Home / Blog / Business & Economy

Tips Menangani Konflik Internal Perusahaan, Apa Saja?

cara mengatasi konflik internal perusahaan
Daftar isi
Mode

Dalam sebuah perusahaan, baik dalam skala kecil maupun besar pasti pernah mengalami berbagai masalah, mulai dari masalah eksternal maupun internal.

Pada masalah internal, biasanya banyak konflik yang terjadi, bukan hanya sekedar masalah bisnis itu sendiri, tapi juga masalah seputar kinerja karyawan, gaya kepemimpinan, hingga masalah manajemen di dalamnya. Ini biasanya sering disebut dengan konflik internal.

Simak artikel berikut ini untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik internal perusahaan.

Apa itu konflik internal?

Konflik berasal dari bahasa Inggris “conflict” yang berarti sebuah pertentangan atau perselisihan, baik antar individu, individu dengan lembaga, maupun lembaga dengan lembaga.

Konflik adalah proses sosial antara dua individu atau kelompok sosial di mana masing-masing pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain demi mencapai tujuannya dengan cara memberikan perlawanan yang disertai ancaman dan kekerasan.

Tidak ada bisnis yang berjalan dengan mulus tanpa adanya masalah. Konflik di dalam perusahaan menjadi salah satu masalah yang umum terjadi dalam bisnis, baik konflik antar divisi ataupun perorangan dalam satu divisi, hingga atasan dan bawahan.

Jika ini terjadi dalam perusahaan, konflik ini harus segera diatasi agar tidak mengganggu kinerja karyawan dan progres pekerjaan yang sedang berjalan.

Di mana, bukan hanya mengganggu kinerja orang yang berkonflik, konflik internal juga bisa menghambat kinerja seluruh karyawan dan perusahaan.

Misalnya saja, terjadi konflik antar divisi sales dan marketing, jika dibiarkan berlarut-larut, bukan hanya berdampak pada kedua divisi tersebut, tapi juga bisa menyebabkan masalah ke divisi lainnya, misalnya ke divisi keuangan. Ini akan sangat mengganggu kerja sama tim dan membuat produktivitas  menurun.

Pengelompokan masalah konflik internal

Konflik internal ini dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan subjek atau pelakunya, yaitu konflik personal, intragrup, dan intergrup.

Di bawah ini akan kami bahas satu per satu mengenai perbedaan ketiga jenis tersebut.

a. Konflik personal

Konflik ini terjadi antara individu satu dan individu lainnya.

Konflik ini biasanya terjadi karena adanya ketidakcocokan dengan personalitas masing-masing dan/atau memang tidak menyukai satu sama lain.

Selain itu, konflik ini juga bisa terjadi karena dunia kerja rivalitas, ketimpangan kinerja, miskomunikasi, dan leadership atau kepemimpinan yang buruk.

Misalnya saja, ketika karyawan A tidak menyukai gaya kepemimpinan atasannya.

b. Konflik intragrup

Secara sederhana, konflik ini terjadi antara seseorang dengan kelompok atau divisi kerja lainnya.

Hal ini biasanya terjadi karena faktor senioritas, posisi jabatan, dan terbatasnya akses untuk menyampaikan pendapat.

Biasanya, kelompok dengan masalah ini adalah kelompok yang memiliki kinerja buruk dan saling lempar tanggung jawab.

Biasanya, waktu mereka akan habis untuk menjatuhkan satu sama lain, padahal yang seharusnya mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.

c. Konflik intergrup

Konflik ini terjadi antar divisi dengan divisi yang ada dalam sebuah perusahaan.

Konflik ini biasanya terjadi karena rivalitas dan miskomunikasi.

Misalnya konflik divisi sales dengan divisi keuangan, di mana, tim sales menganggap biaya operasional dianggap kurang untuk mencapai target yang ditentukan.

Sedangkan divisi keuangan tidak bisa mengubah budget operasional tersebut, karena sudah disesuaikan dengan budget perusahaan.

Faktor yang memengaruhi konflik internal

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya konflik dalam perusahaan.

Di bawah ini kita akan bahas lebih jauh mengenai faktor apa saja yang memengaruhi konflik dalam perusahaan.

a. Perilaku pasif agresif

Secara sederhana, perilaku ini merupakan perilaku sabotase yang dilakukan seseorang terhadap orang lain maupun kelompok lain.

Perilaku ini biasanya sering terjadi oleh seorang manager dengan bawahannya, dan sering terjadi karena kesalahan dalam bekerja.

Di mana, manager yang tidak baik akan selalu menjadikan personel atau bahannya menjadi kambing hitam untuk menutupi kesalahan atau kekurangannya.

Sedangkan, ketika kelompok tersebut mendapatkan pengakuan dan reward, hanya manager yang mendapatkan pengakuan dan reward atas usaha tim tersebut.

b. Bullying dan pelecehan

Bullying dan pelecehan tidak hanya bisa terjadi di sekolah, ternyata masalah konflik internal perusahaan ini adalah hal yang masih sering ditemui di dalam perusahaan ataupun dunia kerja.

Jika hal ini terjadi, si korban akan merasa tidak nyaman dan sulit fokus pada pekerjaannya, karena ia akan fokus melindungi diri.

Bukan hanya berdampak pada perusahaan, masalah ini juga bisa memberikan dampak negatif kepada korban secara personal, misalnya ia akan menarik diri dari kegiatan kelompok hingga menurunnya rasa percaya diri.

Sebagai pemimpin perusahaan, konflik ini harus menjadi salah satu perhatian, Anda bisa memberlakukan hukuman bagi si pelaku bullying.

Misalnya dengan memberikan ia mutasi kerja, dan sebagainya.

c. Pembagian kerja tidak jelas

Banyak perusahaan yang tidak memberikan kejelasan tugas dan peran kepada karyawannya.

Meski dirasa sepele, hal ini bisa menciptakan miskomunikasi antar karyawan dengan perusahaan, atasan, hingga ke manajemen.

Tidak adanya kejelasan mengenai peran dan tugas seorang karyawan bisa menyebabkan tumpang tindih pekerjaan dan pemilihan pekerjaan yang mudah saja untuk diselesaikan.

Dengan tidak adanya kejelasan, biasanya akan sering terjadi senioritas, di mana oknum senior akan memilih pekerjaan yang mudah, dan yang sulit akan diberikan ke junior atau karyawan baru.

d. Senioritas

Senioritas dalam budaya Indonesia dinilai cukup positif, di mana orang yang lebih muda diharuskan untuk menghormati yang lebih tua.

Namun, dari masalah pekerjaan, senioritas ini bisa menjadi salah satu masalah konflik internal perusahaan yang menghambat penyelesaian masalah.

Biasanya, karyawan baru dan yang lebih junior akan merasa aksesnya terbatas, terutama dalam mengungkapkan pendapat, rasa sungkan untuk berkontribusi, rasa takut dikucilkan, dan lain sebagainya.

Padahal, dalam dunia kerja sisi senior itu bukan dilihat dari umur melainkan dari segi pengalaman dan kompetensinya.

e. Kurangnya kesempatan yang sama

Ada banyak karyawan yang memilih untuk berpaling ke perusahaan lainnya karena merasa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Hak ini biasanya sering terjadi karena adanya senioritas dan bullying dalam perusahaan.

Dimana, biasanya karyawan yang menjadi korban bullying maupun senioritas tidak dapat memberikan kontribusi maksimal kepada perusahaan.

Bukan berarti mereka tidak memiliki ide dan gagasan yang dapat memajukan perusahaan, tapi karena orang tersebut tidak merasa menjadi bagian dari perusahaan karena perlakuan yang diterima dari rekan kerja dan seniornya.

f. Pergantian kebijakan

Selain bisa menjadi salah satu sumber masalah konflik internal perusahaan, masalah ini juga sering berakibat hilangnya karyawan berpotensi dalam perusahaan.

Hal ini biasanya sering terjadi karena ada perpindahan manajemen atau proses merger maupun akuisisi.

Namun, tidak semua kebijakan yang berganti itu negatif, dan biasanya kebijakan negatiflah yang membuat beberapa karyawan merasa dirugikan dan diperlakukan tidak adil dari hadirnya kebijakan tersebut.

g. Romantisme

Saat ini banyak perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawan untuk menjalin hubungan romantisme atau menjadi pasangan kekasih dalam satu perusahaan.

Kenapa? Karena biasanya hal ini bisa membuat produktivitas menurun, misalnya saja ketika pasangan tersebut sedang mengalami konflik percintaan.

Biasanya, ketika masalah pribadi terjadi dalam hubungan, tidak sedikit dari mereka yang akan membawanya ke dalam dunia profesionalitas.

Tips mengatasi konflik internal

Sebagai seorang HR, CEO, maupun pemimpin perusahaannya, Anda menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya konflik internal.

Ada beberapa cara mengatasi konflik yang bisa Anda lakukan sebelum berdampak kepada produktivitas dan kinerja personel.

a. Intervensi

Ini adalah salah satu langkah awal yang bisa Anda lakukan agar permasalahan tersebut tidak menyebar dan menjadi lebih besar.

Cobalah Anda meminta manager atau atasan dari karyawan yang memiliki masalah tersebut untuk menanyakan awal mula permasalahan, dan segala keluhan yang dialami.

Namun, perlu dicatat, intervensi ini tidak bisa dilakukan dengan atasan yang ternyata menjadi sumber masalah tersebut.

b. Konseling

Sebagai seorang HR, Anda pasti sudah tidak asing lagi bukan untuk mendegarkan masalah dan keluh kesah seorang karyawan?

Untuk menyelesaikan konflik internal, Anda harus mulai sering membuka sesi konseling pada individu atau kelompok yang bermasalah.

Konseling ini dilakukan untuk mendengarkan dan melakukan pengertian terhadap masalah yang timbul.

Dengan melakukan sesi konseling inilah, Anda sebagai pemimpin perusahaan dapat mengidentifikasi sumber masalah dan mencari jalan terbaik dengan cara seadil-adilnya.

Sehingga pihak yang bermasalah bisa berkompromi dan kembali fokus ke tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.

Baca Juga: Mengenal Pentingnya HR Analytics untuk Keperluan Perusaha

c. Konfrontasi yang terkontrol

Konfrontasi dapat dilakukan pada tingkat divisi, di mana konflik tersebut terjadi.

Individu yang memiliki permasalahan bisa langsung menyampaikan keluhan dan duduk permasalahannya dengan diawasi langsung oleh rekan kerja lain ataupun manajer.

Namun, jika konflik terjadi pada manajer dan personel, maka pengawasan bisa dilakukan oleh orang yang memiliki tingkat lebih tinggi dari manajer tersebut..

d. Perubahan secara keseluruhan

Perubahan Organisasi perlu dilakukan jika dampak negatif yang terjadi karena konflik tersebut dianggap sudah sangat meresahkan dan membahayakan eksistensi perusahaan.

Hal ini sebenarnya bisa dihindari jika perusahaan memberikan perhatian dan mencari jalan keluarnya lebih cepat.

Beberapa tips terkait masalah konflik internal perusahaan adalah sebagaimana diulas diatas, yang perlu Anda cari solusi untuk menghadapinya.

Perlu diingat, tugas HRD bukanlah hanya sesimpel memenuhi administrasi perusahaan dan karyawan.

Sebagai HR yang baik, Anda juga harus mampu bertanggung jawab atas konflik yang terjadi.

Karena ini adalah salah satu cara kecil yang bisa membantu Anda mengembangkan perusahaan dan Sumber Daya Manusia SDM itu sendiri.

Lalu bagaimana masalah administrasi? Jadilah HR yang lebih strategis dengan memercayakan masalah administrasi perusahaan dan karyawan Anda dengan aplikasi hris Mekari Talenta.

Ini adalah software HR tepercaya yang bisa bantu Anda mengelola absensi, cuti, aplikasi pembukuan usaha, hingga menghitung payroll termasuk seluruh komponen didalamnya.

Topik:
Keluar

WhatsApp WhatsApp kami