Sehat atau tidaknya suatu perusahaan, tidak hanya dinilai dari keadaan fisiknya saja. Hal ini meliputi gedung, pembangunan, atau ekspansi, dan yang paling penting adalah dari keuangannya. Keuangan perusahaan merupakan salah satu unsur yang dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum.
Hal ini dilakukan atas dasar sudah banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena faktor keuangan yang tidak sehat. Hal inilah yang membuat analisis kinerja keuangan setiap perusahaan sangatlah dibutuhkan. Hasil dari analisis ini yang nantinya akan dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengambil langkah seperti apa selanjutnya.
Tahukah Anda kalau aplikasi akuntansi online Jurnal by Mekari bisa memudahkan Anda mengelola keuangan perusahaan secara lebih praktis dan akurat. Buktikan dengan coba gratis aplikasi Jurnal pada banner di bawah ini.
Analisis kinerja keuangan, pada dasarnya dibuat untuk melihat prospek dan risiko suatu perusahaan. Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan atau profitabilitas dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau mengalami kebangkrutan.
Untuk lebih memahami apakah keuangan suatu perusahaan apakah sudah mendapatkan prospek dan risiko tertentu, berikut ini adalah cara menghitung kinerja keuangan perusahaan berdasarkan profitabilitas yang bisa diterapkan.
Coba Fitur Laporan Keuangan dan Bisnis untuk keputusan bisnis lebih tepat dan cepat
Contoh Laporan Laba Rugi PT Lestari Jaya
Penjualan Bersih |
112.760.000 |
Harga Pokok Penjualan (HPP) |
(85.300.000) |
Laba Kotor |
27.460.000 |
Biaya Pemasaran |
(6.540.000) |
Biaya Admin&Umum |
(9.400.000) |
Biaya Operasional |
(15.940.000) |
Laba sebelum bunga & Pajak (EBIT) |
11.520.000 |
Bunga Utang (jika ada) |
(3.160.000) |
Laba Sebelum Pajak (EBT) |
8.360.000 |
Pajak Pendapatan (48%) atas EBT |
(4.013.000) |
Laba setelah pajak |
4.347.000 |
Catatan: Total Aktiva PT Lestari Jaya = Rp81.890.000,- Adapun Rasio Profitabilitas yang akan dipakai adalah: Gross Profit Margin
- Gross profit margin = Laba Kotor Penjualan
- Gross profit margin = 27.460.000 112.760.000
- Gross profit margin = 0,2435 = 24,35%
- Gross profit margin = 24,35%
Artinya, setiap Rp 1 (satu rupiah) penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp0,2435. Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik. Tetapi pada penghitungan gross profit margin , sangat dipengaruhi oleh HPP, sebab semakin besar HPP, maka akan semakin kecil gross profit margin yang dihasilkan. Net Profit Margin
- Net profit margin = Laba setelah pajak (EAT) Penjualan
- Net profit margin = 4.347.000 112.760.000 = Rp 0,0386 = 3,86%
Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah, sedangkan net profit marginnya mengalami penurunan, berarti biaya meningkat relatif besar dibanding dengan peningkatan penjualan.
Return On Investment atai ROI
- ROI = Laba setelah pajak (EAT) Total Aktiva
- ROI = 4.347.000 81.890.000 = Rp 0,0531
- ROI = 5,31%
Artinya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, berarti dengan Rp1000 aktiva akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp53,10 atau dengan Rp 1 menghasilkan laba bersih (EAT) Rp 0,0531.
Proses Akuntansi Otomatis Minim Risiko Human Error dengan Jurnal. Pelajari selengkapnya!
Rasio Profitabilitas
Melakukan analisis rasio keuangan merupakan hal yang penting dalam menjalankan bisnis. Anda harus memahami tentang rasio-rasio keuangan, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh jika Anda dapat menganalisis rasio keuangan perusahaan.
Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (laba). Dengan menggunakan rasio ini Anda dapat mengetahui kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Terdapat lima ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas.
Coba Fitur Laporan Keuangan dan Bisnis untuk keputusan bisnis lebih tepat dan cepat
Kesimpulan
Penghitungan rasio profitabilitas dalam analisis kinerja keuangan ini diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan. Hal ini biasanya digunakan oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh oleh investor. Selain itu, besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan.