Tersertifikasi Oleh

Supplier, Distributor, dan Agen: Memahami Peran Kunci dalam Rantai Pasokan Bisnis Anda

Diperbarui
Di tulis oleh: Author Avatar Andhika Pramudya

Supplier, distributor, dan agen merupakan istilah entitas yang sering digunakan khususnya dalam alur rantai pasokan bisnis.

Walaupun begitu, ketiganya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dalam mengoptimalkan operasional bisnis.

Singkatnya, supplier berfungsi dalam menyediakan barang mentah, distributor bertugas sebagai perantara, dan agen turut serta dalam mewakili penjualan atas nama produsen.

Agar dapat memahami masing-masing peran dari entitas tersebut, simak penjelasannya dalam artikel Mekari Jurnal.

Apa Pentingnya Supplier, Distributor, dan Agen dalam Bisnis?

Ketiga jasa ini, yaitu supplier, distributor, dan agen, berperan krusial dalam membentuk rantai pasokan yang efektif dan berkelanjutan dalam bisnis.

Mereka saling bersinergi untuk memastikan produk atau jasa dapat berjalan secara efisien dari produsen ke konsumen.

Tanpa ada kehadiran ketiganya, proses dalam operasional bisnis dapat terhambat.

Lalu, terdapat juga manfaat yang dapat bisnis rasakan dalam mengelola supplier, distributor, dan agen dengan baik, seperti:

  1. Dengan memahami masing-masing peran secara tepat, perusahaan dapat merancang sistem logistik secara lebih terstruktur.
  2. Memungkinkan pengiriman barang yang tepat waktu dan mengurangi risiko kehilangan produk.
  3. Membantu pengelolaan inventaris, di mana supplier memastikan ketersediaan stok, distributor mengatur alokasi stok, dan agen yang memantau permintaan pasar dan kebutuhan.
  4. Jika ketiganya dapat berjalan dengan efektif, maka biaya operasional dapat ditekan tanpa mengganggu strategi bisnis.

Itulah manfaat dan pentingnya supplier, distributor, dan agen dalam mengoptimalkan operasional bisnis.

Ringkasan Perbedaan Antara Supplier, Distributor, dan Agen

Selain itu, berikutnya akan menjelaskan perbedaan dari ketiga entitas tersebut untuk memudahkan pemahaman Anda.

perbedaan distributor, agen, dan supplier dalam operasional bisnis

Perbedaan Secara Definisi

1. Supplier: Entitas yang berperan aktif dalam menyediakan bahan baku atau produk kepada bisnis lainnya untuk diproses atau dijual kembali.

2. Distributor: Seseorang yang membeli produk dari supplier atau produsen, seperti pabrik, untuk kemudian didistribusikan ke pihak pengecer atau konsumen akhir.

3. Agen: Pihak yang menjadi perantara dalam bertransaksi bisnis, baik sebagai agen penjualan maupun pembelian.

Baca Juga: Cara Simple Pembukuan Untuk Bisnis Supplier

Perbedaan Berdasaran Jenis

1. Ada dua jenis supplier, yaitu:

  • Pabrikan, yaitu produsen atau penghasil langsung sebuah produk atau bahan baku.
  • Grosir, merupakan supplier yang menjadi perantara dalam bisnis dan menyediakan bahan baku atau produk dalam jumlah besar.

2. Jenis distributor terbagi dua, yaitu:

  • Umum: Jenis distributor yang menyalurkan produk ke berbagai pengecer.
  • Eksklusif: Jenis distributor yang memiliki hubungan lebih spesifik kepada satu pabrik atau produsen saja.

3. Sedangkan jenis agen juga terbagi menjadi dua, yakni:

  • Agen penjualan, adalah entitas yang membantu memasarkan dan menjual produk.
  • Agen pembelian, adalah entitas yang membantu mengurus bagian pengadaan barang.

Perbedaan dalam Strategi Memilihnya

1. Untuk mencari supplier yang tepat, Anda bisa melakukan:

  • Verifikasi kualitas dan reputasi supplier melalui ulasan online, website, maupun kliennya secara langsung.
  • Ikuti berbagai pertemuan atau acara yang berkaitan dengan banyak supplier, ajak komunikasi dan jika cocok dapat menjalin kontrak kerja sama.

2. Untuk menemukan distributor yang tepat, Anda bisa mencoba:

  • Memilih distributor dengan lingkup jaringan distribusi yang luas.
  • Memastikan bahwa fasilitas penyimpanan yang mereka miliki telah memadai.

3. Cara menemukan agen sendiri dapat dilakukan dengan:

  • Memilih agen dengan pengetahuan yang luas dan mendalam terkait produk atau pasar yang dimasuki.
  • Pastikan bahwa terdapat kejelasan tugas dan tanggung jawab yang detail dalam kontrak kerja.

Baca Juga: Mencari Supplier Bisnis Terpercaya? Gunakan Sumber dan Tips Ini

Tips untuk Dapat Bekerja Sama

1. Ada tips-tips yang bisa Anda coba untuk dapat membangun kerja sama yang efektif dengan supplier, yakni:

  • Bentuk kontrak kerja sama yang jelas, komprehensif, dan mencakup detail-detail yang lengkap.
  • Membangun dan mempertahankan komunikasi yang terbuka.
  • Memastikan untuk melakukan pembayaran yang tepat waktu untuk menjaga relasi yang baik

2. Untuk distributor sendiri, dapat melakukan:

  • Pemberian insentif untuk setiap distribusi yang berhasil.
  • Mengadakan pertemuan rutin untuk evaluasi kerja sama.

3. Pada konteks agen, Anda bisa memastikan komisi atau pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan.

Baca Juga: Alur Transaksi Pembelian untuk Aktivitas Bisnis yang Lebih Rapi

Perbedaan Distributor dan Supplier Secara Mendetail

Dalam dunia bisnis, peran distributor dan supplier sangat penting dalam mendukung kelangsungan rantai pasok produk, baik barang mentah maupun barang jadi. Meskipun keduanya memiliki peran sebagai penyalur, terdapat perbedaan mendasar yang perlu dipahami secara mendalam, terutama bagi pelaku usaha atau individu yang ingin meniti karier di bidang logistik dan distribusi. Artikel ini akan menguraikan perbedaan antara distributor dan supplier dari berbagai aspek penting, seperti fungsi, bentuk penjualan, jenis barang, hasil akhir produk, serta keuntungan yang diperoleh.

Fungsi: Peran Strategis dalam Rantai Pasok Bisnis

Supplier dan distributor memiliki peran yang sama-sama vital, namun berbeda secara fungsi. Supplier atau pemasok berfungsi sebagai entitas yang menyediakan bahan mentah atau komponen dasar kepada perusahaan manufaktur atau produsen. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku, baik dari segi jumlah, kualitas, maupun waktu pengiriman.

Dalam praktiknya, seorang supplier memiliki beberapa tugas utama, antara lain:

  1. Menjamin Ketersediaan Bahan Baku: Supplier harus memastikan bahwa bahan yang dibutuhkan oleh produsen selalu tersedia, agar proses produksi tidak terganggu.
  2. Menjaga Kualitas Produk: Tidak hanya menyediakan bahan dalam jumlah cukup, supplier juga harus memastikan bahwa kualitas bahan yang dikirim sesuai standar yang telah disepakati.
  3. Mengatur Sistem Penyimpanan: Untuk menjaga kualitas bahan, supplier juga harus memiliki sistem penyimpanan yang memadai, sehingga produk tidak rusak atau menurun mutunya selama masa penyimpanan.
  4. Mengelola Proses Pengiriman: Supplier wajib memastikan bahwa proses pengiriman dilakukan dengan tepat waktu dan aman, sesuai dengan perjanjian kerja sama yang berlaku.

Sementara itu, distributor menjalankan fungsi berbeda. Distributor berperan sebagai penghubung utama antara produsen dengan pasar, baik dalam bentuk konsumen langsung, agen, maupun pengecer. Fungsi utama distributor meliputi:

  1. Mendistribusikan Produk Jadi: Distributor bertugas menyalurkan produk dari pabrik ke pasar, dalam bentuk barang yang siap dikonsumsi.
  2. Membangun Jaringan Konsumen: Distributor perlu memahami wilayah distribusinya dan mencari pelanggan tetap agar aliran produk berjalan lancar.
  3. Menjaga Stabilitas Harga: Dalam beberapa kasus, distributor turut berperan dalam menjaga stabilitas harga produk di pasar melalui kebijakan distribusi yang tepat.
  4. Mempermudah Akses Produk di Pasar: Keberadaan distributor memungkinkan konsumen untuk mendapatkan produk dengan lebih cepat dan mudah.

Dengan memahami fungsi masing-masing peran ini, pelaku bisnis dapat merancang strategi logistik dan distribusi yang lebih efisien dan efektif.

Bentuk Penjualan: Fokus Produk Mentah vs Produk Jadi

Perbedaan signifikan lainnya terletak pada bentuk penjualan. Supplier umumnya menjual produk dalam bentuk bahan mentah yang ditujukan untuk proses produksi lanjutan. Produk tersebut tidak langsung dikonsumsi oleh pengguna akhir, melainkan akan diolah terlebih dahulu oleh produsen. Contohnya, supplier bahan kain akan menjual kain kepada produsen konveksi, yang kemudian mengolahnya menjadi pakaian seperti kaos, celana, atau jaket.

Transaksi antara supplier dan produsen biasanya bersifat kontraktual dan berlangsung dalam jangka panjang. Artinya, supplier tidak hanya menjual satu kali, tetapi menjadi mitra tetap dalam suplai bahan baku. Hal ini penting untuk menjaga kontinuitas produksi, sekaligus menjamin stabilitas kualitas dan pasokan.

Di sisi lain, distributor melakukan penjualan produk jadi yang sudah selesai diproduksi dan siap dikonsumsi oleh pasar. Produk-produk ini tidak perlu diproses ulang dan biasanya langsung disalurkan ke agen, pengecer, atau bahkan konsumen akhir. Misalnya, distributor mie instan akan membeli produk dalam jumlah besar langsung dari pabrik, kemudian menjualnya kembali kepada agen yang akan mendistribusikan ke toko-toko atau warung.

Bentuk penjualan distributor lebih fleksibel dibanding supplier. Mereka tidak terikat secara ketat dalam kontrak jangka panjang, dan dapat menjual produk ke berbagai agen sesuai kebutuhan dan wilayah distribusi.

Jenis Barang yang Dijual: Bahan Baku vs Produk Jadi

Perbedaan berikutnya terlihat dari jenis barang yang ditawarkan. Supplier fokus pada penyediaan barang-barang yang menjadi bahan baku atau komponen utama dalam produksi. Barang-barang ini belum siap dikonsumsi dan memerlukan proses lanjutan di pabrik atau tempat produksi. Contoh barang dari supplier antara lain:

  • Bahan kain untuk industri garmen
  • Kayu olahan untuk produksi mebel
  • Minyak sawit mentah untuk pabrik minyak goreng
  • Kertas untuk percetakan

Karena berperan dalam proses awal produksi, supplier memiliki peran penting dalam menjaga efisiensi dan efektivitas jalannya kegiatan industri. Tanpa bahan baku yang stabil, kegiatan produksi bisa terganggu dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Sementara itu, distributor dapat menjual barang dalam dua bentuk: barang mentah dan barang jadi. Namun, dalam praktiknya, kebanyakan distributor menjual barang jadi yang langsung dikonsumsi atau digunakan oleh pelanggan akhir. Contoh barang yang biasanya dijual distributor meliputi:

  • Makanan dan minuman kemasan (mie instan, kecap, susu)
  • Produk kebersihan (sabun, sampo)
  • Barang kebutuhan rumah tangga (peralatan dapur, pembersih)

Perbedaan ini mencerminkan posisi masing-masing dalam rantai pasok: supplier lebih dekat dengan produsen, sedangkan distributor lebih dekat dengan konsumen.

Hasil Akhir Produk: Produksi Ulang vs Distribusi Langsung

Aspek lain yang membedakan keduanya adalah bentuk hasil akhir produk. Supplier menyuplai bahan yang akan diolah kembali menjadi produk baru. Produk tersebut tidak dipasarkan dalam bentuk aslinya, melainkan berubah bentuk atau fungsi. Sebagai contoh:

  • Supplier kertas menyuplai ke percetakan, yang kemudian mengubahnya menjadi buku, brosur, atau dokumen cetak.
  • Supplier plastik menyuplai ke pabrik kemasan, yang mengolahnya menjadi botol atau kantong.

Dalam hal ini, produk yang dijual supplier hanya menjadi bagian dari komponen akhir, bukan produk utuh yang langsung digunakan atau dikonsumsi.

Berbeda dengan distributor, produk yang mereka jual biasanya tidak mengalami perubahan bentuk. Distributor membeli produk dari produsen dalam kondisi siap pakai, lalu menjualnya kembali ke pasar. Prosesnya tidak melibatkan produksi ulang, hanya penyimpanan, pengemasan ulang (jika diperlukan), dan pengiriman ke titik-titik distribusi.

Sebagai contoh:

  • Distributor minyak goreng akan menjual produk dalam kemasan botol atau pouch sesuai standar dari produsen.
  • Distributor alat tulis menjual produk seperti pulpen, pensil, dan buku dalam bentuk jadi langsung ke toko atau agen.

Keuntungan yang Diperoleh: Perbedaan Skema Profit

Perbedaan terakhir yang cukup penting adalah sumber keuntungan yang diperoleh. Supplier mendapatkan keuntungan langsung dari hasil penjualan bahan baku kepada perusahaan yang membutuhkan. Harga dan volume penjualan biasanya ditentukan melalui kontrak jangka panjang. Model ini memberikan kestabilan dan kepastian penghasilan, meskipun margin keuntungan bisa lebih kecil dibanding distributor.

Karena supplier seringkali menjadi partner utama dalam rantai produksi, mereka mendapatkan kontrak tetap dan pembayaran reguler selama masa kerja sama berlangsung. Misalnya, supplier kertas mendapatkan pembayaran rutin dari percetakan besar selama 12 bulan sesuai kontrak.

Di sisi lain, distributor memperoleh keuntungan melalui selisih harga beli dari produsen dan harga jual ke agen atau pengecer. Keuntungan distributor cenderung lebih fluktuatif tergantung volume penjualan dan kondisi pasar. Contoh sederhana:

  • Distributor membeli minyak goreng seharga Rp11.000 per liter dari produsen.
  • Kemudian, menjualnya ke agen seharga Rp14.000.
  • Distributor memperoleh margin keuntungan Rp3.000 per liter.

Distributor yang mampu menjual dalam volume besar bisa memperoleh keuntungan signifikan dalam waktu singkat. Namun, risiko juga lebih tinggi karena mereka harus mengelola stok, logistik, dan hubungan dengan banyak pihak di pasar.

Perbedaan Agen dan Distributor secara Mendetail

Dalam dunia bisnis dan distribusi produk, istilah agen dan distributor kerap kali digunakan secara bergantian. Namun, kenyataannya, kedua peran ini memiliki fungsi, tanggung jawab, dan struktur kerja sama yang sangat berbeda. Memahami perbedaan antara agen dan distributor sangat penting, baik bagi produsen yang ingin memperluas jaringan distribusi, maupun bagi pelaku usaha yang ingin memilih model kerja sama yang paling tepat. Artikel ini akan membahas perbedaan keduanya secara mendalam berdasarkan berbagai aspek penting.

Definisi Agen dan Distributor

Secara terminologi, agen adalah pihak yang bertindak sebagai wakil resmi produsen untuk memasarkan dan menjual produk kepada konsumen atau pihak ketiga lainnya. Agen tidak memiliki kepemilikan atas produk, tetapi bekerja berdasarkan komisi dari penjualan yang dilakukan. Dalam hal ini, agen bertindak atas nama produsen, dan tidak terlibat dalam pembelian barang secara langsung.

Sebaliknya, distributor adalah entitas atau badan usaha yang membeli produk dari produsen untuk kemudian dijual kembali ke pasar, baik kepada agen, pengecer, maupun langsung ke konsumen akhir. Distributor memiliki kepemilikan sah atas barang setelah proses pembelian, dan bertanggung jawab penuh atas stok yang dimilikinya.

Perbedaan fundamental ini menunjukkan bahwa agen berperan sebagai perpanjangan tangan produsen, sedangkan distributor merupakan mitra independen yang memiliki kontrol lebih besar terhadap barang yang dijualnya.

Kepemilikan atas Produk dan Risiko Bisnis

Perbedaan berikutnya yang sangat signifikan terletak pada aspek kepemilikan produk. Agen tidak membeli produk dari produsen dan tidak memiliki hak atas barang tersebut. Mereka hanya bertindak sebagai perantara atau perwakilan penjualan, dan barang yang dipasarkan masih sepenuhnya menjadi milik produsen. Oleh karena itu, risiko atas produk seperti kerusakan, kehilangan, atau kedaluwarsa tetap berada di tangan produsen.

Sementara itu, distributor membeli barang dari produsen dalam jumlah tertentu, dan secara otomatis menjadi pemilik sah atas barang tersebut. Risiko kerugian akibat kerusakan produk, stok tidak laku, fluktuasi harga, hingga biaya penyimpanan menjadi tanggung jawab distributor sepenuhnya. Distributor harus mempertimbangkan dengan matang strategi penyimpanan dan perputaran stok agar tetap kompetitif di pasar.

Dengan kata lain, agen beroperasi dengan risiko bisnis yang lebih rendah, namun memiliki keterbatasan dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain, distributor memiliki fleksibilitas tinggi namun harus siap menghadapi risiko bisnis secara langsung.

Tanggung Jawab Operasional dan Logistik

Tanggung jawab yang diemban oleh agen dan distributor dalam rantai pasok juga sangat berbeda. Agen memiliki fokus utama pada aspek penjualan dan layanan pelanggan. Mereka bertanggung jawab untuk mendekati konsumen potensial, menjelaskan manfaat produk, memberikan informasi harga, dan menyelesaikan transaksi atas nama produsen. Agen tidak memiliki tanggung jawab terhadap pergudangan, pengiriman, atau logistik barang.

Sebaliknya, distributor memiliki tanggung jawab yang jauh lebih luas, terutama dalam hal operasional dan logistik. Distributor harus memiliki sistem manajemen stok yang baik, termasuk gudang penyimpanan, sistem pengiriman, serta kendaraan distribusi. Mereka juga harus menanggung seluruh biaya logistik yang timbul dari kegiatan pengiriman barang ke sub-distributor atau pengecer.

Dengan kata lain, distributor menjalankan peran logistik secara penuh dan memegang kendali operasional atas peredaran barang. Agen hanya berfokus pada pemasaran dan relasi dengan pelanggan, tanpa harus terlibat dalam pengelolaan fisik barang.

Hubungan Hukum dan Perjanjian Bisnis

Agen dan distributor memiliki bentuk hubungan hukum yang berbeda dengan produsen. Agen biasanya diikat dalam suatu agency agreement atau perjanjian agensi. Dalam perjanjian ini, agen diberi wewenang untuk bertindak atas nama produsen dalam urusan penjualan. Agen tidak bertindak atas nama dirinya sendiri, melainkan sebagai representasi resmi produsen. Oleh karena itu, hubungan hukum antara agen dan produsen cenderung bersifat vertikal.

Sebaliknya, distributor terikat dalam distribution agreement atau perjanjian distribusi yang bersifat independen secara komersial. Distributor dianggap sebagai mitra bisnis sejajar, bukan bawahan produsen. Mereka memiliki kebebasan lebih besar dalam menjalankan usaha, termasuk menentukan strategi pemasaran dan harga jual, selama masih sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

Hubungan hukum yang berbeda ini juga memengaruhi sistem pelaporan, tanggung jawab hukum terhadap konsumen, serta hak untuk menggunakan merek dagang atau materi promosi tertentu. Agen umumnya menggunakan materi promosi dari produsen, sedangkan distributor dapat membuat materi pemasaran sendiri sesuai kebutuhan pasar lokal.

Hak Eksklusivitas dan Wilayah Operasi

Agen maupun distributor dapat diberikan hak eksklusif untuk menjual produk di wilayah tertentu. Namun, sifat eksklusivitas dan fleksibilitas usaha berbeda antara keduanya. Agen biasanya memiliki batasan wilayah yang ketat dan harus melaporkan hasil penjualan secara berkala kepada produsen. Mereka tidak diperbolehkan menjual produk kompetitor apabila terdapat klausul larangan dalam kontrak kerja sama.

Sebaliknya, distributor memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam mengelola wilayah operasinya. Meskipun beberapa produsen memberikan hak eksklusif wilayah tertentu, distributor tetap memiliki keleluasaan dalam menentukan strategi pemasaran, jaringan penjualan, bahkan ekspansi pasar selama masih dalam koridor perjanjian.

Keuntungan dari hak eksklusivitas ini adalah memungkinkan agen atau distributor membangun basis pasar yang kuat dan loyal di satu area tertentu tanpa harus bersaing langsung dengan mitra lain yang menjual produk serupa.

Sumber Pendapatan: Komisi vs Margin Keuntungan

Sumber penghasilan agen dan distributor juga sangat berbeda. Agen memperoleh penghasilan dari komisi penjualan. Besaran komisi biasanya sudah ditetapkan dalam kontrak kerja dan dihitung sebagai persentase dari total nilai transaksi. Karena tidak memiliki barang untuk dijual sendiri, agen hanya akan menerima komisi jika berhasil melakukan penjualan.

Di sisi lain, distributor memperoleh pendapatan dari selisih harga beli dari produsen dengan harga jual ke konsumen atau pengecer. Ini yang disebut margin keuntungan. Distributor bisa menyesuaikan harga jual untuk mendapatkan margin yang lebih besar, asalkan tetap kompetitif dan sesuai dengan kebijakan harga minimum yang ditentukan oleh produsen.

Perbedaan model pendapatan ini juga berdampak pada strategi usaha yang diterapkan. Agen berorientasi pada volume penjualan dan performa pribadi dalam menjangkau konsumen. Sementara itu, distributor lebih fokus pada manajemen stok, efisiensi logistik, dan strategi harga.

Modal Usaha dan Kebutuhan Investasi

Modal awal untuk menjadi agen cenderung rendah, karena tidak memerlukan pembelian stok barang. Agen bisa memulai usaha dengan perangkat kerja sederhana seperti laptop, smartphone, serta kemampuan menjual dan negosiasi. Biaya operasional pun rendah karena tidak membutuhkan gudang atau logistik.

Sebaliknya, menjadi distributor membutuhkan modal besar. Distributor harus membeli produk dalam jumlah besar dari produsen, menyediakan tempat penyimpanan, membayar transportasi, serta menggaji tenaga kerja logistik. Oleh karena itu, distributor memerlukan perencanaan keuangan yang matang, termasuk pengelolaan arus kas dan perputaran stok agar tidak merugi.

Meskipun risikonya lebih besar, potensi keuntungan distributor pun jauh lebih tinggi dibanding agen. Pilihan antara menjadi agen atau distributor sangat tergantung pada kemampuan finansial dan kesiapan menanggung risiko bisnis.

Kendali atas Harga dan Strategi Pemasaran

Agen tidak memiliki kebebasan untuk menetapkan harga produk. Mereka wajib mengikuti harga yang ditetapkan oleh produsen dan tidak diperkenankan memberikan diskon atau menaikkan harga sesuka hati. Hal ini untuk menjaga keseragaman harga di pasar serta mencegah persaingan internal antaragen.

Berbeda dengan agen, distributor memiliki kendali lebih besar dalam menentukan harga jual. Meskipun harus memperhatikan batas harga minimum (MAP – Minimum Advertised Price), distributor bisa menyesuaikan harga berdasarkan strategi pasar lokal, kondisi stok, dan target keuntungan.

Kebebasan ini memungkinkan distributor lebih responsif terhadap perubahan pasar, misalnya saat melakukan promo, clearance stock, atau bersaing dengan produk serupa dari kompetitor.

Contoh Nyata dalam Dunia Usaha

Untuk memberikan pemahaman lebih konkret, berikut beberapa contoh nyata agen dan distributor di berbagai bidang:

  • Agen: Agen asuransi menjual produk asuransi atas nama perusahaan asuransi, menerima komisi dari setiap polis yang berhasil dijual. Agen properti menjual rumah atau apartemen atas nama pengembang. Agen tiket pesawat menjual tiket penerbangan atas nama maskapai.
  • Distributor: Distributor Coca-Cola di suatu wilayah membeli produk langsung dari produsen dan mendistribusikannya ke warung dan supermarket. Distributor elektronik seperti Samsung menjual barang ke toko-toko resmi. Distributor farmasi menjual obat-obatan ke apotek.

Perbedaan pola bisnis ini membentuk strategi yang sangat berbeda, meskipun sama-sama berada dalam rantai pasok produk.

Kesimpulan

Supplier, distributor, dan agen menjadi tiga entitas yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya dalam rantai pasokan yang kuat.

Karena muncul sebagai pihak ketiga di luar struktural perusahaan, maka sudah seharusnya Anda dapat memilih mitra yang tepat untuk membantu mencapai tujuan bisnis Anda.

Selain supplier, distributor, dan agen yang mendukung pengelolaan rantai pasokan yang kuat, dukungan teknologi canggih saat ini juga muncul untuk pengelolaan yang lebih seamless.

Salah satu teknologi yang bisa Anda terapkan dalam bisnis adalah Mekari Jurnal sebagai solusi manajemen rantai pasokan yang terintegrasi langsung dengan sistem keuangan bisnis.

Fitur-fitur yang dapat digunakan dalam memaksimalkan operasional bisnis, seperti:

  1. Pelacakan Inventaris: Memantau stok secara real-time untuk menghindari kelebihan atau kekurangan barang.
  2. Pelaporan: Menyediakan laporan keuangan dan operasional yang akurat untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
  3. Analitik: Memberikan wawasan mendalam tentang kinerja rantai pasokan, sehingga bisnis dapat terus meningkatkan efisiensi.

Melalui pemanfaatan teknologi seperti Mekari Jurnal, tingkatkan kinerja rantai pasokan yang lebih efektif, menekan biaya operasional yang membengkak, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Temukan solusi untuk mengelola supplier, distributor, dan agen dengan fitur manajemen rantai pasokan dari Mekari Jurnal

Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang!

 

 

 

Referensi:

Gramedia, “Pengertian Agen: Ciri-Ciri, Kelebihan, dan Kekurangannya”.

Skill Academy, “Apa Itu Supplier? Pengertian, Jenis, Tugas dan Pentingnya bagi Bisnis”.

UK Government, “Using an agent or distributor when exporting”.

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal

WhatsApp Hubungi Kami