Panduan tentang B2B Supply Chain Management: Perbedaan, Tantangan, dan Peran Teknologi Supply chain management memiliki peran yang sangat vital dalam pengoperasian sebuah bisnis sehari-hari, baik itu pada lini industri B2C maupun B2B. SCM merupakan sebuah pendekatan strategis dalam bisnis yang berfungsi utuk mengelola aliran yag berkaitan dengan barang hingga sampai ke titik pesanan akhir. Keberadaannya memiliki peran yang penting karena tujuan dari SCM adalah untuk mengoptimalkan efisiensi dan kinerja rantai pasokan sesuai kebutuhan bisnis. Dalam menjalankan praktiknya, SCM B2B memiliki fokus dan elemen yang sebenarnya lebih rumit jika dibandingkan dengan praktik SCM pada industri B2C. Lalu, apa saja perbedaan antara supply chain management pada industri B2B dan B2C? Simak selengkapnya dalam artikel berikut: Pengertian B2C & B2B Supply Chain Management Pada dasarnya yang membedakan antara supply chain management B2C dan B2B terletak dari target pasar dari bisnisnya, yang tentunya juga mengubah bagaimana pengelolaan barangnya. SCM B2C mengacu kepada transaksi penjualan yang secara langsung (directly) kepada konsumen secara keseluruhan dan bukan hanya kepada pelaku bisnis. Sedangkan, SCM B2B mengacu kepada transaksi komersial yang terjadi di antara dua bisnis di mana satu bisnis sebagai pelaku penjual produk atau layanan dan satu bisnis lainnya sebagai konsumen produk atau layanan. Berdasarkan definisi tersebut, baik dari proses produksi hingga pengambilan keputusan terbilang cukup mudah pada konteks B2C karena hanya melibatkan satu langkah bertahap dan tidak melibatkan banyak pihak. Target konsumennya mencakup banyak orang sehingga cukup mudah untuk mendapatkan pembeli karena dapat dilakukan dengan berfokus pada peningkatkan kualitasn barang dan layanan. Hal ini cukup berbeda dengan praktik SCM dalam industri B2C di mana tidak hanya berfokus dalam mengelola dan meningkatkan produk atau layanan, juga harus memiliki fokus dalam mempertahankan relasi dengan bisnis lainnya sebagai klien. Ini dikarenakan B2B berorientasi kepada keuntungan dalam jangka panjang, dibandingkan B2C yang hanya berorientasi hanya kepada keuntungan jangka pendek. 87% manajer B2B setuju bahwa supply chain management memainkan peran yang paling vital dalam mengembangkan pertumbuhan bisnis dan buying experience. – World Wide Business Research B2B Report Perbedaan B2C dan B2B Supply Chain Management Terdapat perbedaan yang signifikan dalam alur kerja SCM antara perusahaan B2B dan B2C, karena karakteristik pasar dan kebutuhan pelanggan keduanya berbeda. Berikut adalah perbedaan pengelolaan supply chain management dalam industri B2B dan B2C berdasarkan tiga kategori, yaitu pasar, proses, dan strategi. Berdasarkan konteks penetrasi pasar, yaitu: B2B (Business to Business) B2C (Business to Consumer) Pembeli adalah bisnis atau organisasi, bukan individu. Pembeli adalah individu atau rumah tangga. Pembelian dilakukan dalam jumlah besar (bulk). Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil atau satu unit. Transaksi biasanya melibatkan kontrak jangka panjang. Pembelian bisa impulsif atau berdasarkan keinginan langsung. Keputusan pembelian dapat melibatkan beberapa tahapan dan proses persetujuan internal. Waktu respons yang diharapkan lebih cepat, dengan sedikit atau tanpa proses persetujuan yang rumit. Kemudian, pada tahap proses pengelolaan SCM, perbedaannya antara lain: B2B (Business to Business) B2C (Business to Consumer) Pembelian dalam jumlah besar memerlukan manajemen persediaan yang ketat dan efisien. Fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan fluktuasi permintaan pasar yang cepat. Proses penawaran harga dan negosiasi mungkin terjadi sebelum pesanan ditempatkan. Proses pemesanan dan pembayaran cenderung lebih langsung dan sederhana. Persyaratan khusus pelanggan (seperti pengemasan khusus, label pribadi) bisa menjadi bagian dari proses. Pelayanan pelanggan harus responsif dan cepat, mengingat pelanggan seringkali membutuhkan bantuan dalam waktu singkat. Fokus pada kinerja rantai pasokan yang stabil dan kualitas produk yang konsisten. Pengemasan dan presentasi produk bisa menjadi fokus penting untuk menarik perhatian konsumen. Terakhir, berkaitan dengan strategi untuk mengelola SCM dalam sebuah periode, mencakup: B2B (Business to Business) B2C (Business to Consumer) Fokus pada hubungan jangka panjang dengan pemasok untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang stabil. Fokus pada kecepatan dan fleksibilitas dalam merespons permintaan pasar yang berubah-ubah. Terlibat dalam kolaborasi yang erat dengan mitra rantai pasokan untuk mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi biaya. Penekanan pada pengalaman pelanggan dan layanan yang ramah pelanggan untuk membangun loyalitas dan meningkatkan retensi. Penekanan pada keandalan dan kualitas produk untuk memenuhi persyaratan spesifikasi pelanggan. Penggunaan teknologi seperti analitik data dan pemasaran digital untuk memahami preferensi pelanggan. Penggunaan teknologi seperti sistem manajemen persediaan terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi. Strategi pengiriman yang beragam seperti pengiriman langsung ke konsumen, pengambilan di toko, atau opsi pengiriman hari yang sama. Tugas dan Konsep Alur Kerja Proses SCM untuk Perusahaan Secara Umum Konsep kerja SCM akan berkaitan erat dengan beberapa aspek, seperti integrasi, koordinasi, dan visibilitas yang terhubung antara internal maupun eksternal perusahaan. Fokus yang perlu diperhatikan pada konteks B2B cukup rumit jika dibandingkan dengan industri B2C. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi bagaimana sistem kerja divisi SCM pada konteks B2B daripada B2C. Jika SCM B2C menitikberatkan kepada peningkatan kualitas produk atau layanan, SCM B2B bisa lebih dari itu. B2B akan menyusun dan mengambil keputusan secara holistik mulai dari proses desain, Untuk selengkapnya dapat simak artikel berikut ini: Supply Chain Management: Konsep, Proses, Tahapan dan Manfaat Lalu, bagaimana konsep ini masuk ke dalam karakteristik alur kerja perusahaan? Simak alur proses kerjanya berikut ini. Alur Kerja SCM pada Perusahaan B2C Sistem SCM pada B2C termasuk lebih fleksibel karena tren dan target konsumennya terbilang cukup fluktuatif, memiliki jangkauan besar, dan kuantitas daya beli dalam skala kecil. Oleh karena itu, biasanya supply chain management pada konteks B2C umumnya akan bekerja dengan karakteristik berikut: Pembelian dalam Jumlah Kecil Pelanggan cenderung membeli dalam jumlah yang lebih kecil namun dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan B2B. Ini akan mempengaruhi manajemen persediaan dan distribusi. Pengalaman Pembelian yang Lebih Emosional Seringkali pembelian didorong oleh emosi, tren mode, atau preferensi pribadi. Faktor ini yang dapat mempengaruhi strategi pemasaran dan manajemen merek. Pemasaran Melalui Saluran Penjualan yang Beragam Perusahaan B2C menggunakan berbagai saluran penjualan, seperti toko fisik, e-commerce, dan pasar online, untuk mencapai pelanggan mereka. Ini mempengaruhi proses pengiriman dan layanan pelanggan. Fleksibilitas Produk yang Lebih Tinggi Produk dalam lingkungan B2C sering kali harus lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu atau preferensi pelanggan. Hal ini mempengaruhi proses produksi dan persediaan. Transaksi Langsung dengan Konsumen Interaksi dalam lingkungan B2C seringkali melibatkan transaksi langsung antara perusahaan dan konsumen, tanpa perantara. Ini mempengaruhi proses pemesanan, pengiriman, dan layanan pelanggan. Alur Kerja SCM pada Perusahaan B2B Kemudian, dalam konteks B2B biasanya memiliki alur kerja yang lebih kompleks dan terkesan rumit karena berhubungan dengan bisnis lain sebagai klien. Berikut beberapa karakteristik yang dapat Anda temukan dalam alur kerja SCM perusahaan B2b: Volume dan Frekuensi Pembelian Perusahaan B2B biasanya melakukan pembelian dalam volume yang lebih besar dan lebih teratur dibandingkan dengan pelanggan individu dalam B2C. Pembelian yang Terencana Pembelian dalam lingkungan B2B seringkali lebih terencana dan didasarkan pada kebutuhan jangka panjang atau kontrak jangka panjang, dibandingkan dengan pembelian impulsif atau sporadis dalam lingkungan B2C. Penyesuaian Produk dan Layanan Produk dan layanan sering kali disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pelanggan dalam lingkungan B2B. Ini mungkin melibatkan negosiasi harga, spesifikasi khusus, atau integrasi dengan sistem internal pelanggan. Hubungan Bisnis yang Lebih Dalam Hubungan antara perusahaan B2B dan pemasoknya cenderung lebih dalam, dengan interaksi yang lebih terstruktur, perencanaan bersama, dan kolaborasi dalam inovasi produk atau proses. Proses Pembayaran yang Kompleks Proses pembayaran dalam lingkungan B2B seringkali lebih kompleks, melibatkan syarat-syarat pembayaran yang berbeda, jangka waktu yang lebih lama, dan penggunaan faktur dan pembayaran kredit. Tantangan B2B Supply Chain Management Masih terdapat beberapa tantangan dan hambatan dalam menerapkan supply chain management yang efektif dalam industri B2B. Biasanya ini berkaitan dengan proses alur kerja yang lebih rumit dan detail jika dibandingkan pengelolaan dalam konteks B2C. 1. Masalah Komunikasi dan Kolaborasi Ini merupakan salah satu aspek yang cukup vital dalam SCM, tidak terkecuali pada industri B2B dalam melancarkan operasional bisnis sehari-hari. Berbeda dengan menjalin hubungan dengan konsumen individu, hubungan dengan klien bisnis jauh lebih dalam dan biasanya memiliki gaya yang berbeda-beda. Misalnya, dalam hal gaya bahasa, budaya kerja, dan pengambilan keputusan. Selain itu, secara geografis, Indonesia juga dihadapkan dengan wilayah yang luas sehingga dapat menimbulkan tantangan waktu yang berbeda ketika menjalin komunikasi. Untuk mengatasi ini, biasanya perusahaan akan melayani komunikasi dalam bentuk shift kerja, memanfaatkan layanan terjemahan, dan platform komunikasi dan kolaborasi. 2. Masalah Kepatuhan dan Regulasi Melayani klien antar wilayah atau antar negara juga dapat menimbulkan masalah, misalnya terkait peraturan, sertifikasi, dan standar kualitas yang perlu dijalankan oleh divisi SCM sebuah perusahaan. Aturan-aturan ini umumnya berkaitan dengan keamanan produk, persyaratan pelabelan, standar lingkungan, dan praktik ketenagakerjaan. Inilah yang terkadang menimbulkan kompleksitas dalam pengelolaan SCM dalam B2B. Untuk mengatasinya, perusahaan bisa aktif dalam mengikuti perkembangan hukum dan tata aturan yang berlaku, memiliki sistem pencatatan yang detail, dan melakukan audit rutin. 3. Mitigasi Pemasok dan Risiko Terkadang salah satu faktor yang menjadi pokok masalah dalam sebuah industri adalah pasokan bahan baku untuk kebutuhan memproduksi. Jika kebutuhan bahan baku ini tidak terpenuhi, maka stabilitas pemenuhan pesanan dan volume penjualan akan menurun. Ini dapat terjadi karena klien bisnis biasanya cukup detail dan cermat dalam memperhatikan keandalan, kualitas, dan etos kerja bisnis yang diajak kolaborasi. Keuntungan B2B Supply Chain Management Adapun, dibalik hambatan dan tantangan yang perlu Anda perhatikan, terdapat beragam manfaat dan keuntungan dalam mengelola SCM B2B yang efektif, di antaranya: 1. Meningkatkan Visibilitas Ketersediaan Stok Sistem pengelolaan yang semakin efektif membantu menyederhanakan tugas-tugas sehingga dapat memastikan ketersediaan dan terhindar dari kehabisan stok. Jika menunjang dengan sistem terintegrasi yang transparan, pelanggan juga dapat memastikan apakah terdapat ketersediaan barang atau tidak. Ini dapat membantu memberdayakan pelanggan dan membangun kepercayaan bisnis dengan lebih baik. 2. Meningkatkan Customer Experience Menerapkan sistem SCM yang baik juga mampu memberikan pengalaman pembelian yang baik sehingga membantu meningkatkan daya beli dan reputasi perusahaan. Jika terus dikelola secara berkelanjutan, pelanggan yang merasa puas tentu akan memberikan ulasan yang bagus baik secara online maupun offline. 3. Meningkatnya Profitabilitas Bisnis Margin profitabilitas yang rendah menjadi salah satu masalah dalam bidang manufaktur dan distribusi, di mana termasuk industri B2B. Sistem SCM yang baik dapat membantu untuk mengidentifikasi area masalah dalam operasi yang dapat diperbaiki atau dihapuskan. Ini akan memberikan ruang untuk mengurangi biaya tambahan atau biaya pemeliharaan pada aspek yang tidak memberikan manfaat. Kesimpulan Mengelola supply chain management dalam industri B2B memiliki peran yang cukup vital karena sebagian besar keputusan didasarkan pada pengelolaan SCM. Adapun jika berhasil melaksanakan implementasi SCM yang efektif, tentu akan memberikan manfaat yang sangat besar terhadap pertumbuhan bisnis seperti meningkatkan margin profit. Oleh karena itu, untuk dapat mendukung proses pengoptimalan yang efektif, perusahaan dapat menunjang pekerjaan dengan software SCM yang terintegrasi langsung dengan data keuangan Anda. Mekari Jurnal merupakan software akuntansi yang terintegrasi secara penuh dengan pengelolaan supply chain management secara realtime sehingga Anda tidak perlu kerepotan dalam berpindah-pindah platform. Daftarkan perusahaan Anda sekarang juga dan dapatkan free trial selama 7 hari untuk mengeksplorasi fitur ini! Konsultasi dengan Mekari Jurnal Sekarang! Terima kasih dan semoga artikel ini bermanfaat! Referensi: SCM Review, “B2B Leaders Say Supply Chain Management Systems Are Most Important to the Customer Journey”. B2B Map, “Understanding and Overcoming The Challenges in Global B2B Supply Chain” Easyvend, “What is a B2B Supply Chain Management System & How Can it Help Your Business”.