Optimalkan Bisnis dengan Digital Supply Chain: Konsep, Manfaat, dan Teknologi Konsep digital dalam supply chain telah menjadi kunci utama bagi kesuksesan bisnis yang kompetitif. Inovasi di bidang digital semakin berkembang seiring disrupsi yang terjadi ketika pandemi berlangsung, di mana hubungan antar manusia menjadi sangat terbatas termasuk aktivitas bisnis. Melalui pemanfaatan berbagai teknologi yang sudah dikembangkan, seperti Internet of Things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan, perusahaan dapat mengoptimalkan efisiensi operasional, Manfaat ini tidak hanya memperkuat daya saing perusahaan tetapi juga menciptakan keunggulan strategis dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik dan lebih cepat. Mengenal Konsep Digital Supply Chain untuk Kemajuan Bisnis serta Industri Penerapan konsep digital dalam supply chain pada dasarnya selaras dengan revolusi 4.0 sebagai upaya transformasi dalam menggabungkan dunia online dan lini produksi di industri. Mengutip dari Gartner, digital supply chain adalah sebuah ekosistem yang mengintegrasikan teknologi digital untuk memfasilitasi komunikasi dan koordinasi yang lebih baik antara semua pihak dalam supply chain. Digital supply chain, berjalan dengan mengintegrasikan antara teknologi canggih masa kini dengan pemrosesan data dalam praktik rantai pasokan tradisional untuk mempercepat kemajuan bisnis dan pemenuhan permintaan. “Studi dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa perusahaan yang sudah mengimplementasi digital supply chain dapat meningkatkan efisiensi hingga 30% dan mengurangi biaya logistik sebesar 20%.” Lalu, mengapa kira-kira konsep digital muncul dalam praktik supply chain? Gambarannya seperti ini, seorang manajer supply chain dalam perusahaan multinasional ingin mengelola produk mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi yang tepat waktu. Ia harus mendapatkan bahan baku berkualitas, memaksimalkan biaya produksi, dan mendistribusikan produk ke seluruh duia dengan tenggat waktu yang diberikan. Bagaimana untuk memenuhi target itu semua? Jika menjalankan dengan cara tradisional, sudah tentu hal tersebut akan tercapai semuanya. Namun, jika manajer dapat mengelola hal itu semua dalam tablet yang ia bawa kemana-mana, bisa saja semua ini tercapai. Melalui teknologi digital, manajer dapat memantau keseluruhan operasional secara real-time, menangkap data lebih besar, dan meng-koordinir seluruh tim secara efektif. Melihat studi kasus tersebut, sudah dipastikan bahwa keberlangsungan digital dalam supply chain merupakan investasi untuk jangka panjang. Ini juga diperkuat menurut data dari Allied Market Research, di mana nilai pasar untuk digital supply chain akan naik sebesar tiga kali lipat di tahun 2030 yaitu $13,7 miliar. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Supply Chain Sistem yang Modern Berdasarkan studi dari McKinsey, ditemukan juga bahwa perusahaan yang berhasil memanfaatkan data dan otomatisasi dapat memberikan beberapa manfaat, seperti: Meningkatkan visibilitas rantai pasokan mereka secara real-time. Memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi potensi masalah lebih cepat. Mengatasi masalah dan tantangan yang dihadapi lebih cepat daripada pesaing. Memperoleh keuntungan dalam hal pengurangan biaya. Meningkatan responsivitas dan adaptabilitas terhadap dinamika pasar yang berubah cepat. Sebuah survei juga menunjukkan bahwa penerapan teknologi digital supply chain pada 70% perusahaan global dapat meningkatkan tingkat pelayanan dan efisiensi operasional. Bisa dikatakan bahwa teknologi digital menjadi solusi untuk mengurangi lead time serta pengoptimalan stok yang lebih baik. Perbedaan Digital Supply Chain vs Traditional Supply Chain Proses yang berlangsung pada supply chain tradisional melibatkan proses manual yang seringkali menimbulkan keterlambatan, kurangnya transparansi, dan kesulitan dalam koordinasi antara berbagai pihak. Hal ini yang menjadi dasar mengapa digital supply chain dimanfaatkan untuk mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses. Teknologi seperti perangkat lunak canggih, analitik data, dan teknologi seperti Internet of Things (IoT) membantu dalam meningkatkan visibilitas dan komunikasi antar elemen dalam rantai pasokan. Lalu, apa saja yang membedakan antara supply chain tradisional dengan digital supply chain? 1. Kelebihan dan Kekurangan Traditional Supply Chain Kelebihan: Keterbatasan Teknologi: Tidak bergantung pada teknologi canggih yang mungkin mahal atau rumit untuk diimplementasikan. Sederhana: Sistem manual dapat lebih sederhana untuk dipahami dan dikelola tanpa memerlukan teknologi kompleks. Kekurangan: Kurangnya Visibilitas dan Transparansi: Data sering kali terpisah dan sulit diakses secara real-time, menghambat pemantauan dan pengelolaan yang efektif. Ineffisiensi: Proses manual dan terpisah bisa menyebabkan keterlambatan, kesalahan, dan biaya yang lebih tinggi. Respons yang Lambat: Sulit untuk beradaptasi dengan perubahan pasar atau gangguan dalam rantai pasokan secara cepat. 2. Kelebihan dan Kekurangan Digital Supply Chain Kelebihan: Visibilitas Real-time: Teknologi digital menyediakan data yang terkini dan akurat, memungkinkan pemantauan dan pengelolaan rantai pasokan secara real-time. Efisiensi dan Otomatisasi: Proses yang diotomatisasi mengurangi keterlibatan manual dan kesalahan manusia, serta meningkatkan efisiensi operasional. Responsivitas yang Lebih Baik: Kemampuan untuk menganalisis data secara cepat dan merespons perubahan pasar memungkinkan adaptasi yang lebih cepat. Transparansi yang Tinggi: Integrasi sistem digital memudahkan pemantauan dan pelacakan barang di seluruh rantai pasokan. Kekurangan: Biaya Implementasi: Investasi awal untuk teknologi digital dan pelatihan bisa tinggi. Ketergantungan pada Teknologi: Ketergantungan pada sistem digital membuat perusahaan rentan terhadap gangguan teknologi dan ancaman siber. Perubahan Organisasi: Transisi ke sistem digital bisa menimbulkan tantangan dalam perubahan budaya dan proses di dalam perusahaan. Secara keseluruhan, digital supply chain menawarkan banyak keuntungan dalam hal efisiensi dan responsif dibandingkan dengan rantai pasokan tradisional, meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya dan ketergantungan pada teknologi. Alat dan Teknologi Digitalisasi yang Digunakan 1. Internet of Things (IoT) IoT membantu mengoptimalkan rute pengiriman dan mengurangi pemborosan melalui pemantauan kondisi dan performa. Menurut Deloitte dalam laporan mereka, penggunaan IoT dapat meningkatkan visibilitas rantai pasokan hingga 30%, memungkinkan pemantauan dan pelacakan barang secara real-time. 2. Big Data Analytics Data Analytics mengacu pada analisis data dalam jumlah besar untuk mendapatkan wawasan yang berharga untuk memahami pola dan tren yang terjadi dalam supply chain. Analisis data yang canggih memungkinkan prediksi permintaan yang lebih akurat, mengurangi overstock dan stockout. 3. Blockchain Mengutip dari HBR, blockchain dapat meningkatkan rantai pasokan secara signifikan dengan memungkinkan pengiriman produk yang lebih cepat dan hemat biaya, meningkatkan ketertelusuran produk, meningkatkan koordinasi antar mitra, dan membantu akses terhadap pembiayaan. Lebih lanjut, adanya blockchain membantu dalam memverifikasi keaslian produk dan mencegah pemalsuan. “Menurut laporan IBM, penggunaan blockchain dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memverifikasi transaksi hingga 50% dan meningkatkan transparansi supply chain dengan memastikan bahwa data tidak dapat dimanipulasi.” 4. Kecerdasan Buatan (AI) dan Machine Learning Dalam supply chain management, AI dan machine learning dapat berguna untuk menganalisis data, mengidentifikasi pola, dan membuat prediksi. Keduanya dapat menjadi alat ukur untuk memproyeksikan permintaan, metode penyimpanan inventaris yang optimal, serta mengoptimalkan rute distribusi. Menurut Gartner, AI dapat mengurangi biaya operasional rantai pasokan hingga 20% dan meningkatkan akurasi peramalan permintaan hingga 30%. 5. Cloud Computing Cloud computing menyediakan platform yang memungkinkan penyimpanan data, aplikasi, dan layanan untuk diakses secara online. Ini memudahkan integrasi dan berbagi informasi di seluruh rantai pasokan dan menyesuaikan kapasitas mereka sesuai kebutuhan. Penggunaan dan Pengelolaan Data yang Terpusat dan Online Dalam digital supply chain, pengelolaan data secara online dan terpusat memainkan peran krusial dalam meningkatkan efisiensi, transparansi, dan responsivitas seluruh rantai pasok. Pengelolaan data ini sering dilakukan melalui platform berbasis cloud atau sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Data akan dikumpulkan dan diintegrasikan dalam satu platform dengan menghubungkan sistem manajemen gudang, pengadaan bahan, dan manajemen produksi untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai status rantai pasok. Perusahaan juga tentunya akan merasakan beberapa manfaat, seperti: 1. Meningkatkan Transparansi Dengan sistem terpusat, semua pihak dalam rantai pasok dapat melihat data yang sama, sehingga meningkatkan transparansi dan memungkinkan deteksi masalah secara cepat. Misalnya, jika terjadi keterlambatan pengiriman, semua pihak yang terkait dapat melihat dan menangani masalah tersebut secara bersamaan. 2. Meningkatkan Efisiensi Operasional Integrasi data dan automatisasi proses membantu mengurangi waktu dan upaya yang diperlukan untuk mengelola rantai pasok. Ini dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi keseluruhan. 3. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik Data yang terpusat dan dianalisis dengan baik memberikan wawasan yang berharga untuk pengambilan keputusan strategis. Misalnya, analisis tren penjualan dapat membantu perencanaan produksi dan manajemen inventaris yang lebih baik. 4. Responsif terhadap Perubahan Kemampuan untuk memantau data secara real-time memungkinkan perusahaan untuk merespons perubahan pasar atau masalah dengan cepat. Misalnya, jika ada lonjakan permintaan untuk produk tertentu, perusahaan dapat segera menyesuaikan produksi dan distribusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 5. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik Dengan visibilitas yang lebih besar ke dalam seluruh rantai pasok, perusahaan dapat lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Ini termasuk risiko pasokan, perubahan permintaan, atau gangguan dalam proses logistik. Penerapan AI dalam Digital Supply Chain Kecerdasan buatan (AI) dalam digital supply chain digunakan untuk mengoptimalkan berbagai aspek operasi melalui analitik prediktif, otomatisasi proses, dan pengambilan keputusan berbasis data. AI memproses data besar untuk memprediksi permintaan, mengelola inventaris secara dinamis, dan meningkatkan efisiensi logistik dengan mengoptimalkan rute pengiriman dan jadwal produksi. “Menurut laporan dari McKinsey & Company, penerapan AI dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%, mengurangi biaya operasional hingga 5%, dan memperbaiki layanan pelanggan secara signifikan.” – McKinsey & Company – The AI Frontier in Supply Chain Management 2023 AI juga memungkinkan deteksi dan respons cepat terhadap gangguan rantai pasok dengan analisis real-time, yang berdampak pada pengurangan downtime dan peningkatan kecepatan respon terhadap perubahan pasar Kemudahan dalam Integrasi Sistem dengan Fitur Mekari Jurnal Digital supply chain memberikan banyak perubahan besar dalam mengelola kebutuhan operasional di era modernisasi sekarang ini. Perubahan terbesar akan sangat dirasakan pada skala bisnis menengah maupun besar di mana kuantitas barang yang dikelola juga besar. Salah satu solusi yang bisa perusahaan lakukan untuk menunjang penerapan digital supply chain adalah dengan menggunakan software berbasis online. Mekari Jurnal merupakan salah satu rekomendasi penunjang pekerjaan karena sudah mengintegrasikan fitur supply chain management dengan fitur akuntansi serta operasional bisnis lainnya. Integrasi memungkinkan otomatisasi banyak proses yang sebelumnya dilakukan secara manual, mengurangi waktu dan potensi kesalahan. Melalui fitur SCM pada Mekari Jurnal, decision maker atau manajemen perusahaan mendapatkan visibilitas yang lebih baik ke seluruh rantai pasokan secara real-time, mulai dari pengadaan, produksi, penyimpanan gudang, distribusi, dan performa masing-masing produk. Salah satu proses digitalisasi dalam supply chain adalah mengintegrasikan pengelolaan invoice dengan dengan keluar masuk barang. Ketika invoice diterima dan diverifikasi, sistem secara otomatis mencatat transaksi dan memproses pembayaran, kemudian secara langsung sistem penyimpanan akan menyesuaikan stok yang masuk atau keluar, hal ini akan membantu mengurangi kemungkinan kesalahan dan mempercepat proses akuntansi. Dengan proses yang lebih efisien dan visibilitas yang lebih baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja operasional dan memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan. Tunggu apalagi? Coba sekarang dan tingkatkan pertumbuhan bisnis Anda lebih cepat bersama Mekari Jurnal! Coba Gratis Mekari Jurnal Sekarang! Referensi: McKinsey, “Supply Chain 4.0 – the next-generation digital supply chain”. PR Newswire, “Digital Supply Chain Market to Reach $13.67 Bn, Globally, by 2030 at 13.2% CAGR: Allied Market Research”. PWC, “PwC’s 2024 Digital Trends in Operations Survey”.