Situasi: Perkembangan pasar busana Muslim di Indonesia memiliki potensi besar. Tak heran jika banyak brand lokal melirik kesempatan ini untuk menghadirkan produk berkualitas dengan desain menarik sesuai dengan permintaan pasar, salah satunya adalah Armila Syar’i. Armila Syar’i adalah sebuah brand fashion yang mengusung konsep busana Muslim premium. Jajaran koleksi Armila Syar’i terdiri dari produk seperti khimar, mukenah, gamis, maupun dress set untuk wanita. Saat ini bisnis Armila Syar’i lebih banyak dilakukan secara online dengan target pasar di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Levi dan Andita selaku Head of Finance dari Armila Syar’i menjelaskan tentang bisnis model brand fashion premium ini serta tantangan apa saja yang muncul dalam menjalankan bisnis ini. Tantangan: Setiap bulannya Armila Syar’i mengeluarkan desain baru dengan pemilihan warna dan juga ukuran yang beragam. Pencatatan bahan baku menjadi tantangan tersendiri karena banyaknya jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat sebuah produk jadi. “Dalam satu bulan kita bisa launching sampai 18 produk, tiap produk terdiri dari ukuran S-XXL. Belum lagi untuk warna kain juga terdiri dari beberapa variasi.”, terang Levi. Selain itu, Armila Syar’i mengandalkan para reseller sebagai channel distribusi. Setiap reseller yang ingin bergabung membayarkan sejumlah deposit yang akan dipotong dari penjualan yang masuk. Tak hanya itu, model bisnis Armila Syar’i lebih ke arah sistem pre-order sesuai dengan permintaan customer. Hal ini dikarenakan banyaknya variasi produk, terlebih lagi dengan harga yang premium, sehingga kurang memungkinkan untuk menyediakan stok untuk masing-masing SKU. Jadi untuk melakukan pembelian, reseller harus memesan terlebih dahulu dengan tenggat waktu selama beberapa minggu, baru melakukan pembayaran. Jika dicatat secara manual, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kesalahan dalam penagihan. Buat keputusan strategi bisnis Anda bersama Mekari Jurnal Pengambilan keputusan bisnis lebih mudah dan akurat dengan laporan keuangan real-time. Coba gratis Solusi: Muncul kesadaran untuk menggunakan sebuah sistem yang dapat memudahkan dalam hal pencatatan keuangan secara praktis. Selain itu, sistem yang dicari juga harus dengan mudah dapat digunakan oleh pemula sekalipun tanpa perlu mempelajari lagi dasar-dasar akuntansi dari awal. Armila Syar’i mempercayakan paket Enterprise Mekari Jurnal sebagai software akuntansi bisnis yang dapat menyederhanakan proses akuntansi yang sebenarnya dapat diotomasi. Levi mengaku bahwa tidak butuh waktu lama baginya dan tim untuk memahami cara penggunaan sistem Jurnal, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang accounting. “Setelah melakukan tiga kali training kami sudah bisa menjalankan sistem Jurnal secara mandiri. Trainer juga tanggap menjawab pertanyaan dari kami ketika ada hal yang kurang dimengerti.”, sebut Levi. Proses onboarding mudah diikuti dengan cara penyampaian yang mudah dipahami bagi orang awam. Hanya dalam waktu dua minggu saja Ia sudah bisa mengimplementasikan Jurnal ke dalam proses bisnis Armila Syar’i. Ia pun menambahkan bahwa trainer Jurnal juga sangat membantu dalam memberikan solusi terhadap hal-hal yang kurang dipahami ataupun permasalahan yang perlu diatasi. Produk dan Inventory: Armila Syar’i menggunakan fitur produk dan inventory untuk mengelola bahan baku dan mencatat nilai belinya. Fitur ini juga membantu dalam memantau jumlah produk yang terjual dan produk mana yang lebih laris di pasaran. Invoicing: Membantu dalam melacak utang dan piutang dari reseller yang sudah jatuh tempo sehingga bisa dilanjutkan ke tahap penagihan. Kemudian, lebih gampang juga untuk mengetahui berapa sisa deposit yang dimiliki oleh reseller. Laporan Keuangan: Melalui laporan yang dihasilkan dari Jurnal, semua detail mengenai tentang performa bisnis mulai dari omset, pengeluaran biaya operasional, neraca, laba rugi, aset, semuanya dapat dipantau secara langsung sehingga pengambilan keputusan pun menjadi lebih cepat. Hasil: Terasa sekali perbedaan setelah menggunakan Jurnal, terutama dalam pencatatan maupun pelaporan keuangan. Sebelumnya, Armila Syar’i mengalami kesulitan dalam memonitor bahan baku, jumlah produk yang terjual, jumlah omset, sampai jumlah hutang piutang. Akibatnya, pelaporan kinerja bisnis serta pengambilan keputusan bisnis strategis menjadi kurang tepat. “Sekarang laporan keuangan jadi lebih tertata rapi. Ketika ditanya tentang jumlah penjualan bulan ini, maka bisa menjawab sesuai dengan data yang ada, bukan berdasarkan feeling.”, jelas Levi lebih lanjut. Dengan mengetahui produk mana yang lebih laris, Armila Syar’i pun dapat menentukan strategi marketing dan mengambil keputusan bisnis yang tepat berdasarkan data keuangan yang ada. Interaksi dengan reseller pun lebih sinergis. Proses invoicing dan penagihan jadi lebih teratur. Dengan adanya kemudahan dalam melacak jumlah penjualan masing-masing reseller, Armila Syar’i dapat menjalankan program pemberian benefit kepada para reseller sesuai dengan kinerja yang mereka hasilkan. Lebih lanjut lagi, dengan mengetahui performa bisnis secara jelas melalui laporan laba rugi, Armila Syar’i dapat memberikan insentif atau reward kepada karyawan di saat bisnis mendapatkan keuntungan. Levi pun berharap kedepannya Armila Syar’i bisa mengoptimalkan semua fitur yang ada di Jurnal, termasuk fitur Jurnal Pay untuk menerima pembayaran dari reseller maupun customer.