pertumbuhan yang lebih efektif. Dalam bisnis, pertumbuhan tidak hanya tentang meningkatkan penjualan, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap peningkatan penjualan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap laba.

Perusahaan dengan tingkat operating leverage tinggi memiliki peluang besar untuk meningkatkan laba secara substansial saat penjualan meningkat. Ini karena biaya tetap sudah tertutupi, sehingga setiap tambahan pendapatan dapat langsung meningkatkan laba operasi. Oleh karena itu, operating leverage dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mengevaluasi potensi keuntungan dari ekspansi pasar, investasi dalam kapasitas produksi, atau peluncuran produk baru.

Sebagai contoh, perusahaan teknologi yang memiliki biaya tetap tinggi, seperti biaya penelitian dan pengembangan (R&D), dapat menggunakan strategi berbasis operating leverage untuk menilai apakah peluncuran produk baru akan memberikan pengembalian investasi yang memadai. Dengan memproyeksikan bagaimana penjualan baru akan memengaruhi laba, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi.

Risiko Operating Leverage

Meskipun menawarkan berbagai manfaat, operating leverage juga memiliki risiko yang harus diperhatikan oleh perusahaan, terutama bagi mereka yang memiliki tingkat leverage yang tinggi. Berikut adalah beberapa risiko utama yang dapat muncul:

1. Ketergantungan pada Penjualan

Perusahaan dengan tingkat operating leverage tinggi sangat bergantung pada stabilitas penjualan. Hal ini terjadi karena biaya tetap yang besar harus tetap dibayarkan, terlepas dari tingkat penjualan. Akibatnya, penurunan kecil dalam penjualan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap laba operasi.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur yang memiliki biaya tetap tinggi, seperti sewa fasilitas atau gaji staf manajerial, mungkin menghadapi kesulitan besar jika permintaan pasar tiba-tiba menurun. Dalam situasi seperti ini, perusahaan mungkin tidak mampu menutupi biaya tetap mereka, yang dapat mengarah pada kerugian finansial yang serius.

Ketergantungan ini juga membuat perusahaan rentan terhadap perubahan pasar yang tidak terduga, seperti resesi ekonomi atau perubahan preferensi konsumen. Oleh karena itu, perusahaan dengan operating leverage tinggi perlu memiliki strategi mitigasi risiko yang kuat, seperti diversifikasi produk atau pengelolaan biaya yang lebih fleksibel.

2. Fleksibilitas Operasional Rendah

Salah satu kelemahan utama dari operating leverage tinggi adalah rendahnya fleksibilitas operasional. Biaya tetap yang besar membuat perusahaan kurang mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Sebagai contoh, jika permintaan pasar menurun, perusahaan mungkin tidak dapat dengan cepat mengurangi biaya tetap mereka, seperti sewa atau gaji staf tetap.

Fleksibilitas operasional yang rendah ini juga dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk berinovasi atau mengeksplorasi peluang baru. Dalam lingkungan bisnis yang sangat dinamis, perusahaan yang tidak fleksibel mungkin kesulitan untuk bersaing dengan pesaing yang lebih gesit.

Untuk mengatasi risiko ini, perusahaan perlu mengadopsi strategi pengelolaan biaya yang lebih adaptif, seperti menggunakan tenaga kerja kontrak atau outsourcing untuk mengurangi proporsi biaya tetap.

3. Beban Overhead Tinggi

Biaya tetap yang besar dapat menjadi beban bagi perusahaan, terutama jika kapasitas produksi tidak digunakan secara optimal. Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki pabrik besar tetapi tingkat produksi mereka jauh di bawah kapasitas maksimum, maka biaya tetap per unit akan menjadi sangat tinggi. Hal ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan dan membuat mereka kurang kompetitif di pasar.

Selain itu, beban overhead yang tinggi juga dapat mengurangi fleksibilitas perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya untuk inisiatif lain, seperti pengembangan produk atau pemasaran. Dalam jangka panjang, hal ini dapat membatasi pertumbuhan perusahaan dan menurunkan nilai pemegang saham.

Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan dapat menggunakan analisis kapasitas untuk memastikan bahwa aset tetap mereka digunakan secara optimal. Selain itu, perusahaan juga dapat mengevaluasi kembali struktur biaya mereka untuk menemukan cara mengurangi beban overhead tanpa mengorbankan efisiensi operasional.

Kesimpulan

Operating leverage adalah alat yang sangat berguna dalam manajemen keuangan dan strategi bisnis. Dengan memahami manfaat dan risikonya, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang struktur biaya, investasi, dan strategi pertumbuhan. Meskipun menawarkan peluang besar untuk meningkatkan laba, operating leverage juga membawa tantangan yang memerlukan pengelolaan yang hati-hati.

Perusahaan dengan operating leverage tinggi harus berhati-hati dalam menghadapi fluktuasi penjualan dan memastikan bahwa mereka memiliki strategi mitigasi risiko yang efektif. Di sisi lain, perusahaan dengan operating leverage rendah mungkin perlu mengevaluasi peluang untuk meningkatkan efisiensi biaya tetap mereka guna meningkatkan profitabilitas.

Dengan pendekatan yang tepat, operating leverage dapat menjadi alat yang kuat untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keuangan dan strategis mereka.

Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
Kelola Keuangan Bisnis Lebih Akurat dengan Mekari Jurnal!

Monitor finansial bisnis dan dapatkan insight berharga lewat mekari jurnal!

Konsultasi Gratis

 

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal
WhatsApp Hubungi Kami