Definisi Bisnis Franchise dan Sejarah Kemunculannya, Simak! Highlights Bisnis franchise adalah model usaha di mana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) untuk menjalankan bisnis menggunakan merek dan sistem yang telah terbukti berhasil. Keuntungan bisnis franchise yaitu menawarkan keuntungan seperti pengurangan risiko usaha, dukungan penuh dari franchisor, dan akses ke merek yang sudah dikenal serta sistem operasional yang terbukti efektif. Contoh bisnis franchise yang sukses di Indonesia: Indomaret, Alfamart, Es Teler 77, dan Kebab Turki Baba Rafi, yang telah berkembang pesat dan memiliki banyak cabang di berbagai negara. Jika kita membicarakan tentang model bisnis franchise, setidaknya di Indonesia jenis bisnis ini sudah memiliki perjalanan panjangnya sendiri, jauh sebelum hari ini. Sejarah franchise telah lama dimulai sejak tahun 70-an, mengutip dari Majalah Frenchise, ternyata merek luar negeri yang tercatat masuk pertama kali ke Indonesia adalah KFC, yang dibawa oleh Dick Gelael. Gerai KFC pertama di Indonesia dibuka pada Oktober 1979 di Jalan Melawai Raya No. 4, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dokumentasi KFC Pertama di Indonesia tahun 1970-an, letaknya di Melawai Jakarta/Dok KFC Lalu pertanyaannya adalah, apa sebenarnya maksud dari model bisnis franchise tersebut? Mari saatnya kita simak pembahasan ini sampai akhir! Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa latin yakni Francorum Rex yang berarti Free from Servitude atau ‘Bebas dari ikatan’. Pada literatur berbeda, kata franchise berasal dari dialek kuno Bahasa Prancis yang berarti ‘keistimewaan’ atau ‘kebebasan’. Dalam definisi lainnya, sebuah buku berjudul Franchising: Pathway to Wealth Creation (2013) karangan John H. Hayes, juga turut menjelaskan apa itu franchise. Hayes mendefinisikan franchise sebagai hubungan yang saling menguntungkan antara dua pihak, yang memungkinkan setiap orang untuk berbisnis menggunakan merek dagang, sistem, serta produk yang telah terbukti sukses. Dalam bahasa Indonesia, franchise itu sendiri diterjemahkan sebagai waralaba. Wara berarti ‘lebih’, sementara laba artinya ‘untung’. Jadi terjemahan tersebut dapat bermakna ‘lebih menguntungkan’. Berdasarkan Permendag RI Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba disebutkan, pengertian waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan, sistem bisnis waralaba memiliki ciri khas usaha berupa memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Pada dasarnya, bisnis franchise adalah perjanjian pembelian hak untuk menjual produk dan jasa dari pemilik usaha. Pemilik usaha biasa disebut pewaralaba atau franchisor, sedangkan pembeli lisensi berbisnis adalah terwaralaba atau franchisee. Suharnoko dalam buku yang terbit pada 2004 berjudul Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus mengungkapkan, franchise adalah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Dalam prosesnya, franchisor memberi lisensi kepada franchisee untuk melakukan kegiatan pendistribusian barang dan jasa di bawah nama dan identitas franchisor dalam wilayah tertentu. Adapun, usaha yang dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang ditetapkan pemilik usaha. Franchisor memberikan bantuan asistensi kepada franchisee. Sebagai imbalannya, franchisee membayar sejumlah uang berupa initial fee atau royalti. Sementara itu, Gunawan Widjaja dalam buku Seri Hukum Bisnis: Lisensi yang terbit pada 2001 menyebutkan, mitra usaha atau penerima franchise diberikan hak untuk memanfaatkan Hak atas Kekayaan Intelektual dari franchisor. Sebaliknya, franchisor memperoleh imbalan rutin berupa royalti atas penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual mereka. Hak atas Kekayaan Intelektual itu sepenuhnya dikuasai oleh pemiliknya atau franchisor, dan hanya dipinjamkan kepada franchisee guna memanfaatkan secara komersial untuk jangka waktu tertentu. Peminjaman dan penggunaan hak tersebut diatur dan terikat secara hukum berdasarkan perjanjian lisensi waralaba. Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimaksud bisa berupa merek dagang, merek jasa, hak cipta atas logo, desain industri, paten berupa teknologi maupun rahasia dagang. Selain memberi hak-hak tersebut, biasanya isi perjanjian kerja sama juga mencakup kewajiban franchisor untuk memberi bantuan berupa proses produksi, operasional, standar perlengkapan produksi, manajemen SDM, hingga pengelolaan keuangan. Baca juga: 10 Tips Sukses Bisnis Franchise yang Wajib Diketahui Sejarah Bisnis Franchise Berdasarkan sejarahnya, sistem franchise sebenarnya memang bermula dari praktik bisnis di Eropa. Pada abad pertengahan, para bangsawan diberi wewenang oleh raja-raja di wilayah tertentu untuk menjadi tuan tanah dan memanfaatkan lahan tersebut. Syaratnya, bangsawan harus memberi imbalan pajak dan upeti kepada kerajaan atau menyerupai royalti dalam sistem waralaba saat ini. Serian Wijatno dalam bukunya Pengantar Entrepreneurship menjelaskan sejarah perjalanan bisnis franchise diawali di Jerman sekitar tahun 1840-an. Saat itu, pembuat bir menjalankan sistem waralaba di sejumlah kedai minuman untuk menjadi distributor eksklusif di wilayah tersebut. Namun dalam literatur berbeda, sistem franchise lalu diklaim berawal di Amerika pada 1860-an. Saat itu Isaac Singer dari perusahaan mesin jahit Singer memulai bentuk usaha waralaba untuk mesin jahitnya dan mempelopori kesepakatan kerja sama waralaba. Meskipun usaha yang dijalankan gagal, Singer adalah pihak pertama yang memperkenalkan format bisnis waralaba di Amerika Serikat. Kesuksesan Isaac Singer membuat perusahaan mobil, gas, dan elektrik mengikuti langkah tersebut pada 1880. Termasuk pula General Motors Industries. Merek Coca Cola Sampai akhirnya diikuti pula oleh John S. Pemberton, pendiri Coca Cola. Pemberton pertama kali menjual lisensi franchise-nya pada 1899. John Stith Pemberton, orang yang menemukan Coca-Cola. Merek A&W Pada era 1900-an, bisnis franchise pun mulai menjadi tren bisnis di Amerika Serikat, didominasi oleh bisnis rumah makan siap saji (fast food restaurant). Ketika itu, A&W Root Beer yang pertama kali membuka restoran cepat saji dengan sistem franchise, yakni tahun 1919. Merek McDonald’s Dalam film the The Founder (2016), persoalan sejarah ekspansi merek franchise McDonald’s ke seluruh penjuru dunia pun juga dapat dijadikan catatan penting bagaimana bisnis franchise kemudian berkembang. Film The Founder pada dasarnya ialah mengisahkan perjalanan Ray Kroc, seorang salesman mesin milkshake yang paruh baya, namun dapat menjelma menjadi business man ternama di Amerika Serikat, bahkan dunia. Pertemuannya dengan dua bersaudara, Dick dan Mac McDonald pada tahun 1954, kemudian membawanya pada kepemilikan franchise McDonald’s yang kita kenal seperti sekarang. Dick dan Mac McDonald adalah pemilik dan penemu asli dari sebuah restoran cepat saji di San Bernardino, California, sebuah restoran pertama McDonald’s di dunia yang sesungguhnya. Terpukau oleh sistem pelayanan cepat dan efisien mereka dari Mac bersaudara, Ray lalu melihat potensi besar dan menawarkan kerja sama kepada merek dagang McDonald’s untuk mengembangkan restoran mereka melalui sistem franchise. Bisnis franchise makanan cepat saji tersebut pun justru berkembang menjadi bisnis real estate pada bangunan-bangunan merek McDonald’s yang dibangun di banyak tempat. Kesuksesan format franchise akhirnya menyebar ke berbagai negara maju lain, seperti Kanada, Inggris, dan Jepang. Termasuk pula di negara-negara berkembang seperti Meksiko, Malaysia, dan Indonesia. Sehingga film tersebut dapat membuka mata kita bahwa model bisnis franchise sudah sangat berkembang. Mereka tidak hanya menjual makanan dan sejenisnya, tetapi juga merek, lahan, dan bangunan. Baca juga: Cara Membuat Laporan Laba Rugi untuk Bisnis Franchise Bagaimana Franchise di Indonesia? Di Indonesia, bisnis franchise mulai dikenal pada era 1950-an ketika muncul dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Kemudian berlanjut pada 1970-an ketika sistem pembelian lisensi tambahan dilakukan. Saat itu, franchisee tak sekadar menjadi penyalur, tetapi juga diberi hak melakukan produksi kendaraan. Dalam perkembangannya, bisnis dengan sistem franchise bertumbuh sangat cepat pada era 1980-an. Masuknya Merek Luar Negeri ke Indonesia Sistem ini mulai banyak digunakan oleh usaha makanan cepat saji (fast food) dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri. Beberapa di antaranya seperti KFC, Pizza Hut, dan McDonald’s. Ada pula restoran dari dalam negeri yang mengadaptasi sistem franchise seperti Es Teller 77. Franchise Merek Asli Indonesia Selain merek-merek luar negeri, Indonesia juga tetap memiliki beberapa merek franchise lainnya yang memang lahir dan besar di dalam sendiri. Kita tentu mengenal dengan merek Indomaret dan Alfamart, sebagai dua raksasa franchise retail kebutuhan rumah tangga yang tersebar ke pelosok negeri. Maka seiring perkembangan bisnis tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan peraturan untuk melindungi dan memberi kepastian hukum. Yaitu yang diterbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Serta Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba. Key Takeaways Jenis bisnis franchise terbagi dua menjadi: 1. franchise produk, yang berfokus pada penjualan produk dengan merek tertentu, dan 2. franchise layanan, yang berfokus pada penyediaan layanan dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Pertimbangan sebelum memulai franchise yaitu penting untuk mempertimbangkan reputasi franchisor, biaya investasi, dukungan yang diberikan, serta potensi pasar dan lokasi untuk memastikan kesuksesan bisnis. Manfaat Bisnis Franchise Setelah Anda mengetahui sejarah panjang bagaimana bisnis franchise dapat lahir dan berkembang, baik di dunia maupun di Indonesia. Selanjutnya Anda wajib untuk mengetahui manfaat apa saja yang bisa Anda rasakan, ketika memulai bisnis franchise dibandingkan memulainya dengan konsep sendiri. Berikut beberapa manfaat yang bisa diperoleh: Bagi Pemilik Manfaat yang bisa dirasakan sebagai pemilik merek di antaranya: Ekspansi Cepat dengan Modal Terbatas Dengan Anda membangun merek yang terkonsep, rapih, dan berkualitas, hal ini akan mempercepat perkembangan bisnis Anda untuk menjangkau berbagai wilayah. Anda hanya perlu menyiapkan konsep mereknya saja serta peralatan operasionalnya, lalu saatnya cari mitra usaha yang mampu membayar merek Anda tersebut. Dengan begitu, merek Anda akan terpampang di berbagai wilayah, tanpa harus secara langsung mengelola operasional harian bertemu dengan pembeli. Pendapatan dari Royalti Merek Bisnis franchise sejatinya memudahkan Anda untuk mendapatkan sumber pendapatan tidak hanya dari menjual produk kepada pembeli. Anda juga menjual royalti terhadap merek yang telah diciptakan. Setiap merek yang digunakan, Anda akan mendapatkan keuntungan di sana. Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh McDonald’s, mereka berbisnis lahan dan bangunan restoran mereka sendiri sebagai bentuk bisnis. Memiliki Kendali SOP Sendiri Dengan adanya kendali terhadap SOP merek franchise Anda, maka setiap mitra usaha yang bekerja sama wajib mengikuti SOP tersebut. Misalnya, para mitra usaha hanya diperbolehkan memasok bahan-bahan dagang dari Anda, tidak boleh membeli sendiri dari pemasok luar. Sehingga dengan begitu, Anda bisa mendapatkan keuntungan juga dengan memasok bahan-bahan tersebut sesuai standar keuntungan Anda. Baca Juga: SOP Perusahaan: Manfaat, Fungsi, dan Cara Membuatnya Bagi Mitra Usaha Sedangkan bagi mitra usaha dari mereknya, mereka memiliki beberapa keuntungan dan manfaat seperti: Lebih Mudah Laku Karena Merek Sudah Terkenal Jika Anda bekerja sama dengan merek franchise, maka dipastikan bahwa tingkat penjualan dari produk yang dijual pun akan cukup mudah. Hal ini dipengaruhi karena kekuatan merek yang melekat dengan produknya, sehingga para pembeli sudah percaya dengan merek tersebut dan apa yang dijualnya. Dapat Dukungan dan Pelatihan Bisnis Jika dalam sektor UMKM, berbisnis bisa jadi bukanlah ilmu yang dapat dengan begitu saja didapatkan. Mereka mungkin bisa menjual barangnya, tapi apakah mereka juga bisa berbisnis dengan baik? Dengan bekerja sama dengan franchise, Anda biasanya juga akan mendapatkan dukungan dan pelatihan berbisnis yang diberikan oleh si pemilik merek. Risiko Lebih Rendah Mempercayai bisnis dengan model franchise pada dasarnya merupakan pilihan yang tepat jika Anda adalah tipe pebisnis yang ingin cepat berjalan. Sebab, risiko dari franchise terbilang cukup rendah dan mudah. Anda tidak perlu lagi memikirkan konsep perhitungan harga jual, pemasaran, dan sebagainya. Semuanya akan diberikan oleh si pemilik merek, jadi Anda hanya perlu membayar sejumlah uang sesuai kesepakatan yang diberikan saja. Sisanya, Anda sudah siap langsung berjualan. Baca Juga: Jenis-jenis Risiko Bisnis dan Solusinya Pertimbangan Sebelum Memulai Selanjutnya, Anda perlu mempertimbangkan beberapa hal lain sebelum benar-benar ingin memulai bisnis franchise di kemudian hari. Harapannya adalah agar nantinya bisnis Anda tidak mengalami kerugian yang sebenarnya sudah dapat diantisipasi sebelumnya. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang wajib Anda pikirkan: Reputasi dan Kekuatan Merek Jika Anda seorang pemilik merek, sebelum menjadikannya model franchise, maka wajib pastikan dulu apakah merek dan produk yang Anda punya sudah benar-benar berhasil atau belum? Jangan sampai Anda menjual merek dan dagangan sendiri kepada mitra, tanpa peduli terkait kualitas dan kekuatan dari merek yang Anda punya. Namun jika Anda adalah seorang calon mitra, maka penting untuk diperhatikan terlebih dahulu kualitas dari merek yang akan dipakai tersebut. Karena jika abai terkait hal itu, maka siap-siap bisnis pun akan merugi di kemudian hari. Sistem Biaya dan Royalti Sebagai pemilik merek, Anda perlu untuk menghitung besaran biaya dan kebijakan royalti untuk ke depannya. Jangan sampai hal ini terlalu murah untuk Anda atau terlalu mahal untuk calon mitra. Pastikan semuanya seimbang dan saling menguntungkan. Perhatikan Lokasi dan Potensi Pasar Sebagai pebisnis, lokasi adalah salah satu hal terpenting yang wajib diperhatikan. Pertama-tama, cari tahu lokasi dan potensi pasar yang sesuai dengan produk yang akan Anda jual. Karena ini akan sangat menentukan seberapa besar profit yang nantinya akan didapatkan. Pakai Mekari Jurnal Demi Kelancaran Franchise Anda Jika ingin mengelola usaha franchise dengan baik, hendaknya Anda menggunakan aplikasi pendukung usaha. Terkait pengelolaan sistem akuntansi dan keuangan, Anda memiliki opsi untuk menggunakan software akuntansi online seperti Mekari Jurnal. Mekari Jurnal menyediakan berbagai fitur yang berfungsi untuk mencatat dan memonitor laporan kinerja bisnis secara berkala dengan mudah. Mekari Jurnal juga memiliki beragam fitur unggulan antara lain, tampilan dashboard bisnis dengan data real time, laporan pembukuan, manajemen inventory, dan pembuatan invoice. Selain itu, terdapat pula pengelolaan inventori, modul penjualan dan pembelian, rekonsiliasi bank, integrasi bisnis, pengelolaan aset, dan pengelolaan pajak. Cari tahu selengkapnya mengenai produk Jurnal di website Mekari Jurnal atau isi formulir berikut ini untuk mencoba demo gratis Jurnal secara langsung. Cukup ketuk banner di bawah ini untuk mendapatkan promo kesempatan bonus berlangganan Mekari Jurnal selama 60 hari dan diskon 35% (Minimal subscribe 12 bulan). Referensi Hayes, J. H. (2013). Franchising: Pathway to Wealth Creation. McGraw-Hill Education. Suharnoko. (2004). Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus. Kencana Prenada Media Group. Widjaja, G. (2001). Seri Hukum Bisnis: Lisensi. RajaGrafindo Persada. Wijatno, S. (2009). Pengantar Entrepreneurship. Grasindo.